DILI, 09 september 2024 (TATOLI)— Sebanyak 797 peziarah asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia telah tiba di tempat peristirahatan bekas karantina COVID-19 yang dipilih Pemerintah Timor-Leste untuk mengikuti misa bersama Paus Fransiskus di Tasi-tolu pada 10 september 2024.
Berdasarkan laporan rapat koordinasi Keuskupan Atambua dan Keuskupan Agung Kupang, total peserta ziarah dari dua Keuskupan ada 947 dengan rincian, Keuskupan Kupang 385 orang dan Keuskupan Atambua ada 562 orang.
Namun, Sekretaris Jenderal Pusat Pastoral Keuskupan Atambua, Yosef M. L. Hello kepada Tatoli menjelaskan, jumlahnya turun menjadi 797 karena ada umat yang memutuskan berangkat sendiri ke Dili Timor-Leste dan ada pula yang membatalkan perjalanan karena berbagai alasan.
Berita terkait : Kantor Imigrasi Atambua perketat pemeriksaan pastikan kesiapan peziarah NTT ke Dili
“Jumlah umat berkurang karena ada yang memutuskan masuk ke Timor-Leste dengan berangkat sendiri, sedangkan yang sekarang (797) kami berangkat berkelompok. Alasan lainnya, banyak yang membatalkan karena alasan kesehatan, dan takut cuaca ekstrem,” kata Yosef M. L. Hello kepada Tatoli melalui telepon.
Sekretaris Jenderal Pusat Pastoral Keuskupan Atambua mengatakan, jumlah umat asal Atambua dan Kupang meliputi uskup, imam, biarawati, dan umat Katolik dengan rata-rata berusia 30 hingga 60 tahun.
Sebelumnya, Romo Vincentius Wun, SVD, yang mewakili Keuskupan Atambua mengatakan jumlah rombongan peziarah yang terdaftar dari Keuskupan Atambua sebanyak 596 orang dan Keuskupan Agung Kupang sebanyak 201 orang yang akan berangkat ke Timor-Leste secara bersamaan pada tanggal 09 September 2024.
“Diharapkan kegiatan kunjungan bersejarah ini dapat berjalan lancar dan mengimbau agar umat peziarah dapat menyiapkan hati secara damai dan niat yang baik agar dapat tetap menaati peraturan yang berlaku di kedua negara,” katanya.
Berdasarkan pantauan Tatoli di lapangan tempat peristirahatan peziarah asal NTT mendapat fasilitas ruangan masing-masing yang dilengkapi kasur, kamar mandi, toilet dan pengamanan maksimal dari Tim Satuan Tugas Gabungan F-FDTL dan PNTL, selain itu daerah tersebut dilarang untuk diakses orang lain termasuk media untuk melakukan wawancara.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz