DILI, 12 februari 2024 (TATOLI)— Institut Nasional Statistik Timor Leste (INETL), prihatin atas ketergantungan Timor-Leste terhadap barang impor. Karena, besarnya jumlah impor pada tahun lalu memiliki defisit mencapai $750 juta.
Demikian hal itu dikatakan, Ketua INETL, Elias dos Santos Ferreira kepada Tatoli, dikantornya Caicoli, Dili.
Menurutnya, jumlah tersebut menunjukkan ketergantungan Timor- Leste terhadap barang impor. “Dari 910 juta impor, 812 juta merupakan barang konsumsi pokok dan sisanya berupa mobil, bahan bakar, peralatan elektronik, bahan konstruksi, dan lainnya. Barang impor tersebut berasal dari Indonesia, China, Singapura, Taiwan, India, Malaysia, Hongkong, Vietnam, Australia, dan Amerika Serikat”, kata Ketua INETL, Elias dos Santos Ferreira.
Ia juga menyatakan keprihatinannya karena jumlah ekspor hanya sebesar 160 juta. Sehingga ini lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah impor.
“Perekonomian kita tidak seimbang karena jumlah impor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor. Keadaan ini terjadi karena kita sangat bergantung pada produk impor. Untuk membalikkan nilai tersebut, kita harus meningkatkan produksi pertanian dan berinvestasi di sektor produktif,” ujarnya.
Beliau juga mengungkapkan, Timor-Leste sejak tahun 2019 telah melakukan ekspor barang produksi seperti, kopi, ubi, jagung dan ampas kelapa kering ke luar negeri.
Menurut laporan data dari INETL pada tahun 2023, Timor-Leste telah melakukan ekspor barang produksi seperti :
- Kopi berjumlah 5.848 ton atau setara dengan $14 juta
- Jagung berjumlah 1.700 ton atau setara dengan $477 ribu
- Ampas kelapa kering 1.394 ton atau setara dengan $383 ribu
- Ubi 180 ton atau setara dengan $131 ribu
- Aluminium 2.106 ton atau setara dengan $33 ribu
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz