iklan

EKONOMI, INTERNASIONAL

80% Sampah plastik dilautan ancam rantai makan ekosistem laut

80% Sampah plastik dilautan ancam rantai makan ekosistem laut

Foto google

DILI, 13 september 2022 (TATOLI)– Dosen Perikanan & Budidaya pada Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Nasional Timor Lorosa’e (UNTL), Abílio da Fonseca mengatakan 80% sampah plastik solid  dilautan mengancam rantai makanan ekosistem laut.

Timor-Leste (TL) adalah salah satu negara yang memiliki daratan hanya seluas 15.007 km2 dan sisanya adalah lautan. Tetapi kekayaan laut tersebut terancam karena banyaknya sampah yang terus meningkat setiap tahun.

“80% sampah di lautan adalah plastik solid seperti Aqua. Sampah botol Aqua ini mengandung toksin atau racun yang bisa berdampak pada rantai makanan yang terdapat di ekosistem laut,” jelas Dosen Abílio da Fonseca kepada Tatoli secara esklusif di kampus UNTL.

Rantai makanan di lautan sendiri terdiri dari Fitoplankton ke zooplankton selanjutnya ke ikan kecil, ikan besar hingga ikan paus. Dimana sampah plastik solid akan sangat bahaya jika rantai makanan ini terkontaminasi oleh toksin tersebut.

Fitoplankton (produsen) yang ada di dalam laut akan dimakan oleh zooplankton (konsumen tingkat pertama), berikutnya zooplakton dan udang akan dimakan oleh ikan-ikan kecil, hingga ikan besar. Contohnya, ikan hiu akan memangsa ikan-ikan tersebut. Setelah ikan hiu mati, maka tubuh hiu akan diurai oleh dekomposer di dalam lautan.

“Jika kita manusia memakan ikan-ikan yang terkontaminasi, maka racun yang ada akan memberikan dampak pada tubuh kita khususnya pada ginjal dan hati manusia dalam kurun waktu 20 sampai 30 tahun. Ini juga menghambat pertumbuhan bayi khususnya bagi ibu-ibu hamil dan menyusui,”  katanya.

Bahkan menurut data dari Kementerian Administrasi Negara (MAE – tetum) pada 2021, masyarakat di kotamadya Dili, TL saja telah memproduksi sampah sebanyak 220 ton setiap hari. Dari angka tersebut, 55% dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Tibar Liquiça dan 45% terbawa ke lautan.

Sementara, Dosen Perikanan & Budidaya UNTL, Abílio da Fonseca melalui penelitian yang dilakukan oleh departemennya, telah menemukan bahwa sampah yang ada di lautan Timor adalah sumbangan dari negara tetangga Australia dan Indonesia. Sampah-sampah ini pun kian bertambah saat musim hujan tiba pada desember hingga april.

“Menurut studi yang kami lakukan bersama mahasiswa kami, TL hanya memproduksi sedikit sampah, tetapi sampah yang sekarang ada dilautan kita paling banyak dari negara tetanga kita Indonesia dan Australia,” ucapnya.

Ia mengimbau Pemerintah untuk segera melakukan koordinasi dengan Australia, Papua New Guine dan Indonesia agar bersama TL melakukan pengelolaan  sampah laut dan pesisir yang lebih baik agar tidak merusak keanekaragaman hayati di lautan.

Sampah plastik solid  adalah sampah dari botol-botol minimun seperti agua.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor    : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!