DILI, 08 Oktober 2025 (TATOLI) – Institut Geosains Timor-Leste (IGTL) bersama Sekretariat Negara Perlindungan Sipil (SEPS) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama dalam integrasi data dan peningkatan respons cepat terhadap bencana alam.
Penandatanganan kerjasama antara keduanya disahkan dalam acara peluncuran sistem pemantauan gempa bumi dan tsunami bernama “Earthquake-IGTL” di City8, Manleuana, Rabu ini.
Ketua IGTL, Job Brites dos Santos, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengembangkan aplikasi pemantau gempa bumi yang dapat diinstal di perangkat Android dan iOS. Aplikasi tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan kewaspadaan publik terhadap risiko gempa di seluruh wilayah nasional.
“Setelah aplikasi ini terpasang, kami akan melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi. Melalui kerja sama dengan APC dan DNMG (Direktorat Nasional Meteorologi dan Geofisika), kami ingin memastikan informasi kebencanaan dapat tersebar secara cepat dan akurat,” jelas Job Brites di City8, Rabu ini.
Ia menambahkan, penandatanganan MoU dengan APC melalui SEPS juga menjadi langkah penting untuk memperkuat sistem peringatan dini.
Selain itu hingga tahun 2022, sudah ada 20 stasiun seismograf IGTL yang terpasang di seluruh wilayah Timor-Leste. Dengan begitu hanya IGTL yang memiliki perangkat pemantauan aktivitas seismik, yang mampu mengirimkan sinyal langsung untuk menganalisis risiko tsunami.
“Data ini kemudian kami teruskan ke Direktorat Nasional Meteorologi dan Geofisika (DNMG) dan Otoritas Perlindungan Sipil (APC) sebagai dasar pengambilan keputusan cepat dalam upaya penyelamatan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Negara Perlindungan Sipil, Domingos Mariano Reis, menegaskan bahwa misi utama lembaganya adalah melindungi dan melayani warga negara dari ancaman bencana, sehingga peluncuran system IGTL yang baru tersebut merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah dalam membangun masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
“Langkah ini memungkinkan warga memperoleh peringatan dini dalam waktu tiga menit setelah gempa terjadi. Melalui sistem ini, masyarakat dapat mengetahui kedalaman, kekuatan, serta potensi dampak gempa secara cepat,” ujar Domingos.
Menurutnya, kolaborasi dengan IGTL menjadi tonggak penting dalam memperkuat pengelolaan data kerusakan, baik terhadap infrastruktur publik maupun harta benda warga.
“Dengan data konkret, kami dapat melakukan perencanaan tanggap darurat dan pemulihan yang lebih efektif, sekaligus mendorong efisiensi anggaran, pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Kerja sama antara SEPS dan IGTL ini diharapkan menjadi dasar bagi sistem perlindungan sipil yang lebih terintegrasi, cepat tanggap, dan berbasis data ilmiah, sehingga mampu memperkuat ketahanan nasional terhadap bencana di Timor-Leste.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz