DILI, 24 desember 2024 (TATOLI)–Aktivis Kemerdekaan Timor-Leste dari Irlandia, Tom Hyland atau sering disapa “Malae Maubere” menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang ke-72 tahun pada pukul 12:30 Waktu Timor-Leste, 24 desember 2024 di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV).
Tom Hyland meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit HNGV pada akhir Oktober. Ia menderita diabetes, kanker, dan penyakit jantung. Sehari sebelum kepergianya, Tim dari CAMSTL-Centro Audiovisual Max Stahl Timor-Leste sempat meminta dukungan golongan darah A+ untuk mendiang.
Setelah mendengar kabar duka tersebut, Presiden Republik Demokratik Timor-Leste, José Ramos Horta lansung mengungkapkan rasa kehilangannya atas kepergian sang aktivits tersebut, di laman Facebook resminya.
“Good bye Tom. We will remember you, forever. You have joined Max who left us too soon. Both live in our memory, in our story telling—Selamat jalan Tom. Kami akan mengingatmu, selamanya. Anda telah bergabung dengan Max Stahl yang meninggalkan kita terlalu cepat. Keduanya hidup dalam ingatan kita, dalam cerita kita,” tulis PR Ramos Horta di teras Facebook-nya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama (MNEK), João Câmara pada Tatoli juga mengukapkan mendiang aktif bekerja di MNEK dan menjadi sosok yang memberikan kontribusi besar selama masa perlawanan dan kemerdekaan.
“Kontribusinya tidak hanya dalam perjuangan perlawanan, tetapi setelah kemerdekaan, beliau datang untuk memberikan pelatihan di Kementerian Luar Negeri sangat besar. Ia adalah penasihat di bidang protokol bahasa Inggris dan pelatihan,” kata Sekretaris Jenderal kepada Tatoli, melalui telepon.
Dikutip dari The Irish Times Hyland, mantan sopir bus dari Ballyfermot, membentuk Kampanye Solidaritas Timor Timur dan Irlandia (ETISC) sehari setelah ia menonton dokumenter televisi karya Max Stahl dan John Pilger ‘Cold Blood: The Massacre of East Timor’ pada tahun 1992. Rekaman video yang direkam secara rahasia memperlihatkan pembantaian di pekamanan umum Santa Cruz di Dili oleh pasukan Indonesia.
Presiden Irlandia Michael D, Higgins menggambarkannya sebagai “salah satu dari orang-orang luar biasa yang, setelah membiasakan diri dengan apa yang terjadi jauh dari Irlandia, memutuskan untuk mengambil tindakan atas masalah kemanusiaan yang tidak dapat diabaikan”.
“Sebagai kekuatan pendorong di balik Kampanye Solidaritas Timor Timur dan Irlandia (ETISC), Tom Hyland memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perjuangan kemerdekaan dan pembentukan Timor-Leste,” kata Presiden Higgins.
Film dokumenter televisi mengenai kejadian tragedy Santa Cruz pada 12 nopember 1991 lalu, kata Presiden Higgins, telah mengilhaminya untuk “bekerja tanpa henti untuk membawa masalah ini menjadi perhatian tidak hanya masyarakat Irlandia tetapi juga dunia.
“Selama istirahat di bus, ia mulai menghubungi orang-orang yang mungkin dapat membantu menarik perhatian pada perjuangan rakyat Timor-Leste. Saya ingat Tom menghubungi saya sekitar waktu pembentukan ETISC untuk meminta dukungan saya dan kami tetap berhubungan mengenai masalah ini selama bertahun-tahun,” katanya.
Kontribusi signifikan yang diberikan oleh ETISC diakui sebagai salah satu yang paling efektif secara global oleh pemerintah Timor-Leste setelah kemerdekaan dan Tom berperan penting dalam pekerjaan ini, termasuk dalam mendorong pemerintah Irlandia untuk memainkan peran terpuji dalam pembentukan demokrasi.
Sebagai bentuk pengakuan atas dampak positif ETISC dalam mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Timor, ETISC dianugerahi Medali Kepresidenan Timor-Leste oleh Presiden Taur Matan Ruak.
Setelah campur tangan Tom Hyland, David Andrews, yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri Irlandia, menjadi utusan khusus Uni Eropa untuk Timor-Leste dan membawa pesawat berisi pengamat ke referendum kemerdekaan PBB pada tahun 1999.
Badan-badan bantuan Irlandia, Concern, Trócaire, dan Goal, semuanya mendirikan cabang di Timor-Leste, sementara garda dan tentara Irlandia bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di sana.
Pada tahun 2003, karya Tom Hyland mendapat penghargaan berupa gelar Doktor Hukum dari Universitas Limerick.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Cancio Ximenes