MANATUTO, 12 januari 2024 (TATOLI)— Pemerintah Timor-Leste bersama Asian Dorest Cooperation Organization (AFoCO) dan Korea Selatan (Korsel) pagi ini telah menandatangani deklarasi bersama untuk mempercepat aksi iklim untuk Timor-Leste yang Lebih Hijau.
Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Menteri Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Perhutanan, Marcos da Cruz dengan Menteri Kehutanan Korea Selatan (KFS), NAM Sunghyun dan Direktur Eksekutif AFoCO, PARK Chongho di gunung Balak, Desa Aiteas, Manatuto Villa dalam perayaan Hari nasional Perhutanan dan Cendana dengan tema ‘Kuda Ai ba Moris Di’ak iha Futuru’ atau Tanam Pohon untuk Hidup Yang Lebih Baik di Masa Depan.
Menteri Menteri Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Perhutanan, Marcos da Cruz dalam deklarasinya menyadari peningkatan suhu rata-rata global saat ini sebesar 1,1-1,3°C dari tingkat pra-industri, dan MAPPF (Kementerian Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Perhutanan),menekankan perlunya tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim yang semakin cepat.
“Menyadari implikasi dari Laporan 1,5°C IPCC (International Plant Protection Convention) dan penekanannya pada jalur untuk membatasi pemanasan global, kami menekankan pentingnya memprioritaskan upaya restorasi dan penanaman pohon dalam skala besar sebagai strategi mendasar dalam upaya kolektif kita untuk mengurangi perubahan iklim, dengan mempertimbangkan bahwa restorasi lahan hutan secara global memiliki potensi untuk menangkap karbon di atmosfer,” jelas Marcos da Cruz iha gunung Balak, Manatuto, jumat ini.
Menurutnya, untuk mencapai Timor-Leste yang lebih hijau, MAPPF berkomitmen untuk mempercepat aksi iklim dengan secara kolektif menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer melalui restorasi, reboisasi/penghijauan, dan inisiatif penanaman pohon.
Bersama MAPPF, KFS dan AFoCO berusaha untuk berkontribusi pada prioritas pemerintah Timor-Leste untuk menanam 10 juta pohon selama sepuluh tahun untuk memulihkan bentang alam dan meningkatkan mata pencaharian di seluruh negeri.
“Kami tetap selaras dengan target global, regional, dan nasional yang terkait dengan iklim dan hutan, termasuk memenuhi kewajiban global, regional, dan nasional terkait iklim dan hutan, termasuk memenuhi kewajiban di bawah Kontribusi Nasional yang Diniatkan (NDC) dan Perjanjian Paris,” katanya.
MAPPF mengajak para pemangku kepentingan publik dan swasta lainnya untuk bergabung dan mendukung gerakan Timor-Leste yang lebih hijau, terlibat dalam upaya kolaboratif bersama dengan mitra terkait untuk meningkatkan investasi yang memperkuat upaya restorasi dan mereplikasi metode penghijauan yang efektif.
Di tempat yang sama, Menteri Kehutanan Korea Selatan (KFS), NAM Sunghyun juga mendukung proses penghijauan di Timor-Leste sebagai salah satu hasil kerjasama antara dua negara yang ditandatangani pada bulan April 2023 dan akan berusaha menghijaukan gunung-gunung di Timor-Leste agar dapat bermanfaat bagi masyarakat selama 10 tahun ke depan.
“Kawasan hutan memiliki nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan bagi komunitas, hasilnya terlihat dalam penanaman selama bertahun-tahun. Dengan MoU yang ditandatangani pada bulan April tahun lalu, kami telah melakukan kerjasama yang baik dan berkomitmen untuk membantu dalam bidang keahlian dan teknis karena Pemerintah Korea memiliki kebijakan untuk berbagi kemampuannya tidak hanya dengan Timor-Leste tetapi dengan semua negara, di Afrika maupun Timur Tengah,” ujar NAM Sunghyun.
Direktur Eksekutif AFoCO, PARK Chongho mengakui bahwa penghijauan sangat penting untuk mengurangi karbon dioksida atmosfer dan juga untuk mempertahankan keragaman ekonomi dan lingkungan.
“Komitmen kami adalah menanam tiga juta pohon dalam lima tahun di Timor-Leste dan hari ini dengan bekerja sama kita dapat meningkatkan keberlanjutan bagi negara ini,” katanya.
Timor-Leste sendiri memilih untuk bermitra dengan Korea Selatan karena diakui sebagai negara yang mampu mengubah lingkungan dengan baik setelah mengalami kerusakan akibat perang dunia kedua dan mampu menanam satu miliar pohon pada tahun 1960-an hingga 1970-an, yang mendapatkan pengakuan dari organisasi internasional seperti FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian).
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz