DILI, 09 september 2024 (TATOLI)— Kepala Negara Vatikan sekaligus Bapa Suci, Paus Fransiskus dalam pertemuanya dengan Kepala Negara Timor-Leste, Jose Ramos Horta, Kepala Pemerintah dan Masyarakat Sipil menyoroti maraknya isu sosial yang dihadapi masyarakat Timor-Leste.
“Dari berbagai isu terkini, saya memikirkan fenomena emigrasi, yang selalu merupakan indikasi dari apresiasi sumber daya yang tidak memadai serta kesulitan untuk menyediakan pekerjaan yang memberikan gaji yang layak bagi semua orang dan menjamin keluarga memperoleh penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan dasar mereka,” ungkap Paus Fransiskus di Istana Negara dalam pidatonya, senin ini.
Ia juga memikirkan kemiskinan yang ada di banyak daerah pedesaan, dan kebutuhan selanjutnya akan tindakan kolektif dan luas yang melibatkan berbagai upaya dan pemimpin dari semua sektor, sipil, agama, dan sosial untuk mengatasinya dan menawarkan alternatif yang layak untuk emigrasi.
Selain itu, Paus pun memikirkan apa yang dapat dianggap sebagai momok sosial, seperti penggunaan alkohol yang berlebihan dan pembentukan geng oleh kaum muda. Anggota geng ini dilatih dalam seni bela diri, tetapi alih-alih menggunakan pengetahuan ini untuk melayani yang tak berdaya, mereka menggunakannya sebagai kesempatan untuk memamerkan kekuatan kekerasan yang cepat berlalu dan berbahaya.
Berita terkait : Paus Fransiskus puji upaya rekonsiliasi Timor-Leste dan Indonesia
“Janganlah kita juga lupa bahwa anak-anak dan remaja ini telah dilanggar martabatnya. Sebagai tanggapan, kita semua dipanggil untuk melakukan segala yang mungkin untuk mencegah segala jenis pelecehan dan menjamin masa kanak-kanak yang sehat dan damai bagi semua kaum muda,” tegasnya.
Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, dan untuk mencapai pengelolaan sumber daya alam negara yang optimal terutama cadangan minyak dan gas, yang dapat menawarkan kemungkinan pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan yang penting untuk mempersiapkan dengan baik dan memberikan pelatihan yang tepat bagi mereka yang akan dipanggil untuk menjadi pemimpin negara dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Para kaum muda kemudian akan memiliki semua alat yang diperlukan untuk mengembangkan rencana yang luas yang difokuskan secara eksklusif pada kebaikan bersama. Gereja menawarkan doktrin sosialnya sebagai landasan bagi proses formatif tersebut.
Itu merupakan pilar yang sangat diperlukan dan dapat dipercaya untuk membangun berbagai pendekatan dan untuk memverifikasi apakah pendekatan tersebut benar-benar mendukung pembangunan integral atau malah menjadi hambatan, yang menghasilkan ketidaksetaraan yang tidak dapat diterima dan sejumlah besar orang yang dibuang atau ditinggalkan di pinggiran.
Namun demikian, meskipun tidak ada kekurangan masalah seperti halnya setiap orang di setiap zaman Paus mengundang semua untuk tetap percaya diri dan untuk menjaga pandangan penuh harapan ke masa depan.
“Anda adalah orang-orang muda. Saya tidak mengacu pada budaya dan sejarah Anda, yang sudah cukup kuno, tetapi pada fakta bahwa sekitar enam puluh lima persen penduduk Timor-Leste berusia di bawah tiga puluh tahun. Statistik ini memberi tahu kita bahwa bidang pertama yang harus Anda investasikan adalah pendidikan, dalam keluarga dan sekolah dalam pendidikan yang menempatkan anak-anak dan kaum muda di pusat dan meningkatkan martabat mereka,” ungkapnya.
Berita terkait : Bertemu Presiden Republik, Paus Fransiskus gunakan mobil Toyota Sienta
Antusiasme, kesegaran, perspektif berwawasan ke depan, keberanian dan akal budi, yang semuanya merupakan ciri khas kaum muda, dipadukan dengan pengalaman dan kebijaksanaan kaum tua, membentuk campuran pengetahuan yang penuh berkat dan dorongan besar menuju masa depan. Bersama-sama, antusiasme dan kebijaksanaan ini merupakan sumber daya yang besar dan tidak memungkinkan kepasifan, apalagi pesimisme.
Gereja Katolik, doktrin sosialnya, lembaga-lembaga yang menyediakan bantuan dan amal bagi yang membutuhkan, serta lembaga-lembaga pendidikan dan perawatan kesehatan melayani semua orang dan juga merupakan sumber daya yang berharga, yang memungkinkan setiap orang untuk menatap masa depan dengan keyakinan dan harapan.
Dalam hal ini, perlu diakui bahwa komitmen Gereja terhadap kebaikan bersama dapat bergantung pada kerja sama dan dukungan Negara, dalam kerangka hubungan baik yang telah terjalin antara Takhta Suci dan Republik Demokratik Timor-Leste, dan tercermin dalam Perjanjian antara Para Pihak yang mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 2016.
Timor-Leste, yang telah mampu menghadapi masa-masa sulit dengan tekad dan kepahlawanan yang sabar, kini tumbuh subur sebagai negara yang damai dan demokratis, yang berkomitmen untuk membangun masyarakat yang berlandaskan solidaritas dan persaudaraan, serta mengembangkan hubungan yang damai dengan negara-negara tetangganya di komunitas internasional.
“Melihat masa lalu Anda baru-baru ini dan apa yang telah dicapai sejauh ini, ada alasan untuk yakin bahwa bangsa Anda juga akan mampu menghadapi kesulitan dan masalah saat ini dengan cerdas dan kreatif,” tutupnya.
Paus Fransiskus melakukan kunjungan ke Timor-Leste selama tiga hari terhitung 09 – 11 september. Dan, pada senin (09/09/2024), menjadi saksi sejarah baru karena setelah 35 tahun silam, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia Paus kembali menginjakkan kaki di Tanah Air, Timor-Leste.
Paus atau pemimpin Gereja Katolik Dunia yang sebelumnya pernah berkunjung ke Timor-Leste, waktu itu masih Timor-Timur provinsi ke-27 dari Republik Indonesia, adalah Paus Yohanes Paulus II pada 12 oktober 1989. Kendati kedatangan Paus Yohanes Paulus II waktu itu terbilang cukup singkat.
Kedatangan Paus Fransiskus dan rombongan dari Papua Nugini mendarat menggunakan pesawat Air Niugini Boeing 737 di Bandara Internasional Nicolau Lobato, Comoro-Dili, Timor-Leste pada senin ini, tepat pukul 14:20 WTL.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz