DILI, 18 oktober 2022 (TATOLI)— Organisasi Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dalam peringatan Hari Pangan Sedunia menilai Timor-Leste (TL) berhasil mengatasi kelaparan dari 49,9% turun ke 34,3%.
Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia dengan tema ‘Jangan tinggalkan siapa pun’ tersebut, UNICEF menilai Timor-Leste berhasil mengatasi kelaparan dari 49,9% sampai 34,3%.
Perwakilan UNICEF di TL, Bilal Aurang Zeb Durrani mengatakan tema peringatan Hari Pangan Sedunia adalah ‘Jangan tinggalkan siapa pun’. Tema tersebut menunjukan bahwa, UNICEF sangat meningkatkan kekhawatiran tentang jumlah orang yang terkena dampak kelaparan di tengah masalah global yang terjadi di dunia.
Dia menambahkan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres, kemarin, menandai angka mengejutkan bahwa jumlah orang yang terkena dampak kelaparan telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir.
“Selama dekade terakhir, Timor-Leste telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengatasi kelaparan, dengan proporsi kelaparan miskin turun dari 46,9% menjadi 34,3%,” ucap Bilal Aurang Zeb Durrani di Caicoli, selasa ini.
Meskipun UNICEF memiliki lebih banyak hal untuk dicapai, pihaknya dihadapkan dengan tantangan untuk dapat mempertahankan pencapaian yang telah diperoleh dalam dua tahun terakhir.
“Sangat terpengaruh oleh serangkaian krisis Pandemi COVID-19, Perubahan Iklim dan Konflik, sistem pangan Timor-Leste juga mengalami ketegangan yang signifikan,” katanya.
Dikatakan, Inflasi Harga Konsumen di Timor-Leste telah mencapai 5,7% pada kuartal pertama tahun 2022. Selanjutnya, perkiraan Bank Dunia menunjukkan bahwa ini akan mencapai rata-rata 7% pada tahun 2022.
Sebelum serangkaian krisis, Survei Pangan dan Gizi Timor-Leste (TLFNS-2020) menunjukkan bahwa 8,6% anak-anak yang dalam kondisi kurus dan 18,8% Wanita Usia Reproduksi kurus (BMI – Body Max Index <18,5).
Kenaikan harga pangan dan bahan bakar minyak kemungkinan akan lebih berdampak pada perempuan dan anak-anak karena mereka cenderung memiliki sedikit sumber daya keuangan untuk digunakan kembali atau digunakan pada saat krisis, serta memperburuk tingkat kekurangan gizi dan kerawanan pangan yang sudah tinggi.
Dikatakan, anak-anak tidak bisa hidup dari biji-bijian pokok saja maka mereka perlu makan beragam makanan bergizi. Sebuah laporan baru-baru ini tentang “Kemiskinan Pangan Anak – Krisis Gizi pada Anak Usia Dini” memperingatkan bahwa saat ini di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, berusia dua dari tiga anak balita – atau 478 juta – mengalami kemiskinan pangan.
Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan makanan yang parah termasuk yang paling rentan terhadap kekurangan gizi pada anak usia dini, yang dapat meningkatkan risiko kematian anak-anak hingga 12 kali lipat.
Hari Pangan Sedunia atau World Food Day diperingati setiap tanggal 16 oktober oleh seluruh negara di dunia. Momen ini diperingati untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian terkait pentingnya penanganan masalah pangan baik di tingkat nasional, regional maupun global secara berkelanjutan.
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) menyebut Hari Pangan Sedunia diperingati dalam satu tahun dengan berbagai tantangan global termasuk pandemi yang sedang berlangsung, konflik, perubahan iklim, kenaikan harga, dan ketegangan internasional. semua ini mempengaruhi ketahanan pangan global.
Reporter: Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz