DILI, 10 september 2024 (TATOLI)— Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, meminta kepada para Uskup, para pastor, para suster, saserdot, diakon, seminaris, termasuk para katekis Timor – Leste untuk terus mewartakan injil dan harumkan nama Kristus.
Pesan tersebut disampikan Paus Fransiskus saat bertemu Uskup, para pastor, para suster, saserdot, diakon, seminaris, termasuk para katekis berjumlah 2000, di Gereja Katedral Dili, selasa ini.
Paus Fransiskus dalam pesannya mendorong mereka (Uskup, para pastor, para suster, saserdot, diakon, seminaris, termasuk para katekis) untuk untuk mewartakan Injil dan mengharumankan nama Kristus di Timor- Leste.
“Timor-Leste “berada di ujung” dunia, Timor-Leste adalah pusat Injil! Jadi, terlepas dari posisinya yang terpinggirkan di dunia, Timor-Leste adalah pusat Injil, yang sering kali berfokus pada orang-orang yang terpinggirkan. Kita tahu, bahwa di dalam hati Kristus, ‘pinggiran eksistensial’ adalah pusatnya,” jelas Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus mengatakan, mengutip kata pengantar dari Uskup Norberto do Amaral dari Diosis Maliana, dan juga sebagai Ketua Konferensi Waligereja Timor-Leste, merefleksikan pekerjaan dan tantangan mereka seperti yang dijelaskan kepadanya beberapa menit sebelumnya oleh seorang suster religius, seorang imam dan seorang katekis, yang berbagi kesaksian mereka. Ia melakukan hal itu dengan menceritakan kisah Maria dari Betania yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi yang mahal, yang diambil dari Injil Yohanes.
“Kisah ini, memberi tahu kita bahwa “keharuman Kristus dan Injil-Nya” adalah “anugerah yang harus kita lestarikan dan kita dipanggil untuk mewartakannya,” kata Paus.
Paus Fransiskus dalam pesannya menggunakan metafora kayu cendana, yang berasal dari wilayah Timor-Leste, Paus mendesak para religius, dan katekis Timor-Leste untuk kembali ke esensi iman mereka, dengan mengakui bahwa mereka yang harus mewartakan nama Kristus di Timor-Leste.
Bapa Suci juga mengingatkan mereka bahwa mengharumkan nama bukan untuk penggunaan pribadi mereka, tetapi “untuk mengurapi kaki Kristus, mewartakan Injil dan melayani orang miskin,” dan meminta mereka untuk tetap waspada.
Lebih lanjut Paus Fransiskus menekankan perlunya pertumbuhan yang berkesinambungan dalam pengetahuan tentang doktrin dan iman Kristen untuk membantu “memurnikan” budaya “dari ‘praktik-praktik dan tradisi-tradisi kuno dan terkadang takhayul’ yang mungkin bertentangan dengan ajaran-ajaran Kristen Katolik.
Di sisi lain, Paus Fransiskus mendorong mereka untuk menghargai beberapa aspek yang indah dari budaya mereka, seperti kepercayaan akan kebangkitan dan rasa hormat terhadap jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dunia.
Paus Fransiskus juga dalam pesannya terus mendorong para imam dan pekerja gereja di Timor-Leste untuk “menyebarkan keharuman” Injil, dengan semangat dan keberanian, dan untuk merangkul semangat misioner yang dinamis.
Paus Fransiskus juga menekankan perlunya dorongan baru untuk melakukan penginjilan di Timor-Leste yang berakar pada sejarah Kristen Katolik yang panjang”, sehingga aroma Injil juga dapat mendorong rekonsiliasi, perdamaian, kasih sayang, dan keadilan setelah mengalami perang selama bertahun-tahun.
Bapa Suci menambahkan bahwa, mewartakan Injil, adalah mewartakan belas kasihan, yang akan membantu orang miskin untuk bangkit kembali, dan harus disebarkan untuk memerangi penyakit-penyakit sosial yang mempengaruhi masyarakat Timor-Leste, seperti kekerasan, alkoholisme, dan ketidakhormatan terhadap perempuan.
Untuk mencapai tujuan ini, Timor-Leste membutuhkan para imam, orang yang telah membaktikan diri dan katekis yang bersemangat, siap dan kreatif.
Secara khusus kepada para imam, Paus Fransiskus mendesak mereka untuk tetap rendah hati dan tidak mengambil keuntungan dari peran mereka untuk keuntungan pribadi atau gengsi sosial. “Kalian harus selalu memberkati dan menghibur, selalu menjadi pelayan belas kasih dan tanda kerahiman Allah,” katanya.
Usai melakukan pertemuan tersebut, Paus Fransiskus menggunakan kursi roda turun dari altar dan memberikan pemberkatan kepada para suster dan juga para orang sakit yang berjumlah 100 yang telah berada di area Katedral Dili. Dari jumlah tersebut, Paus memberikan pemberkataan terlebih dahulu kepada seorang perempuan berusia 27 tahun yang sedang menderita dan tidur diatas kamar tidur.
Mayoritas orang-orang sakit yang sudah tua dan renta setelah diberkati oleh Paus, terlihat ada sebagian yang bahagia dan berlinang air mata.
Selain itu, Paus Fransiskus juga memberkati para kaum penyandang disabilitas dari asosiasi penyandang disabilitas Timor-Leste.
Selama pertemuan Paus Fransiskus juga mendengar beberapa kesaksian dari pihak-pihak agama dan katekis yang menceritakan tentang keterlibatan mereka dalam pelayanan yang telah dilakukan dalam misi Kristen di gereja Katolik di Timor-Leste.
Tim TATOLI