DILI, 04 september 2022 (TATOLI) – Timor-Leste (TL) menandai hari ini, 04 september, sebagai hari bersejarah tentang pengumuman hasil referendum. Hari dimana pasukan Indonesia mulai menyerang warga sipil dan menciptakan gelombang kekerasan di wilayah tersebut, usai mendengarkan hasil pengumuman.
Intimidasi dan teror milisi mencapai puncaknya setelah mayoritas rakyat TL memilih untuk berpisah dari Indonesia dalam sebuah referendum yang diadakan pada 30 agustus 1999. Empat hari setelah Jajak Pendapat, pada 4 september 1999, Komisi Pemilihan Independen Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan hasilnya dan mengeluarkan pendapatnya.
Sekjen PBB, Kofi Annan (waktu itu) menyatakan hasil Jajak Pendapat kepada Dewan Keamanan bahwa, 94.388 (21,5%) suara mendukung usulan otonomi yang diajukan oleh Indonesia dan suara 344.580 (78,5%) menolaknya dan memilih berpisah dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Sekretaris Negara Pemuda dan Olahraga, Abrão Saldanha, menilai tanggal tersebut menandai berakhirnya penderitaan rakyat Timor dalam perjuangan pembebasan.
“Perayaan tanggal tersebut memungkinkan orang Timor untuk melihat sejarah perjuangan kemerdekaan kita. Terlepas dari berbagai pemimpin perlawanan, organisasi dan komando perjuangan, keputusan dibuat oleh rakyat, melalui partisipasi rakyat selama 23 tahun”, katanya kepada Tatoli, di Lecidere.
Baginya, apresiasi hari bersejarah ini melibatkan partisipasi aktif warga dalam proses pembangunan nasional.
Seorang kaum muda, Maria do Céu Gusmão, mengingat tanggal 4 september sebagai momen kelam. Dimana, 23 tahun yang lalu, keluarga berkumpul di rumah, dalam suasana tegang, menunggu hasil referendum yang diumumkan oleh PBB.
Wanita muda yang saat itu masih berusia empat tahun, menyaksikan, setelah hasil diumumkan, teror yang diciptakan oleh milisi dan rumah-rumah yang terbakar. Ia harus melarikan diri bersama ibunya ke Dare (Satu desa dipingiran kotamadya Dili).
Maria mencatat, bagaimanapun, bahwa terlepas dari gelombang kekerasan, tanggal ini mengarah pada kemerdekaan Timor-Leste.
“Saya meminta anak-anak muda Timor untuk terus menghargai hari nasional ini, karena kemerdekaan negara kita bukanlah sebuah tawaran. Itu datang kepada kita melalui perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kita”, serunya.
Ambrósio Colo juga menganggap tanggal tersebut sebagai awal dari babak baru kemerdekaan negara setelah perjuangan panjang.
“Kami adalah bagian dari generasi baru. Kita harus berkontribusi dalam proses pembangunan nasional, karena masa depan bangsa ada di tangan kita”, pintanya.
Reporter: Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz