iklan

HEADLINE, SOSIAL INKLUSIF

33 tahun Tragedi Santa Cruz dorong generasi muda belajar rekonsiliasi

33 tahun Tragedi Santa Cruz dorong generasi muda belajar rekonsiliasi

Memperingati 33 tahun Tragedi Santa Cruz 12 November 1991 dan Hari Pemuda Nasional, para korban Tragedi Santa Cruz bersama keluarga dan masyarakat berjalan kaki menuju Taman Makam Umum Santa Cruz. Foto Tatoli/António Daciparu

DILI, 12 november 2024 (TATOLI) – Timor-Leste hari ini kembali merayakan Hari Pemuda Nasional dan memperingati 33 tahun Tragedi Santa Cruz 12 November 1991 silam yang kembali mendorong generasi muda untuk menjadikan Timor-Leste sebagai model rekonsiliasi.

Dalam acara singkat peringatan di depan Taman Makam Umum Santa Cruz, Presiden Republik, José Ramos-Horta, dalam intervensinya meminta semua orang untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan berharap menjadikan negara ini sebagai model rekonsiliasi.

“Pesan terbesarnya adalah, kita harus belajar dari kesalahan masa lalu. Kita harus berusaha belajar dari kesalahan tahun 1975 yang berujung pada perang saudara, kemudian perpecahan internal di dalam dan kita sendiri tidak bisa saling menghakimi, kita berupaya menyembuhkan luka masa lalu, membantu dan menghormati para korban sehingga negara ini bisa menjadi model rekonsiliasi,” kata Kepala Negara.

Presiden Republik, José Ramos-Horta menabur bunga dalam peringatan 33 tahun Tragedi Santa Cruz 12 November 1991 silam. Foto Tatoli/António Daciparu

Ia tidak ingin agar sesama orang Timor-Leste dan orang Timor di Indonesia saling memecah belah tetapi berusaha untuk saling membantu mengingat Indonesia adalah negara yang besar dan maju, pemimpin dunia di G20, pemimpin besar di ASEAN. Karena, dengan hubungan yang baik dengan Indonesia merupakan keberhasilan besar dalam kebijakan nasional.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga mendorong generasi korban pembantaian Santa Cruz sebagai generasi penerus untuk terus memperkuat semangat nasionalisme untuk membawa negara maju.

“Anda adalah generasi 1991, generasi RENETIL, Anda adalah generasi penerus, Andalah yang melanjutkan proses ini ke depan, kami adalah generasi 1975 ,” kata Horta.

Ia juga berterima kasih dan memberikan penghormatan kepada jurnalis Max Stahl yang dengan berani berhasil merekam peristiwa pembantaian 12 November tersebut hingga menyadarkan dunia akan penderitaan Timor-Leste.

Selain itu, Kepala Negara juga memberikan apresiasi kepada banyak warga negara asing yang telah berkontribusi dalam proses perjuangan Timor-Leste seperti para jurnalis dari Amerika Serikat, Selandia Baru, Malaysia dan dari negara lainnya.

Sementara, Mantan Perdana Menteri dan Sekretaris Jenderal Partai FRETILIN, Mari Alkatiri mengatakan, tidak ada model rekonsiliasi yang lebih baik jika tidak datang dari hati.

“Tidak ada model rekonsiliasi yang lebih baik, tapi model terbaik datang dari hati kita, di dalam diri kita, tapi kita tidak menyerah untuk mencari suara. Ini adalah model yang lebih baik,” kata Alkatiri tentang model rekonsiliasi.

Mantan Perdana Menteri dan Sekretaris Jenderal Partai FRETILIN, Mari Alkatiri. Foto Tatoli/Francisco Sony

Dilain pihak, Ketua Komite Sementara 12 November, Filipe Rodrigues, meminta pemuda perlawanan untuk memberikan kontribusi yang kuat terhadap perjuangan pembebasan negara dan meminta pemuda saat ini untuk memberikan kontribusi yang kuat terhadap pembangunan.

“Dari proses panjang yang dilakukan generasi muda di masa lalu, saat ini turut berkontribusi bagi Timor-Leste untuk memperoleh kemerdekaan dan berdiri sebagai negara yang berdaulat. Bagi generasi muda saat ini harus berusaha giat belajar untuk memperjuangkan pembangunan guna membawa negara menuju masa depan yang cerah,” ucapnya.

Menurutnya, jika mengingat kembali 33 tahun yang lalu banyak generasi muda di Kota Dili yang mulai berlarian mencari tempat bersembunyi di rumah masyarakat, bahkan ada yang sampai menumpahkan darah di tempat tersebut karena tujuannya semata-mata untuk kemerdekaan.

Sementara, untuk memperingati momen penting tersebut, pada pagi hari  Uskup Virgílio Kardinal do Carmo da Silva juga telah memimpin misa bersama yang didampingi oleh delapan imam dan dihadiri oleh lembaga pemerintah, parlemen, negara bagian dan keluarga para penyintas.

“Alasan mendasar kita berkumpul di sini untuk mengenang peristiwa 33 tahun lalu, tidak ada cara yang lebih baik bagi kita sebagai umat beriman untuk berkumpul bersama dan bersyukur kepada Tuhan atas semua yang kita lakukan melalui peristiwa bersejarah yang kita rayakan,” kata Uskup Virgílio dalam homili pada Misa Peringatan 33 Tahun Tragedi Santa Cruz di Gereja Motel, selasa ini.

Kardinal mengatakan, bacaan-bacaan dalam misa membawa ciri-ciri kebijaksanaan untuk membawa semua orang kembali ke masa kini bahkan dari suku, kelompok dan kota yang berbeda, karena pembaptisan membawa setiap orang untuk mengambil bagian dalam panggilan bersama sebagai umat Kristiani, menunjukkan hati yang berusaha untuk menjadi baik dan baik hati. sehati satu sama lain, karena semua orang adalah satu tubuh di dalam Kristus. 

Reporter  : Cidalia Fátima

Editor      : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!