DILI, 30 januari 2023 (TATOLI)– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO -ingris) hari ini menyerukan kepada negara-negara di Kawasan Asia Tenggara (SEARO) dan secara global untuk segera mengatasi kesenjangan layanan pada penderita penyakit kusta (lepra) yang terganggu oleh pandemi COVID-19.
“Lepra 100 persen dapat disembuhkan ketika terdeteksi dini, namun hari ini selain tantangan terkait COVID-19, stigma dan diskriminasi, baik yang dilembagakan maupun informal, terus menghambat diagnosis dan pengobatan yang cepat serta memfasilitasi penyebaran lebih lanjut. Ini harus diubah,” kata Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional, WHO Asia Tenggara, melalui laman resmi WHO yang diakses Tatoli, berkaitan dengan Hari Kusta Sedunia yang jatuh pada minggu terakhir bulan januari (29 januari) ini.

Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tahun pada hari Minggu terakhir di bulan Januari. Di tahun 2023, Hari Kusta Sedunia jatuh pada tanggal 29 Januari. Tujuan dari peringatan ini adalah menghilangkan diskriminasi terhadap pengidap kusta dan meningkatkan kepedulian tentang bahayanya penyakit ini.
Poonam Khetrapal Singh mengatakan, pada tahun 2021, dilaporkan 140.000 kasus kusta baru, dengan 95 persen kasus baru berasal dari 23 negara prioritas global. Dari jumlah tersebut, 6% didiagnosis dengan kelainan bentuk yang terlihat atau kecacatan tingkat 2 (G2D). Lebih dari 6% kasus baru adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun, dengan 368 didiagnosis dengan disabilitas kelas-2.
Meskipun ada peningkatan 10% dalam pelaporan kasus baru dari tahun 2020 hingga 2021, kasus yang dilaporkan 30% lebih rendah pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2019. Hal ini bukan karena penurunan penularan, tetapi kasus tetap tidak terdeteksi karena gangguan terkait COVID-19.
“Negara-negara harus terus memulihkan layanan pada penderita kusta, dengan fokus pada perluasan kemoprofilaksis rifampisin dosis tunggal, mengintensifkan penemuan kasus aktif, dan memastikan diagnosis dan pengobatan yang cepat dengan terapi multiobat,” kata Khetrapal Singh.
Diungkapkan, setidaknya 115 undang-undang diskriminatif yang dilaporkan berlaku di tujuh negara. Jadi, WHO menyerukan kepada semua negara untuk segera dan dengan tegas mencabut undang-undang diskriminatif dan mematuhi serta menerapkan prinsip dan pedoman PBB untuk penghapusan diskriminasi terhadap orang yang terkena kusta dan keluarganya.
Selama dekade terakhir, kemajuan yang kuat dicapai di beberapa bidang utama pencegahan, pengobatan, dan pengendalian kusta secara global, dengan deteksi kasus anak baru berkurang sebesar 27% antara tahun 2010 dan 2019, kelainan bentuk yang terlihat pada saat diagnosis berkurang sebesar 23% antara tahun 2014 dan 2019 dan tingkat deteksi kasus anak baru berkurang menjadi 7,6 per juta anak dibandingkan dengan 9,8 pada tahun 2014.
Hingga 50% orang yang terkena kusta menghadapi morbiditas psikiatrik seperti depresi, gangguan kecemasan dan upaya bunuh diri. Untuk itu, negara juga harus meningkatkan akses bagi orang yang terkena lepra dan keluarganya ke perawatan kesehatan mental, fitur utama dari Strategi Kusta Global, bersamaan dengan peningkatan diagnosis dan pengobatan.
“Bertindak sekarang. Akhiri Kusta.” Adalah tema tahun ini untuk Hari Kusta Sedunia. WHO menegaskan kembali dukungannya yang teguh kepada negara-negara yang terkena dampak kusta di Kawasan Asia Tenggara dan di seluruh dunia untuk mendorong kemajuan yang cepat, adil dan berkelanjutan menuju target dan tujuan kami, mencapai nol infeksi dan penyakit kusta, nol kecacatan kusta, dan nol stigma kusta dan diskriminasi pada tahun 2030.
“Kusta telah menjangkiti umat manusia selama ribuan tahun. Namun, kita bisa menjadi generasi yang mengakhiri penularan kusta, mengakhiri penderitaan, memastikan kita tidak meninggalkan siapa pun,” ujar Poonam Khetrapal Singh.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz