DILI, 06 juli 2022 (TATOLI) –Otoritas Perminyakan dan Mineral Nasional (ANPM) dengan tegas menolak keinginan perusahaan Woodside asal Australia dan bersikeras agar Greater Sunrise harus dikembangkan di daratan Timor-Leste.
Demikian hal itu dikatakan, Ketua ANPM, Florentino Soares Ferreira menanggapi pernyataan Woodside yang dirilis sebelumnya bahwa ekonomi pengembangan greenfield di Timor-Leste tidak akan berfungsi dan menggunakan kembali infrastruktur yang ada di Australia utara adalah satu-satunya rute yang layak untuk memonetisasi Sunrise.
Ketua ANPM Florentino dengan tegas mengatakan, keinginan Woodside ditolak pemerintah Timor-Leste dan Greater Sunrise harus dikembangkan di daratan Timor-Leste.
“Saya ingin meyakinkan posisi Pemerintah saat ini bahwa pipa gas untuk Greater Sunrise harus dikembangkan di daratan Timor-Leste. Karena greenfield pembangunan memang layak di lakukan,” kata Ketua ANPM dalam konferensi pers yang diadakan di kantor ANPM, Kementerian Keuangan, rabu ini.
Berita terkait : Pemerintah dan PN bahas proses pengembangan ladang minyak dan gas Greater Sunrise
Ia menekankan Timor-Leste dan Santos telah sepakat untuk menggunakan LNG Darwin untuk Proyek Penyimpanan Karbon. Karena, menggunakan kembali infrastruktur yang ada di Australia utara bukanlah pilihan yang baik untuk Timor-Leste.
Sebelumnya Timor-Leste sudah membeli Shell dan ConocoPhillips pada 2018 dengan $650 juta untuk membangun fasilitas ekspor LNG darat di Timor-Leste.
“Karena itu, saya ingin menegaskan kembali posisi pemerintah bahwa Greater Sunrise harus disalurkan ke Timor-Leste. Kita berada dalam situasi yang berbeda dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu. Sekarang, perusahaan minyak nasional Timor-Leste, TIMOR GAP memegang 56,56% setelah membeli Shell dan ConocoPhillips pada 2018, Osaka Gas Jepang memegang saldo 10% dan Woodside memiliki 33,44% saham di Greater Sunrise,” katanya.
Berita terkait : Timor-Leste tegaskan ingin kembangkan proyek LNG di dalam negeri
Menurutnya, perusahaan minyak nasional Timor-Leste TIMOR GAP, E.P. yang merupakan pemegang saham utama proyek ini telah mendapatkan beberapa investor potensial di kawasan dan sekitarnya. Untuk itu, Pemerintah melihat bahwa Pembangunan Greater Sunrise di Timor-Leste adalah pilihan yang layak untuk melanjutkan proyek.
ANPM ingatkan Pemerintah kelola dengan baik $18 miliar dana yang tersisa
Dalam konferensi pers, Ketua ANPM Florentino juga meminta pada pemerintah untuk mengelola dengan baik dana $18 miliar yang masih tersisa sebelum Timor-Leste mendapatkan cadangan pengganti dari 16 proyek yang masih dalam proses awal dan juga menanti pembangunan untuk Greater Sunrise.
“Kita sedang mengembangkan kegiatan mineral untuk mendukung keuangan negara. Kita mengupayakan dan saat ini kita harus berhati-hati untuk mengelola dana perminyakan yang saat ini masih ada,” katanya.
Ketua ANPM juga menekankan bahwa pihak berwenang saat ini sedang mengerjakan kerangka peraturan, termasuk Rezim Khusus Greater Sunrise dengan istilah Kontrak Bagi Hasil (PSC – Production Sharing Contract), yang diharapkan akan diselesaikan pada akhir tahun 2022.
“Jika tahun ini kita menyelesaikan kontrak tersebut dan memulai proyek Greater Sunrise segera mungkin maka sesuai dengan perkiraan yang da kita akan mendapatkan hasilnya pada 2030. Karena biasanya, proses pembangunan proyek tambang minyak tidak sampai 10 tahun,” ucapnya.
Ia mengungkapkan bahwa Timor-Leste memiliki akses ke lembaga keuangan internasional yang bersedia membiayai proyek Sunrise onshore dan saat ini ada beberapa lembaga keuangan multilateral yang menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam pengembangan proyek Greater Sunrise.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz