iklan

INTERNASIONAL, KESEHATAN, DILI

Peringati Hari Kusta Internasional, Kemenkes akan rayakan di Bobonaro

Peringati Hari Kusta Internasional, Kemenkes akan rayakan di Bobonaro

Kepala Program Penyakit Tropis Terabaikan dari Kementerian Kesehatan, José Liu Fernandes. Foto Tatoli/Mirandolina Barros Soares

DILI, 25 januari 2022 (TATOLI) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Timor-Leste (TL) akan merayakan hari Kusta Internasional (World Leprosy Day) di kotamadya Bobonaro pada 28 januari 2022. Kemenkes memperingati hari tersebut untuk memerangi penyakit lepra di tanah air.


Kepala Program  Penyakit Tropis Terabaikan dari Kemenkes, José Liu Fernandes mengatakan kementerian telah memutuskan untuk memperingati hari raya internasional kusta di kotamadya Bobonaro. Itu dilakukan karena,  kasus baru kusta meningkat di kotamadya tersebut.

“Tahun ini, peringatan hari Kusta Internasional  akan digelar pada  28 januari 2022, di  Bobonaro. Perayaan ini bertujuan untuk menyebarkan informasi tentang pemberantasan penyakit Kusta  kepada masyarakat di   Bobonaro,” kata José Liu Fernandes kepada   Tatoli, di Lahane, Dili, selasa ini.

Dia menjelaskan, masyarakat perlu mengetahui dampak terburuk dari penyakit itu sendiri agar dapat berobat secepatnya ke Pusat Kesehatan  terdekat.

“Semua entitas terkait, termasuk semua mitra pembangunan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang telah bekerja dalam memerangi Kusta di Timor-Leste akan diundang untuk menghadiri hari internasional tersebut. Kami juga mengundang para penderita kusta dan masyarakat pada acara tersebut. Karena, penting bagi masyarakat untuk mengetahui dampak buruknya penyakit kusta,” ujarnya.

Dijelaskan,  dampak terparah dari penyakit kusta  dapat menyebabkan kebutaan, dan gangguan lainnya. Karena itu, pelacakan kontak dan penyaringan sangat penting untuk dilakukan agar dapat mendeteksi penderita kusta.

“Pada perayaan tahun ini, kami akan melakukan penyaringan dan pelacakan kontak untuk mendeteksi penderita kusta. Karena, menjelang perayaan hari internasional itu, kami telah mendeteksi 20 kasus lebih penderita kusta  di kotamadya Bobonaro. Pelacakan kontak sangat penting untuk mengetahui kondisi penderita kusta yang sedang menjalani pengobatan. Misalnya, tahun lalu kami mendeteksi hanya tiga orang penderita kusta dalam satu keluarga, tetapi setelah beberapa bulan, dua anggota keluarga lainnya juga menderita penyakit yang sama,” jelasnya.

Dia mengatakan,  kampanye dalam pencegahan penyakit kusta  akan disiarkan di televisi  dan radio di seluruh negeri untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memerangi kusta di Timor-Leste.

Disebutkan, sejak tahun 2000 hingga sekarang, Kemenkes telah mencatat lebih dari 5.000 kasus kusta  di TL.

Menurut rencana,  Menteri Kesehatan, Odete Maria Freitas Belo akan berpartisipa pada  hari perayaan  Internasional Kusta yang akan diselenggarakan dengan tema ‘Bersatu untuk Martabat’.

Sejarah penyakit kusta

Sejarah penyakit kusta berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa, kusta adalah penyakit yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal tersebut diketahui dari literatur peninggalan peradaban kuno. WHO menyatakan, sepanjang sejarah, orang yang menderita kusta seringkali dikucilkan oleh masyarakat dan keluarganya.

Dalam sejarah modern, bakteri penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium leprae (M. leprae), ditemukan oleh G. A. Hansen pada 1873, sehingga kusta disebut juga sebagai penyakit Hansen.

Terobosan pertama di bidang pengobatan kusta terjadi pada tahun 1940-an dengan perkembangan obat dapson, yang dapat mengobati penyakit itu. Akan tetapi, durasi pengobatan bisa berlangsung bertahun-tahun, dan seringkali seumur hidup, sehingga membuat pasien sulit untuk tetap mematuhi pengobatan.

Pada 1960-an, bakteri M. leprae mulai mengembangkan resistensi terhadap dapson, satu-satunya obat anti kusta yang dikenal pada saat itu. Akan tetapi, tidak berselang lama, obat rifampisin dan klofazimin ditemukan, dan kemudian ditambahkan ke rejimen pengobatan kusta, yang kemudian diberi label sebagai terapi multidrug (MDT). Pada 1981, WHO merekomendasikan MDT untuk mengobati pasien kusta.

Rejimen MDT yang saat ini direkomendasikan terdiri dari dapson, rifampisin, dan klofazimin. Perawatan ini berlangsung selama enam bulan untuk pauci-bacillary dan 12 bulan untuk kasus multi-bacillary. MDT terbukti bisa membunuh patogen dan menyembuhkan pasien.

Gejala Kusta

WHO menyebutkan, gejala kusta   dapat muncul dalam waktu satu tahun, tetapi juga dapat memakan waktu hingga 20 tahun atau bahkan lebih sebelum timbul gejala. Masa inkubasi yang lama itu disebabkan oleh sifat bakteri M. leprae, yang tergolong sebagai bakteri dengan pertumbuhan lambat.

Tanda-tanda klinis kemunculan kusta cukup mudah diamati, seperti kemunculan bercak-bercak pada kulit yang biasanya memiliki pigmentasi yang berbeda dari kulit normal di sekitarnya (kurang berpigmen, kemerahan atau berwarna tembaga).

Bercak tersebut juga kemungkinan memiliki tekstur yang berbeda (datar, menonjol atau nodul). Selain itu, bercak kulit bisa tunggal atau jamak, dan kemungkinan diikuti oleh hilangnya sensasi pada kulit.

Sementara itu,  penularan kusta dapat terjadi ketika penderita kusta batuk atau bersin, dan menyebarkan droplet yang mengandung bakteri M. leprae, yang dapat terhirup oleh orang lain.

Meski demikian, penularan kusta hanya terjadi pada orang yang berkontak fisik sangat dekat dengan penderita kusta. Penyakit ini tidak menyebar melalui kontak biasa dengan orang yang terinfeksi, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk di samping mereka di bus atau di meja saat makan.

Ibu hamil penderita kusta juga tidak dapat menularkan penyakit ini kepada bayinya yang belum lahir. Kusta juga tidak ditularkan melalui kontak seksual.

Reporter : Mirandolina Barros Soares

Editor    : Armandina Moniz

 

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!