DILI, 11 April 2025 (TATOLI)— Menteri Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Sierra Leone sekaligus Ketua g7+, Kenyeh Barlay memberikan seruan kuat kepada seluruh perwakilan negara anggota g7+ untuk berpartisipasi aktif, menggugat pemikiran konvensional, dan mengusulkan solusi berani demi masa depan bersama.
“ g7+ lahir dari kebutuhan, dalam api konflik dan kesulitan. Kita adalah arsitek masa depan kita sendiri. Kita adalah suara dari 1,5 miliar orang yang hidup dalam kerentanan. Kita adalah pejuang perdamaian dan stabilitas,” kata Kenyeh Barlay dalam pidato pembukaan di pertemuan Tingkat Menteri g7+ ke – VI di CCD (Pusat Konvensi Dili), jumat ini.
Ia mengapresiasi Timor-Leste sebagai tuan rumah yang tidak hanya memberikan tempat untuk kelahiran g7+, tetapi juga secara konsisten memberikan dukungan politik, moral, dan finansial bagi pertumbuhan organisasi ini.
“Di kota ini, di aula ini, sejarah tercipta. Timor-Leste adalah mercusuar harapan bagi kita semua,” ujar Barlay dalam pidato yang disambut hangat para delegasi.
Berita terkait : Menlu Timor-Leste tegaskan komitmen global pada Pertemuan Menteri g7+ ke – VI
Barlay menegaskan bahwa g7+ telah berkembang pesat selama 15 tahun terakhir dari sekadar koalisi negara-negara rapuh menjadi aktor global yang tangguh dan berpengaruh, khususnya dalam isu pembangunan perdamaian, pembangunan negara, dan kerja sama pembangunan.
“Negara-negara kita tidak lagi menjadi penerima pasif dari keputusan internasional. Kami adalah pembentuk kebijakan global,” tegasnya.
Ia juga menyebut SDG 16 yang menekankan perdamaian, keadilan, dan lembaga yang kuat sebagai hasil nyata dari advokasi gigih g7+, serta menyebut Deklarasi Dili sebagai landasan kuat yang melahirkan kerangka New Deal for Engagement in Fragile States.
Mewakili Pemerintah dan rakyat Sierra Leone, Barlay menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan selama satu dekade untuk memimpin g7+, mengikuti kepemimpinan dari Timor-Leste dan Republik Demokratik Kongo.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Misi Tetap g7+ di PBB, yang terus menyuarakan agenda penting negara-negara rapuh dalam forum multilateral, termasuk di Dewan Keamanan PBB.
“Status pengamat kami di PBB telah memberikan tempat resmi di meja perundingan, yang memungkinkan kami memengaruhi diskusi global utama dan memastikan keputusan yang memengaruhi negara kami dibuat dengan masukan kami,” ucapnya tegas.
Kenyeh Barlay menekankan kekuatan utama g7+ terletak pada solidaritas dan kerja sama antaranggota. Ia menyebut kerja sama dari negara rapuh ke negara rapuh sebagai fondasi kuat untuk pembelajaran teknis, pertukaran kebijakan, dan peningkatan kapasitas pemerintahan.
“Solusi untuk kerentanan tidak datang dari luar, melainkan dari dalam. Inilah kekuatan sejati kita,” ujarnya.
Meski banyak pencapaian telah diraih, Barlay mengingatkan bahwa tantangan global justru semakin besar dan kompleks serta konflik yang meningkat, krisis iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan revolusi teknologi seperti kecerdasan buatan.
Ia menggambarkan bagaimana negara-negara g7+ harus menanggung dampak dari krisis yang bukan mereka sebabkan. “Perang tidak kita mulai. Perubahan iklim bukan akibat kita. Dan pergeseran teknologi belum kita manfaatkan,” katanya dengan nada penuh keprihatinan.
Berita terkait : Perwakilan 13 negara anggota g7+ tiba di Dili, hadiri pertemuan Tingkat Menteri
Barlay lalu mengajak semua delegasi untuk menjawab beberapa pertanyaan penting yaitu, Bagaimana menjaga stabilitas di dunia yang penuh konflik? Bagaimana memperkuat persatuan sebagai g7+? Dan Bagaimana memastikan kebijakan global inklusif terhadap negara-negara rapuh?
“Pertanyaan-pertanyaan ini harus memandu diskusi kita selama dua hari ke depan. Dunia sedang memperhatikan. Rakyat kita mengandalkan kita,” paparnya.
Pertemuan Tingkat Menteri g7+ ke – VI akan berlangsung selama dua hari, pada 11–12 April 2025.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz