DILI, 27 januari 2021 (TATOLI)— Misi Kusta di Timor-Leste (MLTL-Misaun Lepra iha Timor-Leste), menemukan adanya diskriminasi dari keluarga maupun lingkungan sekitar terhadap penderita penyakit kusta.
Demikian hal itu diutarakan, Direktur MLTL, Afliana Lisnahan dos Reis kepada TATOLI, di Comoro, Dili.
Dia menjelaskan, MLTL selalu melakukan observasi dan menemukan adanya diskriminasi terhadap penderita kusta oleh keluarga maupun lingkungan sekitar.
Berita terkait : 2004- 2021, MLTL daftar 3.000 kasus kusta di Timor-Leste
“Meskipun keluarga dan penderita kusta mengatakan semuanya baik-baik saja, namun setelah diteliti ternyata adanya diskriminasi dari keluarga maupun lingkungan. Sehingga, menyebabkan penderita merasa dirinya tidak mempunyai arti dan mulai menyendiri dari komunitas,” kata Afliana.
Ia menjelaskan bahwa, dari hasil perbincangan dengan salah satu penderita mengakui dirinya mendapatkan diskriminasi dari keluarga dekat dan lingkungan sekitar.
“Ada salah satu kasus lagi, dikotamadya Ermera. Dimana, seorang ayah menderita kusta sehingga keluarganya mengikatnya dibelakang rumah dengan waktu yang sangat lama, dan saat kami ingin membawa ke rumah sakit, penderita tersebut pun meninggal dunia,” jelasnya.
Berita terkait : MLTL targetkan putus rantai penularan kusta pada 2035
Menurutnya, ada banyak lagi penderita kusta dengan kasus yang sama, namun tidak diketahui oleh otoritas setempat. Tetapi, ada beberapa penderita yang tidak mendapatkan diskrimanasi dari keluarga maupun lingkungan sekitar.
Dikatakan, untuk menghindari diskriminasi tersebut, MLTL melibatkan para penderita kusta dalam aktivitas program sensibilisasi dan advokasi. Karena, informasi saja yang diberikan tidak cukup.
Sementara itu, dalam memperingati hari perayaan kusta yang jatuh pada 28 januari 2022, MLTL membawa 100 lebih penderita kusta ke Timor Plaza (TP). Aksi tersebut dilakukan untuk melihat reaksi dari masyarakat bahwa penyebaran penyakit kusta tidak secara langsung terinfeksi jika mereka berdekatan dengan penderita kusta.
“Ada beberapa penderita yang belum pernah berkunjung ke Timor Plaza, diantara mereka ada para lansia (lanjut usia), dan kaum pemuda. Kami membawa mereka makan di restoran dan menonton bioskop,” ujarnya.
Dilain pihak, salah satu penderita kusta, Dominggos Ataide mengatakan, dirinya mengalami cacat dikaki setelah menderita penyakit kusta, namun setelah bergabung dengan MLTL, kesehatannya pun pulih kembali dan ia mulai percaya diri lagi.
“Saya menderita penyakit kusta sejak tahun 2002. Untuk masalah, diskiriminasi dari lingkungan dan keluarga tidak ada. Saya mendapatkan dukungan dari MLTL dengan membawa saya ke rumah sakit,” katanya.
Otoritas kesehatan mencatat, tahun 2021, terdaftar 150 kasus kusta di delapan kotamadya termasuk di Daerah Administratif Khusus Oé-Cusse Ambeno.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz