DILI, 25 april 2023 (TATOLI)– Direktur Regional WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk Asia Tenggara, Poonam Khetrapal Singh mengatakan Timor-Leste termasuk di antara 25 negara dan satu wilayah yang diidentifikasi secara global memiliki potensi untuk menghilangkan malaria pada tahun 2025.
Di bawah bayang-bayang krisis COVID-19, dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai dua target penting dari strategi teknis global (GTS) WHO untuk malaria 2016–2030 untuk dapat mengurangi insiden dan kematian kasus global sebesar 90% atau lebih pada tahun 2030.
Pada tahun 2021, diperkirakan 619.000 orang di dunia meninggal karena malaria dibandingkan dengan 625.000 pada tahun 2020. Diperkirakan ada 247 juta kasus baru malaria, dibandingkan dengan 245 juta pada tahun 2020.
Poonam Khetrapal Singh menyebutkan wilayah Asia Tenggara WHO terus memimpin secara global. Pada akhir tahun 2020, Wilayah Asia Tenggara adalah satu-satunya wilayah WHO yang mencapai penurunan 40% dalam insiden dan kematian kasus malaria dibandingkan tahun 2015 dalam pencapaian pertama GTS.
“Di tengah respons COVID-19, Maladewa dan Sri Lanka telah mempertahankan status bebas malarianya, dan lima negara di Kawasan tersebut seperti, Bhutan, Korea, Nepal, Thailand, dan Timor-Leste, termasuk di antara 25 negara dan satu wilayah yang diidentifikasi secara global memiliki potensi untuk menghilangkan malaria pada tahun 2025,” jelas Poonam Khetrapal Singh dalam siaran pers yang diakses Tatoli, selasa ini.
Pada september 2023, Timor-Leste kemungkinan akan menyelesaikan tiga tahun berturut-turut untuk melaporkan nol penularan malaria lokal. Karena itu, akan memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikasi bebas malaria.
Pada tahun 2022, Menteri Kesehatan dari seluruh wilayah dengan suara bulat mengesahkan Pernyataan Komitmen Pembaruan untuk Penghapusan Malaria, menekankan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan strategi implementasi yang telah terbukti, sementara juga mengadopsi strategi dan alat inovatif.
Pernyataan tersebut selaras dengan Deklarasi Menteri Kawasan 2017 untuk Mempercepat dan Mempertahankan Penghapusan Malaria, serta Seruan Aksi Tingkat Menteri 2018 untuk memberantas malaria di Subkawasan Mekong Besar.
Saat ini, Wilayah berada di persimpangan jalan. Sejak tahun 2010, keseluruhan pendanaan untuk pencegahan dan pengendalian malaria di Wilayah tersebut telah menurun sebesar 36%, sebagian besar disebabkan oleh penurunan dukungan global.
Di beberapa negara, penularan lintas batas terus menjadi hambatan utama untuk mencapai target eliminasi. Di seluruh Wilayah, kesenjangan layanan tetap ada. Pada tahun 2021, diperkirakan terdapat 385.000 lebih banyak kasus di Wilayah tersebut dibandingkan tahun 2020.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz