iklan

INTERNASIONAL, HEADLINE

PM Xanana anjurkan reformasi struktural Dewan Keamanan PBB

PM Xanana anjurkan reformasi struktural Dewan Keamanan PBB

Perdana Menteri, Kay Rala Xanama Gusmao menyampaikan pidato dalam pertemuan tingkat tinggi Summit of The Future pada Sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Foto GPM

New York, 23 september 2024 (TATOLI)— Perdana Menteri, Kay Rala Xanama Gusmão dalam pidatonya di   pertemuan tingkat tinggi Summit of The Future pada Sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, menganjurkan reformasi struktural Dewan Keamanan PBB.

“Saya menganjurkan reformasi struktural Dewan Keamanan, yang telah menjadi usang, tidak efektif, dan tidak mewakili realitas saat ini. Sebuah organisasi internasional hanya kredibel jika menanggapi kebutuhan saat ini dan tidak terikat pada mekanisme yang dibuat untuk mengatasi masalah dari hampir 80 tahun yang lalu. Jadi, saya mendukung perluasan anggota tetap Dewan Keamanan, untuk representasi dan legitimasi geografis, budaya, dan ekonomi yang lebih besar.

Ia mengatakan, sulit untuk mewujudkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan, sementara negara-negara kaya dan maju terus membuat keputusan untuk negara-negara miskin dan berkembang.

“Ini adalah kasus beberapa orang yang memutuskan untuk kita, tanpa kita! Saya mendukung investasi yang lebih besar dalam diplomasi pencegahan yang mengidentifikasi penyebab masalah dan memperkuat proses nasional, dan upaya diplomatik yang lebih besar untuk mendengarkan dan memahami, daripada memaksakan solusi teoritis yang tidak kontekstual,” kata PM Xanana.

Perdana Menteri, Kay Rala Xanama Gusmao menyampaikan pidato dalam pertemuan tingkat tinggi Summit of The Future pada Sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Foto GPM

Dikatakan, gencatan senjata yang diikuti dengan negosiasi, selalu lebih baik daripada pasokan senjata terus menerus yang bertujuan untuk mengalahkan musuh atau paling tidak, pendekatan seperti itu meminimalkan jumlah perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah yang terkena dampak konflik.

“Saya juga menganjurkan untuk mengatasi struktur ekonomi yang eksploitatif dan ketidaksetaraan yang ekstrem, serta dukungan keuangan yang lebih besar dan keringanan utang untuk negara-negara berkembang. Komunitas internasional harus mendanai upaya pembangunan global,” ungkapnya.

Iapun mengatakan,  merupakan suatu kehormatan bagi dirinya  untuk mengambil bagian dalam Konferensi Tingkat Tinggi Masa Depan ini.

“Pada bulan lalu, Timor-Leste merayakan ulang tahun ke-25 Jajak Pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana rakyat kami dengan berani memilih untuk menentukan nasib sendiri dan kebebasan. Kemerdekaan Timor-Leste adalah sebuah pencapaian rakyat Timor-Leste, tetapi juga kemenangan sistem internasional. Hal ini juga menunjukkan bahwa, dengan komitmen, kerja sama internasional dapat mencapai tujuan yang telah disepakati dan mengatasi tantangan dan peluang pada masanya,” kata PM Xanana.

Dan jika hari ini Timor-Leste menjadi negara demokrasi yang stabil dan damai dalam transisi menuju pembangunan, hal ini tidak hanya berkat dukungan terus-menerus dari komunitas internasional tetapi juga karena upaya rekonsiliasi dan dialog nasional untuk perdamaian, untuk mengamankan masa depan yang damai.

“Kita tahu bahwa tanpa perdamaian, tidak ada kondisi untuk pembangunan. Itulah mengapa berinvestasi pada generasi muda  dalam hal keterampilan pendidikan, sosial dan kewarganegaraan dan sosial dan kewarganegaraan adalah investasi dalam pembangunan berkelanjutan dan perdamaian abadi.

PM Xanana juga menyoroti Sahara Barat yang telah menunggu referendum sejak tahun 1992. Sudah menunggu selama 32 tahun! Hukum internasional belum menjangkau koloni terakhir di Afrika ini, diabaikan dan dilupakan.

Komunitas internasional belum menemukan solusi multilateral untuk masa depan perdamaian bagi banyak negara di seluruh dunia. Dari Palestina hingga Ukraina, dari Yaman hingga Sudan, dari Republik Afrika Tengah hingga Republik Demokratik Kongo, dari Afganistan hingga Myanmar, dan dari Haiti hingga banyak negara yang rapuh dan dilanda konflik.

“Kita semua tahu bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan setelah Perang Dunia II untuk menjaga perdamaian global, hak asasi manusia, dan pembangunan internasional. Namun, kita sekarang hidup di zaman yang penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, ketidakstabilan, dan konflik. Dimana, kita menghadapi tantangan yang semakin kompleks, termasuk krisis iklim, ketidaksetaraan yang ekstrem, dan meningkatnya ketegangan geopolitik,” jelas PM Xanana.

Perdana Menteri, Kay Rala Xanama Gusmao menyampaikan pidato dalam pertemuan tingkat tinggi Summit of The Future pada Sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Foto GPM

Negara-negara Kurang Berkembang (LDCs) dan Negara-negara Kepulauan Kecil Berkembang (SIDS) menunggu dengan sabar solusi yang lebih fleksibel, inklusif, dan responsif.

Sarana dan pendanaan untuk mencapai SDGs sangat terbatas. Dana tersebut tidak mencukupi untuk memerangi kemiskinan ekstrem, kerawanan pangan, krisis kemanusiaan, dan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta degradasi lingkungan yang mengancam eksistensi beberapa negara kepulauan, khususnya di Pasifik.

Diungkapkan, mereka yang paling sedikit berkontribusi terhadap krisis global adalah mereka yang paling menderita, dan sering kali menderita dalam keterasingan.

Mereka adalah korban dari aktor-aktor dan kebijakan internasional yang mementingkan diri sendiri dan lebih menghargai keuntungan dan kekuasaan daripada martabat manusia. Dimana, seiring dengan meningkatnya krisis, semakin banyak orang yang menderita kelaparan. Data dari Indeks Kelaparan Global sangat mengkhawatirkan. Padahal, hanya tersisa enam tahun lagi untuk memenuhi SDGs!

“Dunia seperti apa yang kita tinggali, di mana kita dapat memicu perang, tetapi tidak dapat memberi makan anak-anak?. Kita telah menyaksikan ribuan kematian di Mediterania, ketika orang-orang meninggalkan kampung halaman mereka untuk menghindari konflik dan kemiskinan. Dengan Pakta Masa Depan ini, kami berharap komunitas internasional, terutama para pemimpin dunia, akan menangani krisis ini dengan kepedulian dan kepekaan yang lebih besar, lebih dari sekadar diskusi tentang masalah imigrasi.

Sebuah pakta untuk masa depan sangat mendesak dan sebuah pakta reformasi yang memandang masa depan berdasarkan tantangan global saat ini dan memperbaharui kepercayaan diri setiap orang, terutama generasi baru yang akan mencapainya.

“Bagaimanapun juga, kita semua hidup di planet yang sama, kita semua adalah warga dunia, kita saling bergantung, dan kita akan berbagi masa depan yang kita pilih hari ini,” kata PM Xanana.

Reporter : Hortencio Sanchez (Penerjemah : Armandina Moniz)

Editor     : Florencio Miranda Ximenes

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!