DILI, 19 Januari 2022 (TATOLI) – Direktur Umum Sekretariat Teknik Administrasi Pemilihan (STAE), Acilino Manuel Branco, mengatakan pemungutan suara untuk proses Pemilihan Presiden (Pilpres) 2022 bagi pemilih yang berada di Australia terancam gagal dilakukan, karena pemberlakukan keadaan darurat di Australia dampak dari peningkatan Covid-19.
Direktur Acilino menjelaskan, ada beberapa kota di Australia yang berada dalam keadaan darurat. Dengan pemberlakukan situasi tersebut mengakibatkan, tim pendaftaran pemilih untuk luar negeri tidak bisa berangkat ke Australia.
Berita terkait : Pilpres 2022, STAE siapkan tiga Pusat Pemungutan Suara paralel di Dili
“Situasi epidemiologis yang dialami Australia saat ini dapat membahayakan perjalanan tim kami ke negara tersebut untuk melakukan pendaftaran pemilih dan juga memperbarui database. Karena itu, kami menunggu perkembangan situasi di negara itu. Jika skenarionya semakin buruk, Warga negara Timor-Leste di Australia tidak akan bisa memilih pada Pilpres 19 maret 2022 ini”, kata Acilino Branco.
Menurut data sementara dari daftar pemilih dan memperbarui basis data untuk bulan November 2021, STAE telah mendaftarkan 857.487 pemilih di seluruh wilayah.Sementara itu, untuk Australia, dengan jumlah pemilih 1.489, Korea Selatan sebanyak 1.262 pemilih, 1.251 pemilih terdaftar di Irlandia, 762 di Portugal dan 2.236 di Inggris.
Berita terkait : STAE : 6.017 lebih pemilih baru terdaftar lagi
Ditanya tentang data terbaru, Acilino Branco mengatakan, saat ini masih belum ada data konkret. Karena, pihak teknik STAE masih memperbarui data terbaru yang dikumpulkan di kotamadya dan luar negeri.
Pembaruan dan pendaftaran pemilih sudah berlangsung sejak 3 september 2021 hingga 14 januari 2022.
Berita terkait : Proses RE-ADB Diaspora kumpulkan 7.000 pemilih
Reporter : Afonso do Rosario
Editor : Maria Auxiliadora (penerjemah : Armandina Moniz)