iklan

POLITIK, INTERNASIONAL, KEADILAN, KEAMANAN

PBB minta semua negara lawan tindakan rasionalisme dan diskriminasi  

PBB minta semua negara lawan tindakan rasionalisme dan diskriminasi   

Suasana rapat Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Foto google

DILI, 23 september 2021 (TATOLI)– Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres dalam peringatan ulang tahun Deklarasi dan Program Aksi Durban ke-20, meminta semua negara melalui Majelis Umum PBB untuk segera mengambil tindakan nyata melawan rasionalisme dan diskriminasi.

Melalui siaran pers resmi yang diakses Tatoli, kamis ini menyebutkan, pada awal abad ini, para pemimpin dunia dan pembela hak asasi manusia melakukan perjalanan ke Durban bertekad untuk membuang kebencian dan prasangka yang merusak abad-abad sebelumnya. Deklarasi asli ini sebagai abad hak asasi manusia dan memberantas rasisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Menurut siaran pers tersebut bahwa, peringatan 20 tahun Deklarasi Durban dan Program Aksi menawarkan kesempatan penting untuk merenungkan di mana harus berdiri dan ke mana harus pergi. Rasisme dan diskriminasi rasial masih merasuki institusi, struktur sosial dan kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat. Rasisme struktural dan ketidakadilan sistematis masih mengingkari hak asasi manusia yang mendasar.

Orang Afrika dan orang-orang keturunan Afrika, komunitas minoritas, masyarakat adat, migran, pengungsi, orang terlantar dan banyak lainnya dan semuanya terus menghadapi kebencian, stigmatisasi, pengkambinghitaman, diskriminasi, dan kekerasan.

Dari pelanggaran mencolok hingga pelanggaran yang merayap, hak asasi manusia sedang diserang. Rasisme seringkali menjadi katalis yang kejam. Serta keterkaitan antara rasisme dan ketidaksetaraan gender tidak salah lagi, melihat beberapa dampak terburuk dalam tumpang tindih dan persilangan diskriminasi yang dialami oleh perempuan dari komunitas rasial dan kelompok minoritas.

“Kita sedang menyaksikan kebangkitan antisemitisme yang meresahkan dan  sebuah pertanda sepanjang sejarah diskriminasi terhadap orang lain. Kita harus mengutuk tanpa ragu atau ragu. Rasisme dan diskriminasi dari tumbuhnya fanatisme anti-Muslim, perlakuan buruk terhadap minoritas Kristen dan bentuk-bentuk intoleransi lainnya di seluruh dunia,” jelas Sekjen PBB.

Ia menjelaskan, siapa pun yang menggunakan proses ini atau platform lainnya untuk cacian antisemit, wacana anti-Muslim, ujaran kebencian, dan pernyataan tak berdasar, hanya merendahkan perjuangan esensial melawan rasisme.

Sekjen PBB yakin kepimpinan dari wanita dan kaum muda adalah momentum yang harus dimanfaatkan

Sebuah gerakan untuk keadilan dan kesetaraan ras telah muncul dengan kekuatan, jangkauan, dan dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebangkitan baru ini  sering dipimpin oleh wanita dan kaum muda  telah menciptakan momentum yang harus dimanfaatkan.

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) telah meluncurkan agenda transformatif membantu membongkar rasisme sistemik, memastikan akuntabilitas dan memberikan keadilan reparatoris.

Dewan Hak Asasi Manusia telah membentuk mekanisme independen baru untuk memajukan keadilan rasial dan kesetaraan dalam penegakan hukum. Forum Permanen Orang Keturunan Afrika yang dibuat oleh Majelis Umum adalah contoh lain dari kemajuan yang berarti menuju respons sistemik terhadap rasisme sistemik.

“Saya meminta setiap Negara Anggota untuk mengambil tindakan nyata termasuk melalui langkah-langkah kebijakan, undang-undang, dan pengumpulan data yang lebih terperinci untuk mendukung semua upaya ini di tingkat nasional dan global,” kata António.

Ia menambahkan, “Bersama-sama, kita harus bekerja untuk mengenali resonansi kontemporer dari kejahatan masa lalu yang terus menghantui kita saat ini.  Trauma yang tersisa,  penderitaan lintas generasi,  ketidaksetaraan struktural yang begitu dalam berakar pada perbudakan dan eksploitasi kolonial selama berabad-abad. Dan kita harus membalikkan konsekuensi dari eksklusi dan diskriminasi dari generasi ke generasi  termasuk dimensi sosial dan ekonomi yang jelas melalui kerangka keadilan reparatoris.”

Siaran pers itu menuliskan bahwa, pandemi Covid-19 adalah bukti yang memberatkan betapa masih jauh dari memperbaiki kesalahan masa lalu. Dalam beberapa kasus, tingkat kematian tiga kali lebih tinggi untuk kelompok yang terpinggirkan.

Perempuan dari kelompok minoritas sering menjadi yang paling buruk menghadapi eskalasi kekerasan berbasis gender, kehilangan pekerjaan dan kesempatan pendidikan dalam jumlah yang lebih besar daripada siapa pun, dan mendapat manfaat paling sedikit dari stimulus fiskal.

Deklarasi Durban dan Program Aksi dimaksudkan untuk memutus lingkaran setan, di mana diskriminasi menyebabkan deprivasi dan kemiskinan memperdalam diskriminasi. Kita dapat mengatasi penderitaan yang berbahaya ini dan menyembuhkan jika kita mengakui keragaman sebagai kekayaan.

António mengatakan,  jika semua memastikan  terlepas dari ras, warna kulit, keturunan, asal kebangsaan atau etnis, jenis kelamin, agama, orientasi seksual, atau status lainnya dapat menjalani kehidupan yang bermartabat dan memiliki kesempatan dan berdiri bersama sebagai satu keluarga manusia. Kaya dalam keragaman, setara dalam martabat dan hak, bersatu dalam solidaritas.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor      : Armandina Moniz

 

 

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!