DILI, 09 september2024 (TATOLI)— Kepala Negara Vatikan dan Pemimpin Gereja Katolik di Dunia, Paus Fransikus memuji upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh negara Timor-Leste dan Indonesia setelah melalui konflik selama bertahun-tahun.
Dalam pidatonya di Istana Kepresidenan, Bairro Pite, Dili, senin (09/09), Paus Fransiskus mengatakan tanah ini telah mengalami pergolakan dan kekerasan, yang sering terjadi ketika suatu bangsa berharap untuk memperoleh kemerdekaan penuh tetapi pencariannya akan otonomi ditolak atau digagalkan.
Dari 28 November 1975 hingga 20 Mei 2002, yaitu, sejak tanggal kemerdekaan dideklarasikan hingga mendapatkan restorasi kemerdekaan secara definitif, Timor-Leste mengalami penderitaan dan cobaan terbesarnya.
Namun, negara ini telah mampu bangkit kembali, menemukan jalan menuju perdamaian dan dimulainya fase pembangunan baru, kondisi kehidupan yang lebih baik, dan apresiasi di semua tingkatan atas kemegahan tanah air yang masih alami ini beserta sumber daya alam dan manusianya.
“Kami bersyukur kepada Tuhan, karena Anda (Timor-Leste) tidak pernah kehilangan harapan saat menjalani periode sejarah Anda yang begitu dramatis, dan setelah hari-hari yang gelap dan sulit, fajar perdamaian dan kebebasan akhirnya menyingsing. Akar Anda dalam iman Katolik telah sangat membantu dalam mencapai tujuan-tujuan penting ini,” kata Paus Fransiskus di Istana Negara.
Santo Yohanes Paulus II menekankan hal ini selama Kunjungannya ke negara Timor-Leste pada tahun 1989. Dalam homilinya di Tasi-Tolu, Paus Yohanes Paulus II mengingatkan bahwa umat Katolik Timor-Leste memiliki tradisi di mana kehidupan keluarga, pendidikan, dan adat istiadat sosial berakar kuat dalam Injil”, sebuah tradisi yang “dijiwai dengan ajaran dan semangat Sabda Bahagia”, tradisi “percaya dengan rendah hati kepada Tuhan, belas kasih dan pengampunan, dan, jika perlu, penderitaan yang sabar di masa pencobaan” (12 Oktober 1989).
“Dalam hal ini, Saya ingin secara khusus mengenang dan memuji upaya tekun Timor-Leste untuk mencapai rekonsiliasi penuh dengan saudara-saudari Anda di Indonesia, sebuah sikap yang menemukan sumber pertama dan paling murninya dalam ajaran Injil. Anda tetap teguh dalam harapan bahkan di tengah penderitaan dan, berkat karakter umat Anda dan iman Anda. Anda telah mengubah kesedihan menjadi sukacita,” ungkapnya.
Paus pun berdoa semoga Tuhan menganugerahkan bahwa dalam konflik-konflik lain di berbagai belahan dunia, keinginan untuk perdamaian dan pemurnian ingatan juga dapat menang, untuk membalut luka dan mengganti kebencian dengan rekonsiliasi dan pertentangan dengan kerja sama.
“Peristiwa terpuji lainnya terjadi ketika, pada peringatan dua puluh tahun kemerdekaan negara ini, Anda memasukkan sebagai dokumen nasional Deklarasi Persaudaraan Manusia, yang saya tandatangani bersama dengan Imam Besar Al-Azhar pada tanggal 04 Februari 2019 di Abu Dhabi. Anda (Timor-Leste) telah melakukan ini agar sebagaimana yang diserukan oleh Deklarasi itu sendiri dan dalam hal itu dapat diadopsi dan dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Memang, proses pendidikan itu fundamental,” katanya.
Pada saat yang sama, Paus Fransiskus mendesak semua untuk terus dengan keyakinan baru dalam pendirian dan konsolidasi yang bijaksana dari lembaga-lembaga Republik, sehingga warga negara dapat merasa bahwa mereka benar-benar terwakili dan bahwa lembaga-lembaga itu diperlengkapi dengan baik untuk melayani rakyat Timor-Leste.
“Sekarang, cakrawala baru memang telah terbuka di hadapan Anda (Timor-Leste), bersih dari awan gelap, tetapi dengan tantangan baru untuk dihadapi dan masalah baru untuk dipecahkan. Itulah sebabnya saya ingin mengatakan, semoga iman, yang telah mencerahkan dan menopang Anda di masa lalu, terus mengilhami masa kini dan masa depan Anda: Que a vossa fè seja a vossa cultura! Artinya, semoga iman mengilhami prinsip-prinsip, proyek-proyek, dan pilihan-pilihan yang sesuai dengan Injil,” tutupnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz