DILI, 29 november 2024 (TATOLI)— Bank Sentral Timor-Leste (BCTL) dalam perayaan Hari Menabung Nasional ke-10 dan Campo Digital ke-empat dengan tema “Planu, Poupa, Proteje”, atau “Rencana, Tabung dan Lindungi” secara resmi meluncukan program baru Literasi Keuangan Digital di Pusat Konvensi Dili (CCD -portugis).
Gubernur BCTL, Helder Lopes mengatakan program literasi keuangan digital ini dihadirkan di Timor-Leste karena melihat dari laporan Kementerian Keuangan tentang dua penyebab tingginya angka kemiskinan di Timor-Leste mulai dari kelangkaan lapangan kerja sehingga tidak ada penghasilan tetap serta dari kesalahan masyarakat sendiri.
“Pertama karena kesempatan kerja yang langka dan tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi yang satunya lagi karena kesalahan kita sendiri dan sesuai penelitian menunjukan bahwa sebagai setiap Kepala Keluarga (Uma Kain) di Timor-Leste ini 50% pendapatan digunakan untuk ritual adat,” ungkap Helder Lopes di CCD, jumat ini.
Menurutnya, tidak ada yang salah dengan ritual adat di Timor-Leste tapi penting bagi masyarakat untuk mengerti bahwa pengelolahan keuangan sangat penting agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
“Dengan literasi keuangan ini diharapkan bahwa para masyarakat ini mendapatkan informasi bahwa pengeluaran harus sesuai dengan pendapatan yang masuk, jangan sampai dengan kelakuan sendiri yang membuat kita miskin,” ucapnya.
Dari adanya program ini, BCTL ingin bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan sehingga Literasi Keuangan Digital bisa mengambil bagian dalam kurikulum sekolah sehingga sistem pendidikan bisa mengajarkan pada generasi muda tentang keuangan dan bisnis, sebab hal tersebut adalah fondasi dasar bagi manusia untuk memperbaiki hidup.
Sementara, Presiden Republik, José Ramos Horta yang turut hadir dalam perayaan tersebut merasa senang dengan inovasi yang dihadirkan oleh para industri keuangan dan inisiatif BCTL dalam memajukan literasi keuangan digital di Timor-Leste, tetapi diperlukan juga kemanan bagi sistem perbankkan.
“Senang dengan semua inovasi ini karena kita hidup dalam digitalisasi, mau tidak mau, tapi ini datang dengan masalahnya sendiri, tidak ada teknologi yang tidak ada masalah. Masalah besar hari ini adalah Artificial Intelligent, meskipun sangat baik tapi memiliki banyak resiko, untuk saya sebagai Presiden dan seorang masyarakat juga, apa yang kita lakukan harus sesuai kepentingan masyarakat,” katanya.
Presiden Horta juga ingin agar sebuah kebijakan, aturan dan sistem digitalisasi benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat dan tidak menjadi korban untuk perubahan teknologi digital dan elekronik.
“Seperti teknologi digital, saat ini proyek Fiber Optik sedang berjalan dan beberapa bulan lagi kita bisa memiliki konektivitas yang bagus seperti di Singapura, Indonesia dan Australia tetapi harganya harus dikontrol oleh pemerintah kalau tidak masyarakat kecil yang terkena dampaknya,” tambahnya.
Peluncuran tersebut juga dihadiri langsung juga Perdana Menteri, Kay Rala Xanana Gusmão dan perwakilan industri keuangan seperti BNCTL, Bank Mandiri, BRI, BNU, Bank ANZ, Money Gram, Western Union, Moris Rasik, Kaebauk, Sinarmas Insurance dan Fintech seperti T-Oan, T-Pay (Telkomcel) dan Mosan (Telemor).
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz