iklan

EKONOMI, POLITIK, INTERNASIONAL, HEADLINE

Produksi migas terancam habis di Bayu-Undan, proyek CCS jadi solusi  

Produksi migas terancam habis di Bayu-Undan, proyek CCS jadi solusi   

Ketua Otoritas Nasional Perminyakan dan Mineral (ANPM), Florentino Soares Ferreira. Foto TATOLI/Francisco Sony

DILI, 6 Januari 2022 (TATOLI)-  Timor-Leste (TL) akan memanfaatkan lapangan Bayu-Undan untuk proyek CCS (Carbon Capture Storage) sebagai solusi, jika produksi minyak dan gas (migas)  terancam habis dalam waktu dekat.

“Kami akan menyuntikkan karbon dioksida (CO2) ke reservoir (waduk) gas Bayu-Undan ketika produksi di lapangan tidak lagi menghasilkan migas,” kata Ketua  Otoritas Nasional Perminyakan dan Mineral (ANPM), Florentino Soares Ferreira  kepada TATOLI, di kantornya, Kementerian Keuangan Aitarak Laran Dili, kamis ini.

Dia mengatakan proyek CCS adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk berkontribusi dalam memecahkan perubahan iklim. “Ini adalah komitmen yang baik untuk mengurangi jumlah CO2 di atmosfer,” katanya.

Dijelaskan, Proyek ini akan menempatkan TL di peta dunia sebagai salah satu negara terkemuka dalam upaya dekarbonisasi menuju target net-zero (nol-bersih) pada 2050.

“Proyek CCS akan menunjukkan komitmen TL terhadap emisi net-zero. Kami akan menyuntikkan 10 juta ton CO2 per tahun. Itu dianggap sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Proyek ini akan mengejutkan banyak negara penghasil minyak di seluruh dunia karena negara kecil seperti TL  dapat membuat proyek sebesar itu,” katanya.

Dikatakan, pihaknya  akan menggunakan beberapa fasilitas Bayu-Undan yang ada untuk proyek CCS setelah lapangan Bayu-Undan sebagian dibongkar dalam waktu dekat.

Dia mengatakan beberapa reservoir minyak di Australia memerlukan perawatan khusus untuk injeksi CO2. Dengan demikian, proyek CCS TL  akan menjadi solusi alternatif, karena reservoir Bayu-Undan cocok untuk proyek CCS.

Dijelaskan,  banyak perusahaan yang tertarik untuk berinvestasi di proyek CCS di Bayu-Undan.  “Lapangan Bayu-Undan akan dibongkar pada 2024 atau 2025 jika produksi dihentikan,” katanya.

Dia menambahkan, Pemerintah dan perusahaan minyak telah memperkirakan $1,2 miliar untuk pembongkaran lapangan Bayu-Undan.

Pada 13 September 2021, perusahaan Santos dari Australia telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan ANPM selaku regulator TL untuk memajukan proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS). Diperkirakan akan menelan biaya US$1,6 miliar, di ladang Bayu Undan di Laut Timor.

 Tiga sumur migas di Bayu-Undan

Sementara itu, Ketua  ANPM, Florentino Soares Ferreira menginformasikan bahwa produksi minyak dan gas dari tiga sumur di lapangan Bayu-Undan menunjukkan peningkatan dibandingkan  produksi sebelumnya.

“Pemboran sumur pertama dimulai Mei 2021 dan gas pertama dikirim Juli 2021. Sementara pengeboran sumur kedua dimulai Juni, gas pertama sumur kedua dikirim Oktober 2021. Sumur ketiga selanjutnya dibor, dan berhasil di mana sekarang dalam persiapan berkelanjutan untuk memproduksi. Produksi dijadwalkan akan diserahkan pada pertengahan Januari 2022. Jadi, dari dua sumur produksi pertama, kami bisa memproduksi lebih dari 30.000 barel setara minyak (BoE),” kata Ferreira.

Dia mengatakan,  terlalu dini untuk mengungkapkan pendapatan yang dihasilkan oleh tiga sumur Bayu-Undan. “Dengan kenaikan harga minyak, jika perusahaan minyak (Santos Ltd) menjual semua hidrokarbon dengan harga yang baik maka Negara mungkin akan mendapatkan lebih banyak pendapatan. Namun, jika mereka menjual kurang dari yang diharapkan maka kami akan mengganti uang perusahaan seperti yang didefinisikan dalam Peraturan rezim fiskal,” jelasnya.

“Terlalu dini bagi saya untuk mengungkapkan kepada publik tentang jumlah pasti penerimaan negara dari produksi gas tiga sumur ini. Secara keseluruhan, saya dapat mengatakan bahwa ada peningkatan tajam dalam produksi lapangan hidrokarbon dari sumur-sumur tersebut, ”tegasnya.

Bayu-Undan ditemukan pada awal 1995, ketika sumur Bayu-1 memotong kolom kondensat gas sepanjang 155m. Lapangan Bayu-Undan terletak 500km lepas pantai Darwin, Australia, di Laut Timor, dan 250km selatan Timor-Leste. Umur lapangan diperkirakan 20 tahun. Produksi komersial lapangan dimulai pada April 2004, di mana selain produksi gas, lapangan tersebut mengirimkan kondensat dan LPG 115.000 bph selama periode puncak.

“Lapangan Bayu-Undan akan dibongkar pada 2024 atau 2025 jika sudah tidak lagi memproduksi gas dari lapangan tersebut,” ujarnya.

Dikatakan, Santos memiliki 43,4% working interest di Bayu-Undan sebagai Operator. Sisanya dipegang oleh SK E&S (25%), INPEX (11,4%), Eni (11%), JERA (6,1%), dan Tokyo Gas (3,1%).

Reporter : Filomeno Martins

Editor  : Nelia Borges (penerjemah : Armandina Moniz)

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!