DILI, 14 mei 2024 (TATOLI)— Para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari Republik Indonesia melakukan riset tentang peranan Perempuan Timor-Leste dengan topik Women Peace and Security.
Hal ini disampaikkan oleh Peneliti BRIN, Dewi Fortuna Anwar usai bertemu Perdana Menteri, Kay Rala Xanana Gusmão bersama kedua rekannya Iren Gayatri dan Mario Surya Darma.
“Kami bertiga juga akan melakukan penelitian di Timor-Leste tentang peranan perempuan dalam perjuangan waktu masih dibawa kependudukan Indonesia, dalam perdamaian dan pembangunan sekarang ini,” jelasnya.
Diektahui peneletian bertemakan Women Peace and Security telah dimulai sejak awal 2024 melalui kedua rekannya dan akan diteruskan sampai batas waktu yang tidak dikatakan.
Selain melakukan penelitian Dewi Fortuna Anwar juga diundang khusus oleh Presiden Republik, Jose Ramos Horta untuk memberikan Presidential Lecture tentang Regional Security and Regional Diplomacy, Chalanges and Opportunity, atau Keamanan Regional dan Diplomasi Regional, Tantangan dan Peluang, serta akan mendapatkan penghargaan dari Timor-Leste.
“Kebertulan saya akan mendapat penghargaan dari Timor-Leste, pada hari kamis nanti. Kemungkian Presiden Republik yang akan memberikan,” katanya.
Dijelaskan, dalam pertemuan kehormatan dengan PM Xanana, secara pribadi telah mengenalnya sejak Pemerintahahan Presiden BJ Habibie, selain itu rekannya Iren Gayatri juga telah mengenal PM Xanana melalui kunjungannya di Penjara Cipinang.
“Kami berbicara banyak hal di Timor-Leste, tentang ASEAN dan ingin menyambung hubungan lagi. PM Xanana ingin supaya hubungan kekeluargaan dan hubungan di dalam ASEAN, dan kami bertanya sejauh mana kesiapan Timor-Leste bergabung dengan ASEAN,” ungkapnya.
Dikatakan, dalam pertemuan PM Xanana mengatakan Timor-Leste sendiri tentunya belum bisa sepenuhnya memenuhi pertemuan ASEAN sebanyak 1.500 dalam setahun, tetapi akan memilih mana yang diprioritaskan.
Ia berharap Timor-Leste lebih progessif untuk ikut mendorong ASEAN dalam isu demokrasi dan HAM mengingat ASEAN menghadapi situasi sulit seperti di Myanmar.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz