iklan

INTERNASIONAL, SOSIAL INKLUSIF

UNESCO : 55 jurnalis tewas di dunia selama 2021

UNESCO :  55 jurnalis tewas di dunia selama 2021

Foto google

DILI, 12 januari 2022 (TATOLI)— Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB  (UNESCO) melaporkan bahwa selama tahun  2021 setidaknya 55 jurnalis  di seluruh dunia tewas saat sedang melakukan pekerjaan mereka dilapangan.

Melalui laporan resmi yang dipublikasikan di portal UNESCO yang diakses Tatoli menyebutkan,  pembunuhan jurnalis menurun pada tahun 2021 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi ancaman yang mengkhawatirkan tetap ada.

Menurut data UNESCO, angka kematian tahunan terendah dalam satu dekade ini. Namun, impunitas atas kejahatan ini tetap meluas dan jurnalis masih menghadapi sejumlah besar risiko yang ada.

Direktur Umumu UNESCO, Audrey Azoulay mengatakan  pada 2021, terlalu banyak jurnalis yang membayar harga tertinggi untuk mengungkapkan kebenaran. Saat ini, dunia membutuhkan informasi yang berdasarkan fakta dan  independen yang lebih dari sebelumnya.

“Kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa mereka yang bekerja tanpa lelah untuk menyediakan ini dapat melakukannya tanpa rasa takut,” kata Audrey Azoulay dalam Surat Siaran Pers yang diakses Tatoli.

Sementara itu, berdasarkan data  dari UNESCO menyebutkan  55 jurnalis dibunuh pada  2021 dan  dua pertiga di antaranya terjadi di negara-negara yang tidak mengalami konflik bersenjata dan menunjukkan risiko berkelanjutan yang dihadapi oleh jurnalis dalam liputan harian mereka untuk mengungkapkan suatu kebenaran.

Mayoritas kematian   pada  2021 terjadi  di  Asia Pasifik dengan 23 pembunuhan, dan di Amerika Latin dan Karibia dengan 14 pembunuhan, sementara sisanya terjadi pada negara lain.

Jika jumlah pembunuhan jurnalis berada pada titik terendah dalam  satu dekade, maka impunitas atas kejahatan ini tetap meluas secara mengkhawatirkan. Karena,  data UNESCO menunjukkan 87% dari semua pembunuhan jurnalis sejak tahun 2006 masih belum terselesaikan.

Jurnalis di seluruh dunia juga terus dikenakan hukuman penjara, serangan fisik, intimidasi dan pelecehan yang tinggi, termasuk ketika meliput berita tentang aksi demonstrasi. Jurnalis perempuan khususnya menghadapi prevalensi yang mengejutkan dari pelecehan online.

Sebuah laporan yang dirilis oleh UNESCO pada bulan April menunjukkan hampir tiga perempat dari jurnalis perempuan yang disurvei telah mengalami kekerasan online terkait dengan pekerjaan mereka.

UNESCO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan mandat global untuk memastikan kebebasan berekspresi dan keselamatan jurnalis di seluruh dunia dan mengkoordinasikan Rencana Aksi PBB tentang Keamanan Jurnalis dan Isu Impunitas, yang menandai peringatan sepuluh tahun pada 2022.

Organisasi secara sistematis mengutuk setiap pembunuhan jurnalis dan menyerukan kepada pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan penuh dan memberikan pelatihan bagi jurnalis dan aktor peradilan, bekerja dengan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan dan undang-undang yang mendukung, dan meningkatkan kesadaran global melalui acara-acara seperti Hari Kebebasan Pers Sedunia, yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 3 Mei.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor    : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!