iklan

INTERNASIONAL, IBADAH

Misa di Tasi-Tolu, Paus : Anugerah luar biasa, Timor-Leste miliki banyak kaum muda

Misa di Tasi-Tolu, Paus : Anugerah luar biasa, Timor-Leste miliki banyak kaum muda

Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus memimpin misa Ekaristi di Tasi-Tolu, Dili, selasa (10/09). Foto TATOLI/António Daciparu

DILI, 10 september 2024 (TATOLI)— Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus menyatakan kekagumannya pada Timor-Leste, karena memilik banyak kaum muda dan anak-anak   yang merupakan sebuah anugerah yang luar biasa.

“Timor – Leste indah karena memiliki banyak anak. Anda adalah sebuah negara muda di mana kehidupan berdenyut dan berkembang di mana-mana. Dan ini adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Karena,  kehadiran begitu banyak kaum muda dan anak-anak yang terus-menerus memperbarui kesegaran, energi, sukacita dan antusiasme umat di negara ini,” kata Paus Fransiskus dalam homilinya pada misa Ekaristi di Tasi-Tolu, Dili, selasa ini.

Tetapi lebih dari itu, kata Paus Fransiskus ini adalah sebuah tanda, karena memberikan ruang kepada anak-anak kecil, menyambut mereka, merawat mereka, dan menjadikan diri mereka kecil di hadapan Allah dan di hadapan satu sama lain, adalah sikap-sikap yang membuka diri untuk Tuhan.

“Dengan menjadikan diri kita kecil, kita mengizinkan Yang Mahakuasa untuk melakukan hal-hal yang besar dalam diri kita, sesuai dengan ukuran kasih-Nya, seperti yang diajarkan oleh Bunda Maria dalam Magnificat (bdk. Luk 1:46-49) dan dalam perayaan ini,” kata Paus Fransiskus.

Dalam homilinya, Paus mengutip Yes 9:5, yang berbunyi  Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita.  “Jadi, ini adalah kata-kata yang digunakan oleh nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama untuk menyapa penduduk Yerusalem, pada masa kemakmuran kota tersebut, namun sayangnya ditandai dengan dekadensi moral yang hebat. Dimana, ada banyak kekayaan, tetapi kekayaan membutakan orang-orang yang berkuasa, menipu mereka dengan gagasan bahwa mereka mandiri, bahwa mereka tidak membutuhkan Tuhan, dan anggapan mereka membuat mereka menjadi egois dan tidak adil. Inilah sebabnya, meskipun memiliki begitu banyak harta, orang miskin ditinggalkan dan kelaparan, perselingkuhan menyebar dan praktik keagamaan semakin direduksi menjadi formalitas belaka,” jelas Paus Fransiskus.

Jadi, kata Paus Fransiskus , “ Mari kita berhenti sejenak untuk merenungkan gambaran ini, Allah memancarkan cahaya penyelamatan-Nya melalui karunia seorang anak laki-laki. Di setiap belahan dunia, kelahiran seorang anak adalah momen sukacita dan perayaan yang bersinar, yang menanamkan harapan baik bagi setiap orang untuk pembaruan dalam kebaikan, untuk kembali ke kemurnian dan kesederhanaan,” paparnya.

Paus Fransiskus menjelaskan, dihadapkan dengan bayi yang baru lahir, bahkan hati yang paling keras pun menjadi hangat dan dipenuhi dengan kelembutan, yang putus asa menemukan kembali harapan dan mimpi yang pasrah kembali dan percaya pada kemungkinan keberadaan yang lebih baik. Kerapuhan seorang anak membawa pesan yang begitu kuat sehingga menyentuh jiwa yang paling keras sekalipun, membawa kembali tujuan harmoni dan ketenangan.

“Jadi, saudara dan saudari yang kekasih, janganlah takut menjadi kecil di hadapan Allah dan di hadapan satu sama lain, takut kehilangan nyawa kita, takut mengorbankan waktu kita, takut merevisi program kita, takut mengorbankan sesuatu agar saudara atau saudari kita dapat menjadi lebih baik dan bahagia. Janganlah takut untuk mengubah ukuran proyek kita bila perlu, bukan untuk mengurangi, tetapi untuk membuatnya semakin indah dengan memberikan diri kita sendiri dan menyambut orang lain, dengan ketidakpastian yang menyertainya,” ungkap Paus Fransiskus.

Karena bangsawan sejati adalah seseorang yang memberikan hidup mereka karena cinta, seperti Maria, dan Yesus, yang memberikan segalanya di kayu salib, menjadikan dirinya kecil, tak berdaya, lemah (bdk. Flp. 2:5-8), untuk memberi tempat bagi kita semua di Kerajaan Bapa (bdk. Yoh. 14:1-3).

“Semua ini dilambangkan dengan sangat baik oleh dua ornamen tradisional yang indah dari Timor-Leste yaitu, Kaibauk dan Belak. Keduanya terbuat dari logam mulia,” kata Paus Fransiskus.

Itu berarti mereka penting! Yang pertama Kaibauk melambangkan tanduk kerbau dan cahaya matahari, dan ditempatkan tinggi di atas, menghiasi dahi, serta di atas rumah, dalam bentuk atap. Ini berbicara tentang kekuatan, energi dan kehangatan, dan dapat mewakili kekuatan pemberi kehidupan dari Tuhan.

Yang kedua, Belak, ditempatkan di dada dan melengkapi yang pertama. Ini mengingatkan semua pada cahaya bulan yang lembut, yang pada malam hari memantulkan cahaya matahari dengan rendah hati, menyelimuti segala sesuatu dengan pendar yang lembut. Ini berbicara tentang kedamaian, kesuburan dan kemanisan, dan melambangkan kelembutan seorang ibu yang, dengan pantulan lembut cintanya, membuat apa yang disentuhnya bersinar dengan cahaya yang sama dengan yang diterimanya dari Tuhan.

“Kaibauk dan Belak, kekuatan dan kelembutan Bapa dan Bunda: begitulah cara Tuhan memanifestasikan kerajaanNya, yang terdiri dari cinta kasih dan belas kasihan. Oleh karena itu, dalam Ekaristi ini, bersama-sama, kita semua sebagai laki-laki dan perempuan, sebagai Gereja dan masyarakat, memohon kebijaksanaan untuk memantulkan kepada dunia cahaya yang kuat dan lembut dari Allah yang penuh kasih, Allah yang, seperti yang kita doakan dalam Mazmur Tanggapan, “membangkitkan orang yang melarat dari debu dan membawa orang yang miskin keluar dari kemelaratan untuk mendudukkannya di antara orang-orang besar  (umat-Nya), (Mzm. 112:7-8),” kata Bapa Suci dalam homilinya.

Paus Fransiskus memimpin Misa Suci di Tasi-Tolu yang merupakan  bagian dari rangkaian kunjungan apostoliknya di Timor-Leste mulai 09 – 11  September 2024.

Timor-Leste menjadi negara ketiga yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam rangkaian kunjungannya di Asia-Pasifik, setelah mengunjungi Indonesia dan Papua Nugini.  Selanjutnya Paus Fransiskus akan melawat ke Papua Singapura.

Ini merupakan kunjungan Paus ke Timor-Leste yang pertama dalam 35 tahun setelah kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 1989 silam, saat  Timor-Leste masih menjadi Timor-Timur bagian dari provinsi ke-27 Republik Indonesia pada waktu itu. Kedatangan Paus Fransiskus pun begitu dinanti-nantikan oleh umat Katolik Timor-Leste.

Tim TATOLI

 

 

 

 

 

 

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!