DILI, 11 februari 2025 (TATOLI)—Presiden Republik, José Ramos Horta menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada Raja Carl XVI Gustaf dan Rakyat Swedia atas kejadian penembakan tragis di Pusat Pendidikan Risbergska di Örebro Swedia pada 04 februari 2025.
Dalam suratnya kepada Raja Swedia, tertanggal 05 februari 2025, Presiden Horta menyampaikan duka mendalam atas kejadian tersebut dan menyampaikan solidaritas Timor-Leste kepada Rakyat Swedia di masa sulit ini.
“Di masa berkabung ini, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga para korban dan masyarakat Swedia, yang sedang menghadapi salah satu momen paling menyakitkan dalam sejarah mereka,” kata Presiden Horta dalam siaran pers yang diakses Tatoli, selasa ini.
Penerima Nobel Perdamaian itu mengatakan kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat diterima, dan serangan di tempat pembelajaran, di mana generasi muda dan orang dewasa mencari ilmu pengetahuan dan masa depan yang lebih baik, membuat tragedi ini semakin menyedihkan.
Presiden Horta menekankan dukungan teguh Timor-Leste terhadap Swedia dan menyatakan keyakinannya terhadap ketahanan Rakyat Swedia.
“Di masa sulit ini, kami percaya pada ketahanan Rakyat Swedia dan otoritas mereka untuk mengatasi cobaan ini dengan kekuatan dan persatuan,” ungkapnya.
Presiden Horta mengakhiri pesannya dengan memberikan penghiburan kepada keluarga yang berduka dan mengungkapkan harapan serta tekad untuk masa depan Swedia.
Dikutip dari Reuters, pada 4 februari 2025, terjadi penembakan massal di Pusat Pendidikan Risbergska yang terletak di Orebro, Swedia, sekitar 200 kilometer dari ibu kota Stockholm. Insiden ini melibatkan seorang pria bersenjata yang menewaskan sepuluh orang, termasuk dirinya sendiri. Penembakan ini menjadi salah satu tragedi terburuk dalam sejarah Swedia.
Penembakan dimulai pada pukul 12:33 waktu setempat. Pelaku, yang diidentifikasi sebagai Rickard Andersson berusia 35 tahun, memasuki sekolah dan mulai menembaki para siswa dan staf. Korban terdiri dari tujuh perempuan dan tiga pria dengan rentang usia antara 28 hingga 68 tahun. Semua korban ditemukan di dalam gedung sekolah.
Rickard Andersson adalah mantan siswa di Risbergska dan dilaporkan memiliki masalah kesehatan mental. Sebelum kejadian, ia tidak memiliki catatan kriminal yang mencolok. Setelah melakukan penembakan, pelaku dilaporkan bunuh diri dengan senjatanya sendiri.
Kepolisian Swedia menemukan tiga senapan di dekat tubuh pelaku serta banyak selongsong peluru dan amunisi yang belum terpakai. Meskipun jenis senjata yang digunakan dalam penembakan ini belum diumumkan secara resmi, pemerintah Swedia telah mengusulkan untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata api, khususnya terhadap senapan semi-otomatis seperti AR-15.
Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson menyatakan bahwa hari tersebut sangat menyakitkan bagi Swedia dan menggambarkan penembakan tersebut sebagai “aksi kekerasan yang mengerikan”.
Pemerintah juga menyerukan pengkajian ulang terhadap persyaratan izin berburu untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Hingga saat ini, motif dari penembakan massal tersebut masih belum jelas dan sedang dalam penyelidikan oleh pihak berwenang. Polisi terus mencari informasi lebih lanjut mengenai latar belakang pelaku dan kemungkinan alasan di balik tindakan tersebut.
Tragedi ini memicu duka mendalam di seluruh negara dan meningkatkan diskusi mengenai isu kepemilikan senjata serta keamanan publik di Swedia.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz