DILI, 21 April 2025 (TATOLI)—Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus wafat pada Senin pagi pukul 07.35 waktu setempat di Vatikan.
Paus Fransiskus wafat pada usia 88 tahun setelah berjuang melawan komplikasi pneumonia yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir.
Dikutip dari Vatican News, kabar duka ini disampaikan langsung oleh Kardinal Kevin Ferrell, camerlengo Vatikan, yang menyebut Paus Fransiskus sebagai sosok penuh kasih, rendah hati, dan berdedikasi terhadap kaum miskin serta terpinggirkan.
“Dunia kehilangan pemimpin rohani yang membawa harapan, keterbukaan, dan semangat reformasi dalam Gereja,” ujarnya dalam konferensi pers resmi.
Berita terkait : Paus Fransiskus : “Tidak peduli sejauh apa kita tersesat, Bapa yang penuh kasih selalu menanti”
Selama 12 tahun masa kepemimpinannya sejak terpilih pada 2013, Paus Fransiskus dikenal sebagai figur pembaru yang berani menggugah tradisi konservatif Gereja. Ia mendorong dialog lintas agama, membela isu lingkungan, dan membuka ruang bagi kelompok yang selama ini tersisih.
Sebelumnya, Paus Fransiskus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Poliklinik Agostino Gemelli sejak 14 Februari 2025 karena bronkitis yang kemudian berkembang menjadi pneumonia bilateral.
Setelah dirawat selama 38 hari, Paus Fransiskus kembali ke Vatikan untuk menjalani masa pemulihan di rumah.
Kesehatan pernapasan Paus Fransiskus memang telah lama menjadi perhatian. Pada usia 21 tahun, beliau pernah menjalani operasi di Argentina untuk mengangkat sebagian paru-parunya akibat infeksi serius.
Dalam beberapa tahun terakhir, beliau kerap mengalami gangguan pernapasan dan bahkan membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab pada November 2023 karena flu dan radang paru-paru.
Sebagai bagian dari persiapannya menghadapi akhir hayat, Paus Fransiskus pada April 2024 telah menyetujui edisi terbaru buku liturgi untuk upacara pemakaman Paus, yaitu Ordo Exsequiarum Romani Pontificis.
Ritus pemakaman ini mencerminkan keinginannya untuk menjalani perpisahan yang sederhana dan khusyuk, berfokus pada iman Gereja akan Kristus yang Bangkit.
Menurut Uskup Agung Diego Ravelli, Pemandu Upacara Apostolik, Paus Fransiskus secara pribadi meminta agar prosesi pemakamannya disederhanakan. “Pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang pastor dan murid Kristus, bukan pemakaman orang yang berkuasa di dunia ini,” tegasnya.
Dunia Katolik kini berduka atas kepergian seorang pemimpin rohani yang dikenal karena kesederhanaan, keberanian dalam reformasi, serta kepeduliannya terhadap kaum miskin dan terpinggirkan. Prosesi pemakaman resmi akan diumumkan dalam waktu dekat oleh pihak Vatikan.
Paus Fransiskus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, sesuai permintaannya untuk tidak dimakamkan di dalam Vatikan. Beliau juga memilih peti mati sederhana tanpa prosesi pemakaman yang megah, sejalan dengan gaya hidupnya yang bersahaja.
Umat Katolik di seluruh dunia kini memasuki masa duka dan refleksi, menanti konklaf yang akan menentukan siapa pengganti Paus Fransiskus dalam waktu dekat.
Fransiskus terakhir kali hadir di hadapan ribuan umat Katolik di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada hari Minggu, 20 April 2025, untuk merayakan Paskah.
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu terlihat lemah, sehingga tidak dapat menghadiri sebagian besar acara Pekan Suci di Vatikan.
“Selamat Paskah,” kata Paus asal Argentina itu dengan suara lemah dari kursi rodanya di balkon Basilika Santo Petrus, yang disambut gembira puluhan ribu umat Katolik di lapangan yang dipenuhi bunga.
Fransiskus biasanya menyampaikan berkat “Urbi et Orbi” (“Untuk Kota dan Dunia”) dari balkon yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, tetapi beliau memberikan tugas itu kepada seorang kolaborator di hari Minggu ini.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Julia Chatarina
