iklan

INTERNASIONAL, HEADLINE

Sekjen PBB akui suara g7+ penting untuk masa depan dunia yang lebih adil dan damai

Sekjen PBB akui suara g7+ penting untuk masa depan dunia yang lebih adil dan damai

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres menyampaikan pesan video singkat dalam Pertemuan Tingkat Menteri g7+ ke – VI yang digelar di CCD, Dili, jumat (11/04). Foto Tatoli/Antonio Daciparu

DILI, 11 April 2025 (TATOLI)—  Dalam momentum peringatan 15 tahun berdirinya g7+ dan Pertemuan Tingkat Menteri ke – VI yang digelar di Dili, Timor-Leste, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, menyampaikan pesan yang menyoroti pentingnya solidaritas, ketangguhan, dan kepemimpinan negara-negara g7+ dalam menghadapi tantangan global.

“Perjalanan Anda (g7+) selama 15 tahun terakhir menunjukkan bahwa dengan tekad dan kebersamaan, kita bisa menjadi kekuatan positif di dunia. Suara Anda dibutuhkan untuk membentuk dunia yang lebih adil,” kata Sekjen PBB. António Guterres melalui pesan video singkat dalam pertemuan Tingkat Menteri ke – VI di CCD (Pusat Konvensi Dili), jumat ini.

Ia menyatakan rasa terima kasihnya atas sambutan hangat yang diterimanya saat menghadiri peringatan 25 tahun referendum kemerdekaan Timor-Leste pada tahun sebelumnya dan menyebut Dili yang menjadi tempat lahirnya g7+ sebagai simbol luka konflik sekaligus keteguhan untuk bangkit, mencerminkan perjalanan banyak negara anggota g7+.

“Rakyat Anda memahami lebih baik dari siapa pun betapa mahalnya harga dari kerapuhan dan betapa pentingnya kerja keras setiap hari untuk membangun kembali kehidupan dengan martabat dan harapan,” katanya.

Berita terkait : Elizabeth Spehar akan wakili PBB hadiri Pertemuan Tingkat Menteri g7+ di Timor-Leste

Dalam sambutannya, Sekjen PBB menyoroti kontribusi nyata g7+ di kancah internasional, terutama dalam memperjuangkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 16 yang menekankan pentingnya perdamaian, keadilan, dan lembaga yang kuat.

Namun, ia juga menegaskan bahwa kerapuhan di dunia justru semakin dalam, dengan konflik berkepanjangan, kesenjangan sosial yang melebar, dan krisis iklim yang kian memicu ketidakstabilan global dan negara-negara g7+ sering kali menjadi pihak yang paling terdampak oleh dinamika ini.

“Dunia tidak boleh membiarkan seruan Anda tidak dijawab. Kita membutuhkan solidaritas yang nyata untuk menghasilkan solusi,” ungkapnya.

António Guterres juga memberikan apresiasi atas peran g7+ dalam membentuk “Pakta untuk Masa Depan”, sebuah kerangka kerja untuk mereformasi sistem perdamaian dan keamanan global.

Pakta ini berfokus pada pencegahan konflik, mediasi, dan pembangunan perdamaian, penguatan kerja sama Selatan-Selatan, Perluasan peluang untuk perempuan dan pemuda,  dan  juga reformasi arsitektur keuangan global, termasuk, memperbesar peran bank pembangunan multilateral, penghapusan utang yang efektif bagi ekonomi rapuh, stimulus SDG tahunan sebesar $500 miliar dan  dan akses lebih luas ke pembiayaan konsesional, dengan mengakui kerentanan melalui Indeks Kerentanan Multidimensi (MVI).

Ia menekankan pentingnya mendorong dunia untuk menepati komitmen ini, terutama menjelang Konferensi Pendanaan untuk Pembangunan yang akan berlangsung pada bulan Juni mendatang.

Berita terkait : Perwakilan 13 negara anggota g7+ tiba di Dili, hadiri pertemuan Tingkat Menteri  

Sekjen PBB juga menyoroti bahwa banyak negara g7+ berada di garis depan krisis iklim, menghadapi naiknya permukaan laut dan cuaca ekstrem yang mengancam kehidupan dan penghidupan.

Ia menegaskan pentingnya langkah konkret menuju COP30, serta meminta negara maju untu meningkatkan pendanaan adaptasi iklim, memberikan kontribusi berarti untuk dana kerugian dan kerusakan, dan memastikan realisasi janji pendanaan sebesar $1,3 triliun.

Sekjen PBB mengakhiri pesannya dengan penegasan bahwa solidaritas adalah tanggung jawab bersama. Ia menekankan bahwa suara g7+ sangat penting dalam memperkuat multilateralisme, mencegah konflik, dan menciptakan masa depan yang lebih bermartabat dan berkelanjutan bagi semua negara.

Pertemuan Tingkat Menteri  g7+ ke – VI  akan berlangsung selama dua hari, pada 11–12 April 2025.

Pertemuan Tingkat Menteri itu dihadiri oleh 14 negara anggota seperti Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Chad, Pantai Gading, Guinea-Bissau, Republik Demokratik Kongo, Liberia, São Tomé dan Príncipe, Kepulauan Solomon, Sierra Leone, Somalia, Sudan Selatan, dan Timor-Leste sendiri.

Berita terkait : Ketua g7+ Kenyeh Barlay : “Kita adalah pejuang perdamaian dan stabilitas”

Reporter : Cidalia Fátima

Editor     : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!