DILI, 02 desember 2021 (TATOLI)—Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Kepala Pusat Kesehatan Kotamadya Dili, Agustinha Saguradu mengatakan selama januari hingga november 2021, terdata 449 anak terindentifikasi demam berdarah. Dari jumlah tersebut dua anak meninggal dunia.
Disebutkan, 449 anak yang terindentifikasi demam berdarah tersebut berasal dari kotamadya Dili. Mereka tersebar di enam post administratif, dan empat diantaranya dengan angka kasus paling tinggi, yaitu di pos administratif Dom Aleixo, Cristo Rei, Nain feto dan Vera Cruz.
“Empat pos administratif tersebut setiap tahun teridentifikasi dengan kasus paling tinggi dan wilayah tersebut merupakan ancaman demam berdarah. Anak yang meninggal dunia karena demam berdarah dari Pos Administratif Dom Aleixo,” kata Agustinha Saguradu kepada wartawan di Caicoli, Dili, kamis ini.
Dijelaskan, penyakit demam berdarah disebabkan oleh nyamuk demam berdarah, yang bertelur di air kotor dalam lingkungan masyarakat sendiri, seperti air yang berserakan dan tidak dibersihkan, sehingga menyebabkan nyamuk bertelur dan berkembang biak.
“Tim kesehatan setiap tahun membagikan informasi pada masyarakat tentang cara mencegah agar tidak teridentifikasi demam berdarah. Seperti, pertama, bagaimana membersihkan lingkungan. Kedua, jika ada beberapa keluarga yang mendapatkan tanda-tanda demam berdarah langsung dibawa ke rumah sakit yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari para medis,” jelasnya.
Dikatakan, perlunya masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan terutama di empat pos admistratif yang menjadi ancaman. Tim kesehatan juga akan mempersiapkan bahan kimia yang disebut abati untuk menghancurkan telur nyamuk di dalam air, yang setiap tahun dilakukan. Namun, pada tahun ini tidak dilaksanakan karena pandemi Covid-19.
“ Pusat Kesehatan Dili juga bekerja sama dengan Palang Merah Timor-Leste (CVTL-Cruz Vermelha de Timor Leste) untuk mendukung distribusi abati kepada penduduk, dan kemungkinan minggu ini akan dibagikan pada wilayah yang menjadi ancaman pada tahun ini,” paparnya.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz