DILI, 08 Juli 2024 (TATOLI)— Yayasan Konservasi Indonesia dan Lembaga Konservasi Internasional di Timor-Leste hari ini meluncurkan proyek Samarcore untuk tiga kotamadya yaitu, Bobonaro, Liquica dan Manatuto. Proyek tersebut diluncurkan untuk melakukan konservasi sumber daya alam laut di dua negara.
Proyek tersebut mendapatkan dukungan dari Organisasi Coral Triangle Initiative (CTI) yang terdiri dari enam negara yaitu, Indonesia, Timor-Leste, Filipina, Malaysia, Papua Nugini dan Kepulaun Solomon. Proyek tersebut didanai oleh Pemerintah German dengan jumlah anggaran $20 juta, sedangkan untuk proyek tersebut di Timor-Leste akan menggunakan dana senilai $1 juta, yang berdurasi sekitar dua tahun lebih.
“Proyek Samarcore diimplementasikan untuk wilayah CTI yang merupakan kawasan yang kaya akan keanekaragaman laut. Proyek tersebut didanai oleh Pemerintah German dengan dana $20 juta, dan di Timor-Leste akan dilaksanakan di tiga kotamadya,” kata Direktur Nasional Lembaga Konservasi Internasional di Timor Leste, Manuel Mendes pada wartawan usai acara di Timor Plaza Dili, senin ini.
Dijelaskan, tujuan dari proyek tersebut untuk memperingati masyarakat yang tinggal dekat laut agar berhati-hati pada masalah perubahan iklim. Selain itu juga dapat melakukan konservasi lebih baik pada ekosistem laut melalui lokasi perlindungan. Karena, proyek tersebut dapat memberikan manfaat bukan hanya pada keanekaragaman laut, namun juga bagi masyarakat agar dapat melindungi ekosistem laut.
Dikatakan, proyek tersebut telah ditandatangani di juni lalu, dan akan mempromosikan keanegaraman laut khususnya diberikan kesempatan kepada kaum perempuan yang berpotensi untuk mempromosikan produk lokal di lokasi yang saat ini menjadi target utama dalam implementasi proyek Samarcore.
“Visi utama dalam proyek tersebut bagaimana kita membangun koloborasi bersama antara laut Indonesia dan laut Timor-Leste, sehingga kita memilih laut di bagian utara seperti Alor dan Wetar, merupakan perbatasan utama dengan laut Timor-Leste. Dimana Indonesia melakukan perlindungan wilayah maritim dan kita berkoordinasi terus dengan Indonesia,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Senior Program Direktur Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan menginformasika bahwa, proyek tersebut baru di mulai dan dikelola oleh dua negara Timor-Leste dan Indonesia.
“Proyek tersebut bagaimana kita mengelola terumbu karang atau sumber daya alam laut dengan melestarikan berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut. Durasi proyeknya hingga desember 2026. Ada banyak lokasi yang akan kita lakukan di Indonesia dan Timor-Leste. Namun, di Indonesia kita akan lebih fokus pada Belu dan Wetar, sedangkan di Timor-Leste kita fokus di tiga kotamadya yaitu, Bobonaro, Liquica dan Manatuto,” ujarnya.
Dikatakan, dalam proyek tersebut akan dilaksakan pelatihan dan penguatan kebijakan tentang Marine special plan, dan Indonesia tentang indeks kesehatan laut dan pelatihan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam laut secara berkelanjutan.
Selain itu, Eksekutif Direktur CTI, Frank Keith Griffin menjelaskan bahwa, proyek tersebut akan dilaksanakan oleh partner utama yaitu Konservasi Internasional Timor-Leste dan Yayasan Konservasi Indonesia.
“Manfaat dari proyek tersebut, untuk memperbaiki pengelolaan perikanan dan juga pengelolaan sumber daya alam laut. Dimana masyarakat dilokasi proyek ini yang akan menerima manfaatnya,” tuturnya.
Proyek tersebut juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Timor-Leste, melalui Kementerian Pertanian, Perikanan dan kelautan (MAPPF).
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz