iklan

INTERNASIONAL, HEADLINE

Pemimpin kesehatan Asia-Pasifik berkomitmen atasi masalah resistensi antimikroba

Pemimpin kesehatan Asia-Pasifik berkomitmen atasi masalah resistensi antimikroba

Pertemuan Majelis Kesehatan Dunia digelar Jenewa, Swiss. Foto spesial

DILI, 29 mei 2024 (TATOLI)–Para pemimpin kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Asia Tenggara (SEARO) dan Pasifik Barat menyuarakan peringatan dan komitmen untuk bekerja sama guna mengatasi masalah resistensi antimikroba (AMR) secara lebih efektif.

Melalui siaran pers yang diakses Tatoli, para Pemimpin kesehatan mendukung laporan posisi bersama mengenai AMR di sektor kesehatan manusia di kawasan Asia-Pasifik pada acara Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss pada 27 mei hingga 01 juni 2024.

Komitmen untuk bekerja sama guna mengatasi resistensi antimikroba (AMR) secara lebih efektif diprakarsai oleh Pemerintah Jepang, dan didukung 26 negara Asia-Pasifik yaitu, Australia, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Republik Demokratik Rakyat Korea, india, Jepang, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia , Nauru, Nepal, Selandia Baru, Palau, Papua Nugini, Filipina, Republik Korea, Singapura, Kepulauan Solomon, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste, Tonga dan Vanuatu.

Dokumen laporan tersebut mengungkapkan tekad para pemimpin Asia-Pasifik untuk mempercepat tindakan terhadap AMR di sektor kesehatan manusia selama lima tahun ke depan. Dan, mendorong kolaborasi serta kemitraan dengan seluruh dunia, laporan ini akan dibawa ke Pertemuan Tingkat Tinggi PBB tentang Resistensi Antimikroba di New York pada september 2024.

Meningkatnya ancaman

Penyalahgunaan antimikroba  terutama antibiotik  pada manusia, hewan, dan tumbuhan mendorong meningkatnya infeksi yang resistan terhadap obat. Hal ini membuat infeksi umum lebih sulit diobati dan prosedur serta pengobatan medis, seperti pembedahan dan kemoterapi, menjadi jauh lebih berisiko.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap munculnya dan penyebaran infeksi yang resistan terhadap obat adalah kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang tidak memadai. Hal ini mendorong penyebaran mikroba yang resisten terhadap pengobatan di fasilitas kesehatan dan masyarakat.

AMR merupakan ancaman yang meningkat terhadap kesehatan dan pembangunan secara global dan terhadap negara-negara dan wilayah WHO di Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan rumah bagi hampir setengah populasi dunia.

Pada tahun 2019, AMR diperkirakan menyebabkan 700.000 kematian di kedua wilayah tersebut, mewakili lebih dari separuh kematian global yang disebabkan oleh AMR. Selain ancaman langsung terhadap kesehatan manusia, AMR juga mengancam perekonomian global dan nasional. Misalnya, jika hal ini tidak dapat diatasi secara efektif, negara-negara dan wilayah WHO di Pasifik Barat diperkirakan akan menghadapi kelebihan biaya ekonomi hingga US$148 miliar akibat AMR antara tahun 2020 dan 2030.

Saima Wazed, Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara, mengatakan para menteri kesehatan di Majelis Kesehatan Dunia akan membahas cara mempercepat respons terhadap AMR.

“Dengan membuat komitmen, hari ini dan membawanya ke Pertemuan Tingkat Tinggi Majelis Umum PBB mengenai AMR pada september, negara-negara di Asia dan Pasifik memperjelas bahwa mereka menyadari pentingnya tindakan, dan mereka menunjukkan komitmen untuk mendorong perubahan dari bagian kita dari dunia,” kata Direktur Regional WHO untuk Asia, Saime Wazed, melalui siaran pers itu.

Komitmen para pemimpin dunia

Para pemimpin dunia menyadari pentingnya mengatasi resistensi antimikroba. “Untuk mengatasi masalah mendesak AMR, yang disebut sebagai ‘pandemi diam-diam’, kita harus lebih mempercepat kerja sama dan kepemimpinan internasional dalam menanggapinya,” kata Shiozaki Akihisa, selaku Wakil Menteri Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Parlemen Jepang.

Selain itu, Direktur Regional WHO untuk bidang kesehatan dan ekonomi. Pasifik Barat, Dr. Saia Ma’u Piukala menyatakan dukungan atas laporan tersebut  bersama 26 negara dan wilayah di kawasan Asia-Pasifik dengan menunjukkan tekad untuk memimpin upaya global dalam mengatasi ancaman mendasar terhadap kesehatan dan perekonomian.

Dalam pertemuan Tingkat Tinggi tersebut dihadiri oleh, Menteri Kesehatan Timor-Leste, Elia dos Reis Amaral beserta delegasinya, dan Perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia di Timor-Leste, Arvind Mathur.

Resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah kondisi saat bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan, sehingga kebal terhadap obat-obatan yang diberikan. Jika dibiarkan, risiko penyebaran penyakit dan kematian menjadi semakin tinggi.

Reporter : Mirandolina Barros Soares

Editor     : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!