DILI, 12 juli 2024 (TATOLI)— Peneliti Institut Nasional Kesehatan Masyarakat Timor-Leste (INSP-TL) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Caetano Gusmão, mengatakan makanan dan minuman impor yang mengandung garam dan gula, berdampak terhadap tekanan darah tinggi , diabetes dan stroke.
“Menurut data yang kami identifikasi dalam penelitian biasanya makanan dan minuman yang mengandung garam dan gula, sebagian besar ada pada makanan coklat, minuman kaleng seperti delos dan sunkis. Tim telah mengidentifikasinya dan ada kadar garam dan gulanya. Sehingga kemungkinan dapat berdampak pada kesehatan seseorang, jika masyarakat tidak mengontrol dan mengkonsumsi tidak sesuai komposisinya akan terkena tekanan darah tinggi, diabetes dan stroke,” kata Caetano Gusmão pada wartawan di City8 Dili, jumat ini.
Dikatakan, melalui penelitian ini dapat membantu Kemenkes untuk lebih baik dalam mengumpulkan bukti-bukti yang kuat, sehingga dapat mencegah dengan baik untuk mengurangi penyakit tidak menular di Timor-Leste.
Selain itu, Dokter Spesialis Kardiologi Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV), Herculano Seixas dos Santos, menginformasikan, penyakit tidak menular sebagai suatu kondisi yang tidak disebabkan oleh infeksi akut, tidak menular dari satu orang ke orang lain, tetapi dapat menyebabkan penyakit kronis, menyebabkan kecacatan dan kematian dini.
“Secara global banyak sekali penyakit tidak menular, sehingga secara strategis kami ingin memberikan perhatian dan mengelompokkan penyakit tidak menular menjadi empat kelompok, yaitu penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernafasan kronis, dan diabetes meditus,” jelas Herculano Seixas.
Dijelaskanya, penyakit tidak menular beberapa faktor risiko yang tidak bisa diubah, pertama adalah usia. Semakin bertambahnya usia maka risikonya juga semakin meningkat.
Menurutnya, faktor risiko penyakit tidak menular yang dimodifikasi sesuai strategi global adalah faktor risiko seperti tembakau, alkohol, pola makan tidak sehat, dan stres. Beberapa pasien menderita serangan jantung karena stres.
Dikataka, perlu digarisbawahinya, saat ini semuanya penjualan bebas seperti penjualan pangan impor dan ekspor bebas, setelah produk lokal tidak dikonsumsi dan lebih banyak mengkonsumsi produk minyak, maka ini dapat berkontribusi terhadap risiko metabolik hingga berdampak pada penyakit.
“Ketika tekanan darah kita mulai meningkat, gula darah, kolesterol darah, dan berat badan mulai meningkat, penting bagi kita untuk menghitung berat badan kita dibandingkan dengan tinggi badan kita, semuanya berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes pernafasan kronis dan penyakit lainnya,” ujarnya.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa angka kematian tertinggi masih disebabkan oleh tuberkulosis, kardiovaskular, dan stroke.
Data dari HNGV tahun lalu sekitar tiga ribu pasien meninggal dunia, dan 9,8%, penyebab kematian pertama adalah stroke dan jumlah kasus dirujuk ke luar negeri adalah pasien dengan penyakit jantung.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz