DILI, 24 oktober 2024 (TATOLI)— Saima Wazed, Direktur Regional WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk Asia Tenggara dalam peringatan Hari Polio Sedunia mengakui kesukesan kawasan Asia Tenggara yang berhasil mengatasi penyakit menular poliomielitis atau sering disebut polio selama satu dekade ini.
“Hari ini, pada Hari Polio Sedunia, yang ditetapkan oleh Rotary International, saya menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada semua negara dan mitra di Wilayah Asia Tenggara WHO atas pencapaian dan pemeliharaan status bebas polio selama satu dekade,” kata Saima Wazed dalam siaran pers resmi yang diakses Tatoli, kamis ini.
Dunia memperingati Hari Polio Sedunia pada tanggal 24 Oktober, tanggal lahir Jonas Salk, yang memimpin tim pertama yang mengembangkan vaksin melawan polio. WHO Wilayah Asia Tenggara telah disertifikasi bebas dari virus polio liar pada tanggal 27 Maret 2014.
Kasus terakhir virus polio liar di wilayah tersebut dilaporkan pada bulan Januari 2011, dan sejak saat itu, tidak ada kasus baru virus polio liar yang dilaporkan dari negara mana pun di wilayah ini.
Tonggak sejarah yang luar biasa ini merupakan bukti komitmen politik yang teguh, upaya tanpa henti dari para pekerja kesehatan, dan semangat kolaboratif dari para mitra, donor, masyarakat sipil, dan semua pemangku kepentingan yang telah mendorong keberhasilan ini.
“Hal ini menunjukkan dedikasi dan komitmen yang terpuji terhadap kesehatan publik dan kesejahteraan warga negara di semua negara di kawasan kita. Saat kita merayakan pencapaian penting ini, untuk terus diingat bahwa perjalanan kita belum selesai,” ucapnya.
Ia yakin risiko polio masih ada hingga penyakit ini diberantas secara global. Penyebaran virus polio internasional masih menjadi keadaan darurat dimana, kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua untuk terus menegakkan dan memperkuat fungsi penting polio. Ini termasuk mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi, sistem pengawasan yang kuat, dan mekanisme respons cepat terhadap setiap potensi wabah.
Kawasan Asia Tenggara terus berada di jalur yang benar dengan semua strategi utama untuk pemberantasan polio. Saat ini, cakupan regional secara keseluruhan dari vaksin polio oral bivalen dan vaksin polio yang tidak aktif (IPV), melalui imunisasi rutin, telah melampaui tingkat sebelum pandemi.
Namun, hal ini masih belum optimal di beberapa negara, dan variasi cakupan subnasional terus berlanjut di seluruh kawasan.
Saima Wazed meminta kepada semua pemangku kepentingan polio untuk melanjutkan kolaborasi di semua tingkatan guna memastikan sumber daya untuk mempertahankan fungsi penting polio tersedia dan pedoman global dan regional tentang mempertahankan status bebas polio diterapkan secara optimal.
Menurutnya, kewaspadaan kolektif dan berkelanjutan serta langkah-langkah proaktif semua negara sangat penting untuk memastikan tidak adanya kehilangan hasil yang diperoleh dengan susah payah selama dekade terakhir.
Dengan mempertahankan upaya ini, dapat melindungi generasi mendatang dari ancaman polio dan bergerak lebih dekat ke dunia di mana polio adalah penyakit masa lalu.
“Mari kita tetap bersatu dalam misi kita, mengambil inspirasi dari keberhasilan bersama dan ketahanan kita yang telah ditunjukkan. Bersama-sama, kita dapat memberantas polio dan mengamankan masa depan yang lebih sehat dan bebas polio untuk semua,” pintanya.
Poliomielitis, atau polio, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh poliovirus. Penyakit ini dapat menyebabkan kelemahan otot yang parah dan bahkan kelumpuhan.
Sekitar 0,5% dari kasus polio mengakibatkan kelumpuhan, yang biasanya terjadi pada kaki tetapi juga dapat mempengaruhi otot-otot lain seperti leher dan diafragma. Virus ini menyebar melalui kontak antar manusia, terutama melalui feses yang terinfeksi.
Pencegahan adalah cara terbaik untuk menangani polio. Vaksinasi terhadap polio sangat penting dan telah terbukti efektif dalam mengurangi insiden penyakit ini secara global.
Vaksinasi diberikan dalam beberapa dosis selama masa kanak-kanak (biasanya pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan dan booster antara usia 4-6 tahun). Dengan vaksinasi yang tepat waktu dan menyeluruh, risiko penularan virus polio dapat diminimalkan secara signifikan.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz