DILI, 08 april 2022 (TATOLI)—Otoritas Nasional Perminyakan dan Mineral (ANPM – tetum) merekomendasikan tiga hal utama pada Pemerintah untuk bisa mengontrol harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri yang semakin melonjak.
Selama dua bulan ini harga BBM dunia semakin meningkat akibat adanya konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Rusia selain dikenal sebagai penghasil minyak bumi, Rusia juga menjadi negara penghasil gas alam terbesar kedua di dunia saat ini.
Pasokan gas bumi dari Rusia bahkan memenuhi 40% kebutuhan komoditas ini di Benua Eropa. Tentunya dengan konflik tersebut memberikan dampak yang signifikan kepada harga bahan bakar minyak dunia, salah satunya berimbas ke Timor-Leste (TL) yang saat ini tergantung kepada minyak impor.
Berita terkait : TANE Konsumidór : MPM harus kendalikan masalah kenaikan harga minyak di pasar nasional
Ketua ANPM, Florentino Soares Ferreira mengatakan, untuk mengontrol harga bahan bakar di TL dibutuhkan tiga solusi penting dimana dua lainnya bisa diambil sebagai solusi tercepat untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
“Solusi yang saya lihat bisa kita ambil adalah Pemerintah bisa mengurangi pajak untuk BBM, agar para pemasok tidak harus menaikkan harga dan membebani masyarakat,” kata Ketua ANPM usai menghadiri Seminar Perminyakan dan Mineral di Kampus Universitas Dili, Mascarenhas, jumat ini.
Ia menambahkan, jalan lainnya adalah memberikan subsidi. Karena, beberapa negara lain yang mengaplikasikannya seperti Indonesia. Tetapi khusus untuk TL tidak bisa memberikan subsidi kepada seluruh masyarakat. Artinya, subsidi harus selektif.
Berita terkait : Harga BBM dan kebutuhan pokok terus melonjak, Anggota PN prihatin
Dikatakan, subsidi selektif hanya kepada mereka yang berkontribusi pada ekonomi domesitik seperti transportasi umum. Pemerintah bisa melihat ini untuk memberikan subsidi kepada Taksi, Bus dan anggkutan umum lainnya, yang biasa digunakan masyarakat agar mereka tidak harus menaikkan tarif penumpang.
“Saya lihat Pemerintah juga tidak memberikan ijin untuk menaikkan tarif anggkutan umum. Tentunya, ini akan berdampak pada pendapatan mereka karena harga bahan bakar minyak mahal tetapi pendapatan tidak sesuai,” ucapnya.
Bahkan, katanya, selama awal April ini beberapa anggkutan umum berhenti beroperasi karena mahalnya bahan bakar. Ini sangat berdampak pada masyarakat yang bisa menggunakan angkutan umum untuk kebutuhan ekonomi, sekolah dan kerja.
Dikatakan, adapun solusi jangka panjang adalah Timor Gap sebagai perusahaan negara bisa menghadirkan sistem penyaringan modular agar bisa mencakup kebutuhan bahan bakar sekitar 25% sampai 30% dari keseluruhan kebutuhan.
“Pelan-pelan kita harus melepaskan diri kita dari impor bahan bakar. Karena, jika tidak, harga pasaran bahan bakar dunia meningkat maka kita juga mendapatkan imbasnya,” jelasnya.
Ketua ANPM juga menginformasikan, TL adalah negara yang memproduksi minyak tetapi ini masih bersifat mentah dan belum bisa melakukan penyaringan sendiri sehingga masih bergantung pada bahan bakar impor.
“Kita bukan negara yang bisa melakukan penyaringan dan belum sampai kesana. Jadi, kita masih sangat bergantung pada minyak impor dari Indonesia, Singapur, Malaysia dan sekarang kita ketahui bahwa harga minyak ini meningkat, karena konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia,” katanya.
Ia menegaskan, ANPM tidak meregulasi harga bahan bakar minyak. Karena, ini adalah efek dari pasar dunia, tetapi sebagai otoritas negara siap memberikan solusi untuk mencari jalan keluar, tetapi keputusan utama harus dari Pemerintah dan Kementerian terkait.
Florentino menambahkan, saat ini negara-negara dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC –Organization of the Petroleum Exporting Countries) memiliki starategi sendiri untuk bisa menyelesaikkan masalah ini.
Reporter: Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz