DILI, 15 november 2025 (TATOLI)— Komisi Nasional Timor-Leste untuk UNESCO (KNTLU) kembali menggelar sebuah lokakarya untuk memperkenalkan implementasi Konvensi UNESCO 2005 tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya yang tercantum dalam Laporan Berkala Empat Tahunan (Quadrennial Periodic Reports – QPR).
Timor-Leste telah meratifikasi dan menyetujui konvensi tahun 2005 berdasarkan Resolusi Parlemen Nasional No. 8/2016 tertanggal 18 Mei, sehingga setiap empat tahun sekali mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan laporan kepada UNESCO.
Sekretaris Eksekutif KNTLU, Luis Nívio menginformasikan hal ini untuk menjelaskan berbagai kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat Sipil untuk melindungi dan memajukan keragaman ekspresi budaya. Timor-Leste telah menyerahkan laporan QPR dua kali ke UNESCO, pada tahun 2020 dan sekarang pada tahun 2024.
“Oleh karena itu, setelah kita mempunyai laporan yang menjadi standar atau ukuran bagi kita untuk meninjau pelaksanaan kebijakan dan langkah-langkah yang telah dilaksanakan terkait dengan perlindungan dan pemajuan keanekaragaman ekspresi budaya. Memperbaiki kebijakan kita untuk kreativitas industri dan seni,” jelas Luis Nívio dalam pembukaan lokakarya tersebut di ruang Ian Martin INFORDEPE, jumat ini.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Badan Pembangunan Internasional Swedia (Sida) dan UNESCO Jakarta atas dukungan anggaran mereka melalui proyek yang disebut “RelShaping Policies for Creativity and Artistic Freedom.”
Anggaran yang diberikan SIDA diperuntukkan bagi 11 negara yaitu, Bolivia, Botswana, Cabo Verde, Pantai Gading, Republik Demokratik Rakyat Laos, Meksiko, Sudan Selatan, Indonesia, Peru, Senegal dan Timor-Leste sebesar $2,7 juta dari juli 2022 hingga desember 2025.
Perwakilan Unit Kebudayaan dari Kantor UNESCO Jakarta, Moe Chiba mengakui laporan berkala untuk konvensi 2005 tentang perlindungan dan promosi keragaman ekspresi budaya adalah pencapaian dan bagian dari tonggak sejarah dan tidak hanya untuk pemerintah, tetapi juga untuk memperkaya seluruh rakyatnya.
“UNESCO percaya bahwa keragaman budaya adalah salah satu sumber daya terbesar umat manusia. Bayangkan sebuah dunia dengan hanya satu cerita, satu lagu atau satu sudut pandang, dan dunia yang kekurangan semua itu dan kebijaksanaan yang dibawa oleh keragaman tersebut. Kekayaan pengalaman manusia bergantung pada berbagai suara, perspektif, dan ekspresi artistik dan konsep ini merupakan inti dari konvensi 2005,” ungkapnya.
Ia menegaskan konvensi tersebut berkomitmen bahwa setiap negara mengambil bagian untuk membuat kebijakan yang mendukung sektor budaya dan kreatif yang berkembang pesat, menggunakan seni, visual, sastra, musik, pertunjukan film, televisi, dan yang terpenting jaringan internet.
Direktur Jenderal SEAK (Sekretariat Negara urusan Seni dan Budaya), Gil Paulino S. Oliveira mengatakan kesimpulan dari laporan berkala ini bukanlah akhir tetapi juga bagian dari langkah selanjutnya untuk melindungi dan secara tegas mempromosikan keragaman ekspresi budaya Timor-Leste.
Banyak mitra yang terlibat aktif dalam penyusunan laporan berkala ini, serta partisipasi yang sangat baik dari lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, yang tidak disebutkan secara pribadi dalam laporan tersebut.
“Data dan informasi yang terkandung dalam laporan ini sangat penting, sebagai alat unik untuk mencerminkan implementasi kebijakan dan langkah-langkah untuk melindungi dan mempromosikan keragaman ekspresi budaya di Timor-Leste selama empat tahun terakhir,” katanya.
Selain itu juga pemantauan terhadap tujuan dan implementasi Konvensi 2005 oleh lembaga-lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, tidak hanya dapat memberikan masukan bagi tindakan publik, namun juga mendorong ambisinya dengan menggambarkan peran keberagaman dan kreativitas sebagai sumber inovasi bagi masyarakat berkelanjutan.
Pengembangan perlindungan dan pemajuan keanekaragaman ekspresi budaya akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan budaya generasi mendatang; budaya yang inovatif, kreatif, afirmatif dan ekspresif secara berkelanjutan.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz