iklan

EKONOMI, POLITIK, HEADLINE

Kemenkeu dan SEFOPE  latih 55 tenaga kerja

Kemenkeu dan SEFOPE  latih 55 tenaga kerja

Kementerian Keuangan dan Sekretariat Pelatihan Professional Ketenagakerjaan (SEFOPE) memulai pelatihan pada 55 tenaga kerja enumerator (petugas lapangan) di Aula CNA, Balide, Dili, senin (20/09). Foto SEFOPE

DILI, 20 september 2021 (TATOLI)– Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Sekretariat Pelatihan Professional Ketenagakerjaan (SEFOPE) memulai  pelatihan kepada 55 tenaga kerja enumerator  (petugas lapangan) yang bertujuan melakukan penelitian angka tenaga kerja.

Wakil Menteri Keuangan, Sara Lobo Brites mengatakan pelatihan untuk tenaga kerja penelitian ini adalah yang keempat. Pada tahap sebelumnya dimulai pada 2010, 2013, 2016 dan untuk tahun ini baru dilakukan  setelah pemerintah mencabut kembali keputusan lockdown di kotamadya Dili.

“Pelatihan ini berfokus pada tenaga kerja yang sekarang ada karena kita mengetahui angka pengangguran juga tinggi akibat  Covid-19. Ini tidak hanya pada kesehatan namun pada pekerjaan. Karena itu, kita ingin tahu angka pengangguran saat ini,” ungkap Sara di Aula CNA (Centro Nacional Aprovisionamento) Balide, Dili, senin ini.

Dikatakan, pelatihan dilakukan selama delapan hari mulai dari 20 hingga 29 september 2021. Para peserta akan dilatih tim teknis kantor pusat statistik Kemenkeu  dan  SEFOPE.

Ke-55 peserta  nantinya akan dibagi ke 12 kotamadya termasuk RAEOA. Mereka akan melakukan  penelitian selama dua bulan mulai 4 oktober sampai 4 desember 2021.

“Hasil dari penelitian akan membantu pemerintah dalam mengidentifikasi angka tenaga kerja dan rencana pembangunan di masa depan. Data penelitian ini pun akan berguna bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi lainnya,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Negara urusan Ketenagakerjaan, Alarico do Rosario dalam sambutannya  menyampaikan terima kasih kepada  organisasi tenaga ketenagakerjaan dunia (Internastional Labour Organization-ILO) yang telah mendanai proses pelatihan sampai proyek penelitian.

Ia menjelaskan, penelitian ini akan membantu pemerintah memperbarui data statistik tentang tenaga kerja dan juga pengangguran di Timor-Leste. Karena menurutnya selama dua tahun terakhir telah mengalami pengurangan tenaga kerja yang signifikan akibat Covid-19.

“Kita lihat banyak perusahaan memecat para pekerja karena tidak sanggup membayar. Banyak pengusaha yang bangkrut dan memilih menutup usaha mereka. Hal ini juga berkontribusi pada peningkatan pengangguran. Saya harap penelitian ini akan memberi kita data yang signifikan,” ucap Alarico.

Kantor Pusat Statistik mencatat pada  2016, angka pengangguran di Timor-Leste sudah mencapai 10,4%.

Reporter : Cidalia Fátima

Editor      : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!