iklan

EKONOMI, HEADLINE

Laut Timor jadi koridor migrasi Paus Biru, APM-TL : Perlu aturan perlindungan

Laut Timor jadi koridor migrasi Paus Biru, APM-TL : Perlu aturan perlindungan

Asosiasi Perikanan dan Kelautan Timor Lorosae (APM-TL) bersama para Peneliti dari UNTL dan Australia menggelar konferensi pers tentang perlu adanya perlindungan terhadap Paus Biru yang bermigrasi di koridor Laut Timor. Foto Tatoli/Antonio Daciparu

DILI, 10 juli 2024 (TATOLI)— Pemerintah Timor-Leste memerlukan pedoman dan aturan baru tentang perlindungan bagi Paus Biru yang setiap tahun bermigrasi di koridor Laut Timor.

Hal ini diungkapkan dari hasil laporan para Peneliti dari Australia bersama APM-TL (Asosiasaun Peskas no Mariña Timor Lorosa’e atau Asosiasi Perikanan dan Kelautan Timor Lorosae), serta Mahasiswa dari UNTL (Universitas Nasional Timor Lorosa’e) dan Nelayan Lokal yang sudah mengamati Paus (Whale Watching) bertahun-tahun tentang migrasi Paus Biru.

Wakil Ketua APM-TL, Mario Cabral mengungkapkan Karen Edyvane sebagai ilmuwan kelautan yang juga merupakan Peneliti Senior di Universitas Charles Darwin dan Wakil Professor di Universitas Nasional Australia, dan diakui sebagai pakar PBB di Arafura dan Laut Timor telah memulai penelitiannya sejak tahun 2014 hingga saat ini.

“Penelitian ini mempunyai temuan yang sangat menarik untuk diumumkan oleh Timor-Leste kepada masyarakat bahwa Laut Timor di bagian utara merupakan koridor migrasi Paus Biru dan memiliki potensi yang signifikan khususnya untuk wisata dalam mengamati Paus dan menjadi tempat yang aman bagi Paus untuk melahirkan dan mempunyai hubungan yang baik dengan menghasilkan anak-anak Paus,” jelasnya pada konferensi pers di Pusat Informasi Pariwisata, Lecidere, rabu ini.

Paus Biru. Foto google

Sejak tahun 2014, para peneliti telah melakukan penelitian dan hasil program pemantauan tahunan mengungkapkan bahwa 2.700 Paus Biru di laut Timor-Leste, pemantauan mengamati pergerakan migrasi mereka dari pantai utara, dan di tingkat global jumlah ini sungguh luar biasa.

Mario Cabral mengatakan pada 2023 tim dari UNTL dan para Nelayan telah melakukan Whale Watching dan melihat bahwa banyak sekali resiko yang dapat dihadapi oleh para Paus Biru ketika melintasi perairan Laut Timor.

“Setiap tahun pada November Paus Biru bermigrasi di Laut Timor, dan sesuai pemantaun kita kontinuitas  mamalia laut satu ini terus menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ini dikategorikan terancam punah jika kontinuitas  tipe paus tidak capai 20,” katanya.

Sementara, Team Leader Whale Watching, Deonisio Manuel Matos yang juga Mahasiswa dari UNTL mengakui selama proses pemantauan yang dilakukan bersama tim Whale Watching yang berjumlah 21 orang melihat banyak Paus Biru yang memiliki fisik yang tidak sehat sehingga dibutuhkan perlindungan segera.

“Laut adalah tempat bagi Paus Biru untuk mencari makan dan kami juga memantau masih banyak kapal yang tidak mengetahui bahwa aturanya jika ingin melihat Paus harus dengan jarak 100 sampai 200 meter, tapi banyak yang tidak mengikuti, jika kita mengangu proses migrasi mereka ini akan sangat tidak baik,” katanya.

Seorang Nelayan Lokal, Zacarias da Cunha khususnya meminta pada pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Lingkungan (MTA -tetun) untuk segera membuat aturan baru tidak hanya untuk para kapal pesiar tapi juga kapal-kapal yang melintasi laut Timor untuk bisa memahami bahwa Paus Biru mamalia yang harus dilindungi.

“Kita harus menghargai mereka, karena jika terus begini nantinya Paus Biru akan menghindari koridor Laut Timor dan memilih jalur lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk melestarikan dan melindunginya,” ucapnya.

Direktur Nasional Penelitian dan Statistik, José Filipe Dias Quintas yakin program penelitian dan pemantauan Paus Biru yang dikenal sebagai “Paus dan Lumba-lumba” adalah temuan yang sangat relevan bagi Timor-Leste untuk mengembangkan produk wisata observasi paus dan lumba-lumba.

“Kementerian terkait perlu bekerja sama untuk membuat pedoman dan peraturan tentang bagaimana melindungi hewan laut seperti paus dan lumba-lumba sehingga hewan laut dapat terus damai dan aman di wilayah maritim Timor-Leste untuk memberikan manfaat yang baik bagi industri pariwisata dalam jangka panjang,” ungkap José Quintas.

Dalam kesempatan ini MTA mengucapkan terima kasih kepada tim peneliti dan pemantau paus dan lumba-lumba yang telah berbagi informasi penting ini sehingga dapat menjadi database bagi pemerintah untuk pengembangan wisata pengamatan paus dan lumba-lumba ke depan secara berkelanjutan.

“Saat ini tim teknis sedang mempersiapkan sebuah pedoman sebagai sarana penting untuk meningkatkan kesadaran semua pihak untuk menghargai satwa laut kita yang mempunyai nilai ekonomi besar. Karena produk wisata pengamatan paus dan lumba-lumba telah menjadi pasar yang sangat besar dengan biaya yang besar, jadi kita harap nantinya pedoman ini bisa disetujui,” paparnya.

Dalam laman Wikipedia, Paus biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang tergolong dalam subordo paus balin. Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan massanya tercatat sebesar 181 ton atau lebih. Binatang ini diyakini merupakan hewan terbesar yang pernah diketahui.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor    : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!