iklan

HEADLINE, SOSIAL INKLUSIF

Paus di Minggu Palma : Kasih Tuhan adalah pangilan untuk berbelas kasih

Paus di Minggu Palma : Kasih Tuhan adalah pangilan untuk berbelas kasih

Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus. Foto Media Vatikan

DILI, 14 April 2025 (TATOLI) — Dalam homili yang dibacakan selama perayaan Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus, Paus Fransiskus mengajak umat untuk merenungkan belas kasih Tuhan yang tak terbatas.

Melalui Vatican News yang diakses Tatoli, senin ini, menyebutkan Paus Fransiskus dalam homilinya mengingatkan bahwa selama Pekan Suci ini, semua dipanggil untuk memikul salib masing-masing dan membantu mereka di sekitar yang tengah menanggung salib penderitaan.

Perayaan Minggu Palma Sengsara Tuhan dipimpin oleh Kardinal Argentina Leonardo Sandri, Wakil Dekan Dewan Kardinal, mewakili Paus Fransiskus yang membatasi keterlibatannya demi pemulihan dari gangguan pernapasan. Sekitar 40.000 umat dilaporkan hadir dalam perayaan yang menandai dimulainya Pekan Suci tersebut.

Kardinal Sandri membacakan homili Paus Fransiskus, yang mengajak umat untuk merenungkan kisah Simon dari Sirene sosok yang dipaksa oleh tentara Romawi untuk memikul salib Yesus dalam perjalanan menuju Kalvari. Meskipun Simon tidak memilihnya, ia menjadi bagian dari sengsara Tuhan. “Salib Yesus menjadi salib Simon,” kata Paus.

Paus mencatat bahwa Simon tidak berkata-kata, tidak ada percakapan antara dia dan Yesus, hanya kayu salib yang menyatukan mereka. Untuk memahami apakah Simon melakukannya dengan belas kasih atau sekadar karena paksaan, kita harus menyelami hatinya.

“Hati Tuhan selalu terbuka, tertusuk oleh rasa sakit yang mengungkapkan belas kasih-Nya, sementara hati manusia sering kali tetap tertutup,” ujar Paus.

Meski tidak diketahui pasti apa yang dirasakan Simon, apakah marah, iba, atau kesal yang pasti, ia memikul salib Kristus, salib yang menanggung dosa seluruh umat manusia. “Yesus memanggulnya karena kasih-Nya kepada kita, dalam ketaatan kepada Bapa. Ia menderita bersama kita dan untuk kita,” lanjut Paus. Dengan demikian, Simon dari Kirene, tanpa diduga, menjadi bagian dari sejarah keselamatan dan sebuah kisah di mana tak seorang pun dianggap asing.

Paus mengajak umat untuk meneladani Simon dari Kirene dalam kehidupan sehari-hari. “Yesus datang menemui setiap orang dalam segala situasi,” katanya. Kita diajak untuk membuka mata terhadap mereka di sekitar kita dimana pria dan wanita yang dipaksa oleh kekerasan dan kebencian untuk menapaki jalan Kalvari dalam hidup mereka.

“Berapa banyak Simon dari Kirene ada di zaman ini, memikul salib Kristus di bahu mereka? Bisakah kita mengenali mereka? Melihat Tuhan dalam wajah mereka yang dirusak oleh perang, kelaparan, dan ketidakadilan?” tanya Paus. Ia menegaskan, kita tidak pernah memikul salib Kristus dengan sia-sia. Justru melalui salib itulah, kita sungguh-sungguh ikut ambil bagian dalam kasih penebusan-Nya,” kata Paus.

Sebagai penutup, Paus menegaskan bahwa ketika mengulurkan tangan kepada mereka yang menderita, mengangkat yang terjatuh, dan memeluk mereka yang putus asa, saat itulah sengsara Yesus menjelma menjadi tindakan belas kasih yang nyata.

Selama Pekan Suci ini, Paus mengajak semua untuk merefleksikan hidup masing-masing, agar dapat mengalami mukjizat belas kasih Tuhan yang besar.

“Paus mendorong kita untuk tidak hanya memikul salib sendiri, tetapi juga salib orang lain termasuk mereka yang tak kita kenal yang kita temui di sepanjang jalan kehidupan. Dengan begitu, kita bisa menjadi Simon dari Kirene bagi satu sama lain,” ungkap Paus.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor      : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!