DILI, 04 desember 2024 (TATOLI)– Universitas Nasional Timor Lorosa’e (UNTL) turut mengambil bagian dalam memerangi krisis kelautan dan melestarikan keanekaragaman hayati laut di Coral Triangle (Terumbu Karang Segitiga Bermuda) bersama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF).
Hal ini disamapikan Direktur Jenderal Perikanan, Budidaya Perairan dan Kelautan Kementerian Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (MAPPF -tetun), Celestino Barreto dalam Pertemuan Pejabat Senior ke-19 (SOM-19) dan Pertemuan Tingkat Menteri ke-9 enam negara digelar oleh CTI-CFF pada 04 – 06 desember 2024 di Timor Plaza.
“Bersamaan dengan kegiatan ini, Negara-negara Coral Triangle Timor-Leste, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina dan Kepulauan Solomon bersama Universitas Nasional Timor Lorosa’e (UNTL), menandatangani nota kesepahaman untuk menegaskan kembali komitmen dalam memerangi krisis kelautan dan menetapkan tujuan konservasi yang ambisius pada tahun 2025,” kata Dirjen Celestino, rabu ini.
Berita terkait : Timor-Leste upayakan proyek KKL lindungi Coral Triangle
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Direktur Eksekutif Sekretariat Daerah CTI-CFF, Frank Keith Griffin, Direktur Jenderal Perikanan, Budidaya Perairan dan Sumber Daya Kelautan, Celestino Barreto, Perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Hendra Yusran Siry, Pemimpin Program Coral Triangle, Klaas Jan Teule, Wakil Rektor Program Pascasarjana dan Penelitian UNTL, Afonso de Almeida, dan oleh Direktur Eksekutif Pusat Coral Triangle, Rili Djohani.
Celestino Barreto menyoroti pentingnya kemitraan ini untuk menggabungkan kekuatan antar negara anggota guna menghadapi semakin besarnya ancaman terhadap ekosistem laut.
“Wilayah ini adalah jantung keanekaragaman hayati laut dan landasan ketahanan pangan global. Lautan kita mendukung jutaan mata pencaharian, namun hal ini memerlukan upaya kolektif. Kami menyerukan komunitas internasional untuk bergabung dengan kami dalam melindungi sumber daya penting ini,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Sekretariat Daerah CTI-CFF, Frank Keith Griffin yang menganggap bahwa penandatanganan perjanjian ini memungkinkan negara-negara di Segitiga Terumbu Karang untuk menegaskan kembali kepemimpinan mereka dalam mencapai tujuan global untuk melindungi 30% lautan dunia pada tahun 2030.
Berita terkait : Timor-Leste jadi tuan rumah Pertemuan Menteri ke – IX CTI – CFF
“Komitmen kami tidak hanya mencerminkan tanggung jawab regional, namun juga sebuah keharusan. global. Segitiga Terumbu Karang merupakan pusat bagi seluruh umat manusia dan memerlukan tindakan kolaboratif,” ucapnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz