DILI, 06 desember 2021 (TATOLI)— Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dalam Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 03 desember melaporkan, hampir 240 juta anak di dunia (satu dari sepuluh anak di dunia) yang hidup dengan disabilitas ditolak hak dasarnya.
Berdasarkan siaran pers yang diakses Tatoli, dari UNICEF menyebutkan, Pemimpin Global UNICEF untuk Disabilitas, Rosangela Berman-Bieler mengatakan, setiap anak-anak penyandang disabilitas di dunia memiliki hak untuk diasuh melalui pengasuhan yang responsif, didukung dalam pendidikan, dan diberikan nutrisi dan perlindungan sosial yang memadai, termasuk dalam situasi kemanusiaan. Tetapi terlalu sering, hak-hak seperti itu ditolak.
“Kita dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk memastikan hampir seperempat miliar anak-anak penyandang disabilitas di seluruh dunia dapat mewujudkan hak-hak mereka,” ungkap Pemimpin Global UNICEF untuk Disabilitas.
Berita terkait : ADTL minta pemerintah alokasi dana bagi penyandang disabilitas
Ia menambahkan, semua orang harus memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak penyandang disabilitas dengan memastikan dukungan dan layanan masyarakat inklusif dan dapat diakses, stigma dan diskriminasi diberantas, dan mereka harus dilindungi dari kekerasan, pelecehan dan penelantaran.
Menurut data terakhir, dibandingkan dengan anak-anak tanpa disabilitas, anak-anak disabilitas adalah, 24% lebih kecil kemungkinannya untuk menerima stimulasi dini dan perawatan responsif.
Berita terkait : ADTL sampaikan keluhan dan rekomendasi penyandang disabilitas pada PM Taur
Rosangela Berman mengatakan, anak-anak penyandang disabilitas berisiko kehilangan perawatan dan stimulasi yang mereka butuhkan di tahun-tahun awal karena meningkatnya paparan faktor-faktor yang membuat mereka lebih rentan. Ini termasuk kemiskinan, stigma dan diskriminasi, pengucilan dari kesempatan belajar dini, pelembagaan, kekerasan, pelecehan dan penelantaran.
Dikatakan, 42% lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki keterampilan membaca dan berhitung dasar. Anak-anak penyandang disabilitas biasanya menghadapi hambatan tambahan yang menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami lintasan pendidikan yang kurang optimal.
“Ketika keluarga mencari peluang pendidikan untuk anak-anak mereka sering menemukan sekolah dan ruang kelas yang tidak dapat diakses, baik secara fisik maupun karena kurangnya bahan pembelajaran yang sesuai,” tulis siaran pers itu.
Dijelaskan, 49% lebih mungkin tidak pernah bersekolah. Kemungkinan seorang anak tidak pernah bersekolah dapat bergantung pada kesulitan fungsional atau latar belakang ekonominya. Misalnya, anak-anak penyandang disabilitas dari rumah tangga termiskin secara substansial lebih mungkin untuk tidak pernah bersekolah dibandingkan rekan-rekan mereka dari rumah tangga terkaya.
Ia menjelaskan, 53% lebih mungkin memiliki gejala infeksi saluran pernapasan akut. Anak-anak penyandang disabilitas, terutama mereka yang berada di rumah tangga termiskin dan pedesaan, berisiko tinggi mengalami diare, demam, dan gejala infeksi saluran pernapasan akut.
“Anak-anak penyandang disabilitas yang menderita penyakit atau infeksi, termasuk ISPA, lebih rentan terhadap penyakit parah, hasil kesehatan yang lebih buruk, dan rawat inap dibandingkan anak-anak tanpa disabilitas. 51% lebih mungkin untuk merasa tidak bahagia dan 41% lebih mungkin untuk merasa didiskriminasi. Bagaimana individu memandang kesejahteraan mereka sendiri didasarkan pada beragam faktor,” tulis siaran pers tersebut.
Menurut siaran pers tersebut, bahwa banyak anak penyandang disabilitas mengalami diskriminasi karena kecacatannya. Itu terjadi karena, diskriminasi dapat meningkatkan hambatan dalam mengakses layanan yang dibutuhkan anak-anak ini untuk mewujudkan hak-hak mereka, kemungkinan hal itu berdampak negatif pada kesejahteraan subjektif mereka.
UNICEF bekerja dengan mitra di tingkat global dan lokal untuk mewujudkan hak-hak anak penyandang disabilitas. Semua anak, termasuk penyandang disabilitas, harus memiliki suara dalam isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka, dan diberi kesempatan untuk menyadari potensi mereka dan menuntut hak-hak mereka.
UNICEF menyerukan kepada pemerintah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak penyandang disabilitas. Konsultasikan dengan penyandang disabilitas dan pertimbangkan berbagai disabilitas, serta kebutuhan khusus anak-anak dan keluarga mereka, ketika memberikan layanan inklusif dan pendidikan berkualitas yang setara kepada mereka.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz