DILI, 19 Maret 2025 (TATOLI)— Institut Geosains Timor-Leste (IGTL) saat ini tengah berupaya untuk mendaftarkan lokasi temuan fosil Ichthyosaurus di Loe-lacu dan Lesululi, daerah administratif Cailaco, kotamadya Bobonaro jadi situs Geoheritage yang diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).
Ketua IGTL, Job Brites do Santos menginformasikan temuan dari Ichthyosaurus di Timor-Leste terjadi dengan tidak sengaja saat tim dari IGTL (saat itu masih IPG – Institut Perminyakan dan Geologi) tengah melakukan penelitian geologi, propseksi sumber daya mineral di wilayah batuan sedimen berlokasi di Cailaco pada 2021.
Setelah ditemuka fosil tersebut, tim langsung melakukan koordinasi dengan para professor dari UWA (University of Western Australia) Perth serta Uppsala University Swedia dan University of Oslo dari Norwegia untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang temuan fosil tersebut.
“Setelah itu kami melakukan pengalian pertama dan sampel dari fosil dibawa ke Uppsala, Swedia, dan Oslo, Norwegia, agar para ahli dapat memperdalam studi mereka, setelah itu mengidentifikasi adalah ikan purba jenis Ichthyosaurus, yang sudah ada 250 juta tahun lalu, lebih tua dari dinosaurus,” ungkap Ketua IGTL pada Tatoli secara eksklusif.
Melihat dari temuan yang mengemparkan para pakar geologi dunia, IGTL ingin agar lokasi dari hasil temuan tersebut dijadikan sebagai sebuah situs warisan geologi yang diakui oleh UNESCO sehingga bisa dilindungi dan dijadikan sebagai geowisata atau geopark.

Dalam penjelasan dari UNESCO, situs warisan geologi atau geoheritage adalah warisan geologi yang memiliki nilai ilmiah tinggi, langka, unik, dan indah. Geoheritage dapat menjadi rekaman yang pernah atau sedang terjadi di bumi. Geoheritage memiliki peran penting dalam pendidikan, keilmuan, geowisata, dan pemupukan rasa cinta terhadap tanah air.
“Mengingat pentingnya fosil ini maka dapat menguntungkan bagi pemerintah apabila kita menyiapkan kondisi yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan karena penemuan ini berskala global kita dalam persiapan pendaftaran di UNESCO untuk menjadi situs Geoheritage (warisan dunia geologi), pendaftaran situs di Cailaco, sekarang dalam proses ke UNESCO,” katanya.
Ia mengakui penemuan Ichthyosaurus ini merupakan yang pertama kali di belahan bumi selatan seperti Asia karena biasanya fosil tersebut hanya ditemukan di belahan bumi utara seperti Norwegia, Rusia dan Swedia.
Selain itu ukuran ikan purba atau Ichthyosaurus dalam temuan sebelumnya hanya berkisar 12 sampai 20 meter, tetapi yang ditemukan di Timor-Leste capai 40 meter dengan jumlah kelompok yang terbentang dengan panjang satu kilometer di lokasi gunung Loe-lacu dan Lesululi.
“Penemuan fosil ichthyosaur di Timor-Leste mungkin dulunya merupakan bagian dari wilayah yang mengalami pergeseran tektonik dari lempeng Australia selama jutaan tahun. Pada zaman triassic (periode geologis yang berlangsung sekitar 251,9–201,3 juta tahun yang lalu), daerah tersebut (Cailaco) mungkin terletak di dekat atau di dalam laut yang menjadi habitat bagi ichthyosaurs,” jelasnya.
Saat ini, semua spesimen fosil dan sampel geologi berada di kedua lembaga Museum Evolusi Universitas Uppsala dan Museum Sejarah Alam Universitas Oslo untuk keperluan pengumpulan data, analisis, dan publikasi penelitian. Sesuai rencana akan dikirimkan kembali pada tahun ini untuk memberikan laporan lebih lanjut mengenai hasil temuan tersebut.
Ichthyosaurus adalah salah satu jenis ichthyosaur, yaitu kelompok reptil laut yang hidup pada zaman Mesozoikum, tepatnya pada periode Triassic Jura dan Kapur (sekitar 250 juta hingga 90 juta tahun yang lalu). Ichthyosaurus adalah salah satu spesies ichthyosaur yang terkenal dan sering disebut dalam studi fosil.
Ciri-ciri utama dari Ichthyosaurus adalah bentuk tubuhnya yang mirip dengan ikan atau lumba-lumba, dengan kepala besar, tubuh ramping, dan sirip yang membantunya berenang dengan cepat di lautan. Mereka adalah pemangsa laut yang sangat efisien, mengonsumsi ikan dan hewan laut lainnya, dan dapat ditemukan di banyak perairan tropis pada masa itu.
Reporter : CIdalia Fátima
Editor : Armandina Moniz