iklan

INTERNASIONAL, KESEHATAN, HEADLINE

20 pasien diduga terinfeksi virus Chikungunya di Timor-Leste

20 pasien diduga terinfeksi virus Chikungunya di Timor-Leste

Foto spesial

DILI, 15 Januari 2024 (TATOLI)—  Menteri Kesehatan, Elia dos Reis mengatakan bahwa, saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mencatat sekitar 20 pasien yang diduga terinfeksi virus Chikungunya di Timor Leste.

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang bisa menyebabkan demam tiba-tiba dan nyeri sendi yang parah. Tanda dan gejala lain termasuk kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan ruam. Tanda dan gejala chikungunya biasanya muncul dalam dua sampai tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

Menteri Elia mengatakan, petugas Kesehatan, telah melakukan intervensi untuk mencegah penyebarluasan wabah Chikungunya dengan cara melakukan fumigasi karena wabah tersebut berasal dari nyamuk.

“Terdapat kasus baru, sekitar 20 pasien yang diduga terinfeksi virus Chikungunya. Dari jumlah tersebut tiga hingga empat orang yang dinyatakan positif. Namun jumlah tersebut juga masih belum akurat. Akan tetapu, kami akan segera informasikan kembali,” kata Menteri Elia pada wartawan usai pertemuan Rapat Dewan Menteri, di Kantor Pemerintah Dili, senin ini.

Sementara, dari laman WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yang diakses Tatoli, menyebutkan, Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk di Afrika, Asia, dan Amerika. Wabah sporadis telah dilaporkan di wilayah lain.

Demam berdarah dan Zika memiliki gejala yang mirip dengan Chikungunya, sehingga Chikungunya mudah salah didiagnosis.

Chikungunya menyebabkan demam dan nyeri sendi yang parah, yang sering melemahkan dan bervariasi dalam durasi gejala lain termasuk pembengkakan sendi, nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam.

Saat ini belum ada vaksin yang disetujui atau pengobatan khusus untuk infeksi virus Chikungunya. Karena tantangan dalam pelaporan dan diagnosis, jumlah orang yang terkena Chikungunya diremehkan. Karena, gejala yang parah dan kematian akibat Chikungunya jarang terjadi dan biasanya terkait dengan masalah kesehatan lain yang terjadi bersamaan.

Menurut WHO,  pencegahan infeksi dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk adalah perlindungan terbaik. Pasien yang diduga terinfeksi virus Chikungunya harus menghindari gigitan nyamuk selama minggu pertama sakit untuk mencegah penularan lebih lanjut ke nyamuk, yang pada gilirannya dapat menginfeksi orang lain.

Metode utama untuk mengurangi penularan virus Chikungunya adalah melalui pengendalian vektor nyamuk. Hal ini membutuhkan mobilisasi masyarakat, yang sangat penting dalam mengurangi tempat perindukan nyamuk dengan mengosongkan dan membersihkan wadah yang berisi air setiap minggu, membuang sampah, dan mendukung program pengendalian nyamuk setempat.

Karena itu, WHO mendukung negara-negara untuk melakukan pengawasan dan pengendalian arbovirus melalui pelaksanaan Inisiatif Arbovirus Global.

WHO menyebutkan, Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Republik Persatuan Tanzania pada tahun 1952 dan kemudian di negara-negara lain di Afrika dan Asia (1 kasus). Wabah perkotaan pertama kali tercatat di Thailand pada tahun 1967 dan di India pada tahun 1970-an (2 kasus).

Sejak tahun 2004, wabah Virus Chikungunya telah menjadi lebih sering terjadi dan meluas, yang sebagian disebabkan oleh adaptasi virus yang  memungkinkan virus untuk lebih mudah disebarkan oleh nyamuk Aedes albopictus.

Virus Chikungunya kini telah teridentifikasi di lebih dari 110 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Penularan telah terputus di pulau-pulau di mana sebagian besar penduduknya terinfeksi dan kemudian menjadi kebal. Namun, penularan sering kali masih terjadi di negara-negara yang sebagian besar penduduknya belum terinfeksi.

Reporter : Mirandolina Barros Soares

Editor     : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!