iklan

KESEHATAN, HEADLINE

Masyarakat di tiga perbatasan  rentan terhadap risiko kesehatan

Masyarakat di tiga perbatasan  rentan terhadap risiko kesehatan

Foto bersama usai acara penyerahan dokumen studi yang dilakukan oleh Institut Perdamaian, Konflik, dan Studi Sosial di Universitas Nasional Timor-Lorosa'e (UNTL). Foto Tatoli

DILI, 06 desember 2023 (TATOLI)— Masyarakat di kotamadya Bobonaro, Covalima dan Oé-Cusse rentan terhadap risiko kesehatan. Selain itu, masyarakat di tiga kotamadya itu juga rentan terhadap pendidikan, keselamatan diri, lingkungan, dan ekonomi selama pandemi COVID-19.

Demikian menurut sebuah laporan hasil studi yang dilakukan oleh Institut Perdamaian, Konflik, dan Studi Sosial di Universitas Nasional Timor-Lorosa’e (UNTL), di tiga kotamadya tersebut yang berada di tiga perbatasan darat dengan Republik Indonesia.

Rektor UNTL, João Martins, di sela-sela acara penyerahan laporan hasil studi tersebut, mengatakan bahwa penelitian ini dilakukan melalui kerja sama dengan mitra dari Organisasi Migrasi Dunia (ILO) dan UNICEF (Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk mengkaji kerentanan dan ketahanan masyarakat di daerah perbatasan dalam menghadapi situasi buruk yang menjadi ciri khas masa pandemi COVID-19.

Kerentanan yang lebih besar di daerah perbatasan selama pandemi dibenarkan oleh fakta bahwa mereka lebih terpapar virus SARS-COVID melalui mobilitas orang dan barang lintas batas, bahwa mereka tertular dalam jumlah yang lebih besar dan dengan morbiditas yang lebih besar, dan mereka lebih jauh dari pusat-pusat populasi di mana perawatan untuk penyakit ini lebih mudah diakses.

Ia mengatakan bahwa penting untuk mengetahui kerentanan, kebutuhan, dan kesenjangan spesifik yang dialami oleh masyarakat di daerah perbatasan yang mengancam keamanan mereka, dengan tujuan untuk mendukung dan memfasilitasi pemerintah dalam mempersiapkan dan mencegah ancaman kesehatan di masa depan terhadap penduduk.

“Tujuan dari pelaksanaan studi ini untuk memberikan referensi bagi pihak eksekutif, mitra pembangunan, LSM dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencari solusi bagi masalah yang mereka hadapi  dalam apa yang dianggap sebagai persiapan kondisi pencegahan bagi masyarakat tersebut,” ujar Rektor itu, di Farol, Dili.

Sementara, Bernardo Leto, seorang peneliti dan dosen di Fakultas Ilmu Sosial UNTL, mengatakan pendekatan keamanan masyarakat adalah metodologi umum yang memberikan perspektif yang lebih jelas tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh warga negara, serta memberikan informasi kepada Fakultas Ilmu Sosial tentang apakah solusi yang diberikan oleh pemerintah untuk masalah-masalah seperti keamanan masyarakat, ekonomi, lingkungan hidup, makanan, kesehatan, isu-isu sosial, dan politik sudah memadai.

Ia menjelaskan bahwa penilaian ini dilakukan antara bulan juli hingga agustus tahun ini, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, seperti melakukan wawancara dengan informan kunci dengan sampel 300 peserta dari 21 desa yang terletak di tiga kotamadya, serta mengadakan diskusi kelompok.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat perbatasan rentan terhadap ancaman khusus terhadap keamanan mereka, termasuk kaum muda perempuan, karena normalisasi kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berbasis gender, dan kurangnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan,” jelas Bernardo Leto.

Dosen tersebut meminta pemerintah untuk mengimplementasikan program-program sesuai dengan Rencana Pembangunan Strategis 2011-2030, untuk mengambil pendekatan yang adil dan efektif terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat di daerah perbatasan.

Ia juga menyerukan agar hak-hak perempuan dan anak perempuan dibela dan kerja sama antara masyarakat yang bersangkutan, pemerintah dan mitra pembangunan diperkuat untuk menyediakan layanan penting bagi masyarakat. 

Reporter :  Afonso do Rosário 

Editor      : Isaura Lemos de Deus (penerjemah : Armandina Moniz)

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!