DILI, 11 April 2025 (TATOLI)— Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Timor-Leste, Bendito Freitas dalam Pertemuan Tingkat Menteri g7+ ke – VI menegaskan komitmen organisasi g7+ di kancah global untuk memperjuangkan perdamaian, ketahanan, dan pembangunan inklusif.
Pertemuan Menteri g7+ ke – VI yang digelar di Pusat Konvensi Dili (CCD), Dili, Timor-Leste menjadi sangat bersejarah karena bertepatan dengan peringatan 15 tahun berdirinya g7+, sebuah aliansi negara-negara rapuh dan terdampak konflik yang memperjuangkan perdamaian, ketahanan, dan pembangunan inklusif.
Menteri Bendito menekankan bahwa kehadiran para delegasi dari berbagai penjuru dunia, baik dari negara-negara tetangga maupun dari benua yang jauh, menjadi simbol kuat solidaritas global.
Ia menggarisbawahi pencapaian luar biasa g7+ selama 15 tahun terakhir dalam memperjuangkan suara negara-negara rapuh agar didengar dalam forum internasional. Ia menyebut bahwa meski dihadapkan pada berbagai tantangan, negara-negara anggota g7+ telah membuktikan ketangguhan mereka.
Berita terkait : Perwakilan 13 negara anggota g7+ tiba di Dili, hadiri pertemuan Tingkat Menteri
Menurutnya, meskipun negara-negara anggota g7+ menghadapi tantangan berat sebagai negara yang rapuh atau terdampak konflik, mereka tidak terdefinisi oleh kerapuhan tersebut, melainkan oleh tekad, harapan, dan semangat untuk masa depan yang lebih baik.

“Kita tidak didefinisikan oleh kerapuhan, melainkan oleh tekad, harapan, dan komitmen untuk membentuk masa depan yang lebih baik bagi rakyat kita,” tegas Menteri Bendito dalam pembukaan pertemuan di CCD (Pusat Konvensi Dili), jumat ini.
Pertemuan ini juga menjadi ajang refleksi atas pencapaian organisasi selama 15 tahun terakhir, serta panggilan untuk memperkuat mekanisme koordinasi dalam mendorong pembangunan, demokrasi, dan penghormatan terhadap hukum dan nilai-nilai kemanusiaan.
Anggota Pemerintah itu pun menyoroti peran penting g7+ dalam forum global, termasuk partisipasi aktif dalam COP29 di Baku. Azerbaijan pada 2024, di mana g7+ berhasil menyuarakan kepentingan negara-negara paling rentan terhadap perubahan iklim.
“Status pengamat yang telah diperoleh di Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan bukti pengaruh kami yang terus berkembang,” katanya, sembari menyatakan bahwa kini suara negara-negara rapuh tidak lagi diabaikan dalam diskusi global.
Ia juga menyampaikan penghormatan mendalam kepada Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmão, yang disebut sebagai tokoh utama di balik pembentukan g7+, serta kepada Presiden José Ramos-Horta, yang kini menjabat sebagai Utusan Khusus g7+ dan Pemenang Nobel Perdamaian.
“Kepemimpinan visioner dan komitmen mereka terhadap perdamaian dan stabilitas telah membentuk g7+ menjadi badan berpengaruh seperti sekarang ini,” ujarnya.
Anggota Pemerintah itu pun juga memberikan apresiasi kepada Republik Sierra Leone atas dedikasi dan kepemimpinan selama satu dekade terakhir, serta menyambut kehadiran Ms. Elizabeth Spehar, Asisten Sekretaris Jenderal PBB, yang hadir mewakili dukungan dari komunitas internasional.
Berita terkait : Elizabeth Spehar akan wakili PBB hadiri Pertemuan Tingkat Menteri g7+ di Timor-Leste
Bendito Freitas berharap agar pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga memicu kolaborasi yang konkret antarnegara anggota.
“Bersama-sama, kita akan terus memposisikan g7+ sebagai aktor global dengan suara yang kuat untuk mewakili negara-negara yang terkena dampak konflik dan kerapuhan,” tandasnya.
Dengan semangat kolektif yang mengakar pada sejarah bersama dan harapan masa depan, Timor-Leste, melalui pertemuan ini, mengukuhkan dirinya sebagai tuan rumah yang tak hanya menyambut, tapi juga memimpin arah baru dalam perjuangan global untuk perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz