iklan

POLITIK, SOSIAL INKLUSIF

Presiden Lú Olo: Nicolau Lobato mati dengan senjata di tangan untuk pembebasan nasional

Presiden Lú Olo: Nicolau Lobato mati dengan senjata di tangan untuk pembebasan nasional

Presiden Republik, Francisco Guterres Lú Olo menaruh karangan bunga di Patung mendiang Pahlawan Nasional, Presiden Nicolau Lobato pada peringatan Hari Pejuang Pembebasan Nasional di Comoro, jumat (31/12). Foto Tatoli//Antonio Goncalves

DILI, 31 desember 2021 (TATOLI)—Pemerintah Timor-Leste (TL),  jumat ini  memperingati Hari Pejuang Pembebasan Nasional untuk mengenang kematian Nicolau Lobato dan para pejuang pembebasan nasional lainnya yang meninggal dunia demi kebebasan nasional.

Pemerintah TL telah  menetapkan tanggal 31 desember sebagai Hari Pejuang Pembebasan Nasional dan secara khusus memperingati hari kematian Presiden Nicolau Lobato pada 31 desember 1978.

Presiden Nicolau Lobato, tewas tertembak oleh militer Indonesia ketika memimpin pasukan FALINTIL dalam menghadapi serangan militer Indonesia di wilayah Midelo, Pos Administrasi Turiscai, kotamadya Ainaro.

Presiden Republik, Francisco Guterres Lú Olo dalam sambutannya mengatakan Nicolau Lobato menepati komitmennya yang disampaikan tiga bulan sebelum kematiannya  bahwa ia akan mati dengan senjata di tangan.

“Beliau benar-benar menepati komitmennya yang disampaikan tiga bulan sebelum ajal menjemputnya bahwa dia akan mati dengan senjata di tangannya,” kata Presiden Lú Olo.

Karena itu, sebagai  suatu negara mempunyai hak untuk melihat dan mengenang kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, agar dapat memahami dan mengerti tentang asal-usulnya.

“Dengan memahami dan mengerti tentang asal usul kita yang saling mempererat hubungan hingga hari ini,  jika kita mengetahui sejarah, maka dapat memahaminya karena semua ini mempunyai nilai historis dan kita harus mempunyai identitas sendiri yaitu kebebasan dan independen,” tuturnya.

Presiden Lú Olo mengatakan saat kejadian 31 desember 1978,  Nicolau Lobato menjabat sebagai Presiden dan Komandan Pasukan Fretilin. Sebelum meninggal dunia, Presiden Nicolau Lobato menulis sebuah pesan: “A nossa Vitória é uma questão de tempo”.  Artinya kemenangan kita membutuhkan waktu.  Pesan itu menjadi kenyataan dengan  waktu yang cukup lama,” . jelas Presiden Lú Olo.

Menurutnya,  perjuangan para pahlawan dari tahun 1975 hingga 1978 membawa kemenangan bagi rakyat TL. Karena itu, ia minta kepada kaum muda untuk  mempererat hubungan dan mengetahui identitas TL sebagai semangat patriotisme.

Dikatakan, meskipun TL  menjadi korban perang dunia kedua, kemudian dijajah Portugal ditentang Dom Boaventura hingga terjadinya perang dan kejadian-kejadian lainnya,  namun TL tidak menghilangkan identitasnya.

Ikut hadir dalam acara tersebut Presiden Republik, Francisco Guterres Lú Olo Perdana Menteri  (PM) Taur Matan Ruak, Mantan Presiden Republik,  Jose Ramos Horta, para veteran, keluarga Nicolau Lobato, dan beberapa menteri lainnya.

Reporter:  Mirandolina Barros Soares

Editor      : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!