iklan

EKONOMI, HEADLINE

Timor-Leste siap ajukan Taman Nino Konis Santana ke daftar Warisan Dunia

Timor-Leste siap ajukan Taman Nino Konis Santana ke daftar Warisan Dunia

Taman Nasional Nino Konis Santana. Foto Tatoli/ Francisco Sony

DILI, 08 agustus 2024 (TATOLI) – Timor-Leste telah mengambil langkah pertama untuk mempersiapkan pengajuan Taman Nasional Nino Konis Santana (NKSNP) agar dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan bekerja sama dengan UNESCO Jakarta menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Penunjukan Taman Nasional Nino Konis Santana sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dan Rencana Aksi Pelestariannya”. Worshop nasional tersebut digelar di Pantai Kelapa-Dili, kamis ini.

Menteri Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan, Marcos da Cruz,  mengatakan Taman Nasional Nino Konis Santana adalah pusat keanekaragaman hayati. Jadi, Timor-Leste akan mengajukan nominasi sebagai situs Warisan Dunia ke UNESCO.

Berita terkait : MAP ajukan Taman Nasional Nino Konis Santana ke UNESCO untuk diakui sebagai warisan dunia

“Taman Nasional Nino Konis Santana adalah pusat keanekaragaman hayati. Jadi, kami berniat mengajukan Taman Nasional Nino Konis Santana sebagai nominasi situs Warisan Dunia,” kata Menteri Marcos.

Dikatakan, jika Taman Nasional Nino Konis Santana mendapatkan status sebagai situs Warisan Dunia akan memberikan kontribusi terhadap nilai ekologi dan budaya dan akan meningkatkan upaya pemerintah dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan di taman nasional ini.

Ia juga mengungkapkan bahwa, workshop yang digelar bertujuan untuk membentuk sebuah komite yang akan memastikan bahwa persyaratan untuk mengajukan permohonan ke UNESCO telah terpenuhi sebelum tanggal 30 september mendatang.


Taman Nasional Nino Konis Santana. Foto Tatoli/ Francisco Sony

Sementara,  Direktur Eksekutif Komisi Nasional Timor-Leste untuk UNESCO, Luís Soares, mengatakan ini bertujuan untuk membentuk komite nasional yang melibatkan kementerian-kementerian terkait untuk melakukan diskusi dan koordinasi teknis dalam rangka melengkapi persyaratan yang diajukan oleh UNESCO, sebelum Pemerintah secara resmi mengajukan pencalonan Taman Nasional Nino Konis Santana untuk mendapatkan status sebagai situs Warisan Dunia dengan kategori Man and The Biosphere yang telah diumumkan pada september tahun ini di Paris. 

” UNESCO mempresentasikan beberapa persyaratan seperti permintaan agar Timor-Leste melakukan survei demografi, produksi film dokumenter dalam bentuk video dan gambar untuk menggambarkan sejarah, penyebaran informasi kepada masyarakat setempat, dan alokasi anggaran untuk memastikan keberlanjutan pelestariannya, sebelum Pemerintah secara resmi menyerahkan dokumen-dokumen tersebut ke UNESCO,” katanya.

Dikatakan,  Timor-Leste perlu melengkapi persyaratan sebelum 30 september tahun ini dan jika tidak memenuhi kriteria penyerahan dokumen, maka pengajuannya bisa ditunda sampai tahun 2025.

Di antara negara-negara ASEAN, situs Warisan Dunia UNESCO,   Indonesia memimpin daftar dengan sepuluh situs yang terdaftar, diikuti oleh Vietnam dengan delapan situs yang terdaftar, Thailand dengan tujuh situs, Filipina enam, Malaysia lima, Kamboja empat, Laos tiga, Myanmar dua, dan Singapura satu.

Berita terkait : Taman Nasional perlu diperhatikan, João Antalmo: pemerintah harus alokasikan anggaran

Dilansir Wikipedia, Taman Nasional Nino Konis Santana adalah taman nasional pertama di Timor-Leste (TL). Taman ini dibentuk pada 3 Agustus 2007, mencakup area seluas 1.236 km². Taman ini menghubungkan beberapa area penting bagi konservasi burung seperti Lore, Gunung Paitchau, Danau Ira Lalaro, dan Pulau Jaco.

Taman ini juga mencakup 556 km² dari Segitiga Terumbu Karang, area bawah laut yang konon berisi keanekaragaman terbesar di dunia. Burung langka yang dilindungi oleh taman ini di antaranya adalah kakatua-kecil jambul-kuning, merpati-hijau timor, merpati-kaisar timor, dan gelatik timor. Taman ini dinamai untuk menghormati Nino Konis Santana, mantan komandan Fretilin, yang lahir di Tutuala, sebuah desa yang terletak di dalam taman nasional.

Bagian dari taman ini pertama kali menjadi cagar pelestarian alam ketika TL masih menjadi bagian dari Indonesia. Ketika negara ini berada di bawah pemerintahan transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2000, daerah ini dinyatakan sebagai “kawasan liar dilindungi” berdasarkan Peraturan Nomor 2000/19.


Taman Nasional Nino Konis Santana. Foto Tatoli/ Francisco Sony

Setelah kemerdekaan TL pada tahun 2002, bersama dengan penilaian ilmiah Important Bire Area di negara itu, tindakan untuk identifikasi dan deklarasi taman nasional pertama juga dilakukan oleh BirdLife International.

Saat itu, BirdLife International bekerjasama dengan Departemen Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, New South Wales, dan Australian Volunteers International, dengan bantuan keuangan yang diberikan oleh Program Warisan Alam Regional dari Pemerintah Australia, Dana Konservasi Alam Keidanren (Jepang), dan Inisiatif Darwin dari Pemerintah Inggris.

Taman nasional ini juga menghubungkan area-area yang penting bagi konservasi burung yaitu Loré, Gunung Paitchau, Danau Ira Lalaro, dan Pulau Jaco, yang diidentifikasi melalui survei biologis dilakukan oleh BirdLife International setelah Timor Leste merdeka pada tahun 2002, yang meliputi 25.000 hektar dari keseluruhan taman.

Terdapat enam desa di dalam taman nasional ini, termasuk Com, Tutuala, Mehara dan Muapitine, sedangkan Malahara adalah sebuah dusun. Ditemukan beberapa bekas permukiman yaitu Mua Mimiraka, Lo Chami, dan Lori Lata. Pemukiman bertembok ditemukan di Tutuala, Lori Lata, Lopomalai, Ili Mimiraka, Mua Mimiraka, dan Tutun (Tutunca’u).

Hutan dataran rendah yang lembap dan hutan evergreen yang terdapat di area perbukitan adalah jenis vegetasi di taman tersebut, terpisah dari tanah berawa di Danau Ira Lalaro. Daun kering yang berguguran, hutan rawa dan vegetasi pantai juga menggambarkan keberagaman flora di taman nasional tersebut.

Reporter : Camilio de Sousa  (Penerjemah : Armandina Moniz)

Editor     : Filomeno Martins

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!