DILI, 09 Mei 2025 (TATOLI) – Presiden Republik, Jose Ramos Horta, menganugerahi medali ‘Grande Colar Ordem de Timor-Leste (TL)’ kepada Presiden Senat Kerajaan Kamboja, Samdech Akka Moha Sena Padei Techo Hun Sen yang dikenal sebagai Bapa Perdamaian Kamboja. Penganugerahaan medali digelar di Istana Negara Kepresidenan, jumat (09/05).
Penghargaan medali ‘Grande Colar Ordem de Timor-Leste’ merupakan tanda kehormatan tertinggi negara ini, yang dianugerahkan kepada Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, serta pejabat tinggi negara sahabat yang telah memberikan jasa dan memperkuat hubungan persahabatan dengan Timor-Leste.
Presiden Senat Kerajaan Kamboja telah mengabdi pada negaranya dengan luar biasa selama lebih dari empat dekade.
Dari awal yang sederhana hingga menjadi Perdana Menteri Kamboja yang menjabat paling lama (1985-2023), Samdech Techo Hun Sen memainkan peran penting dalam membebaskan Kamboja dari rezim Khmer Merah yang melakukan genosida, melaksanakan Perjanjian Damai Paris, dan memimpin rekonstruksi dan pembangunan negara tersebut.
Samdech Techo Hun Sen melanjutkan pengabdiannya kepada Kamboja sebagai Presiden Dewan Penasihat dan telah terpilih sebagai Presiden Senat pada bulan April 2024, mengukuhkan warisannya sebagai salah satu negarawan paling berpengaruh di Asia dan arsitek utama kebangkitan modern Kamboja.
Penghargaan bergengsi tersebut, merupakan penghargaan nasional tertinggi Timor-Leste yang diberikan disela-sela Kuliah Kepresidenan Seri I yang berjudul “Pelajaran Hun Sen : Dari Genosida dan Kemiskinan Menuju Kebebasan dan Kemakmuran”, yang diadakan di Istana Kepresidenan Nicolau Lobato.
Usai memberikan penghargaan dalam acara Kuliah Kepresidenan Seri I, Presiden Horta menyoroti perjalanan luar biasa Samdech Techo Hun Sen dan pelajaran berharga yang dapat dipelajari Timor-Leste dari pengalaman Kamboja dalam rekonstruksi pasca konflik.
“Yang Terhormat, perjalanan hidup Anda dari perang dan kehancuran yang dahsyat hingga membangun kembali sebuah bangsa merupakan perwujudan kekuatan ketahanan, kepemimpinan, dan visi. Transformasi Kamboja dari genosida dan kemiskinan ekstrem menjadi sebuah negara di jalur stabilitas dan kemajuan ekonomi adalah bukti kekuatan rakyat Anda dan kebijakan yang memandu pemulihan dan pemulihan ini,” kata Kepala Negara Timor-Leste.
Presiden Horta juga menggarisbawahi hubungan yang semakin mendalam antara kedua negara yang memiliki sejarah yang ditandai oleh konflik dan rekonstruksi pasca konflik. Timor-Leste mengakui peran mendasar Samdech Techo Hun Sen dalam memperkuat hubungan bilateral dan kontribusinya terhadap proses pembangunan perdamaian yang menawarkan pelajaran berharga dalam mencapai stabilitas mendasar bagi pembangunan nasional.
Sementara, Presiden Senat Kerajaan Kamboja, Samdech Techo Hun Sen dalam Kuliah Kepresidenan Seri I berbagi perjalanan luar biasa Kamboja dari “Tahun Nol” yang menghancurkan akibat genosida Khmer Merah hingga mencapai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya “Kebijakan Menang” yang diterapkannya, dan berhasil mengakhiri perang saudara selama hampir tiga dekade tanpa pertumpahan darah melalui integrasi damai.
“Saya merasa sangat bangga menjadi salah satu orang yang memulai perjuangan dengan hanya empat orang untuk membebaskan negara kita yang malang dari rezim genosida yang brutal, menggunakan hidup saya sendiri sebagai modal, kesadaran patriotik saya yang besar sebagai kekuatan yang berani, dan kebijaksanaan saya sebagai kompas penuntun. Saya memahami bahwa memulai perang bisa jadi mudah, tetapi membangun dan menjaga perdamaian sangatlah sulit,” kata Samdech Techo Hun Sen.
Samdech Techo Hun Sen juga menyoroti tiga pelajaran penting dari pengalaman Kamboja yaitu :
- Kepemilikan atas nasib bangsa merupakan aset paling berharga untuk menjaga persatuan nasional. Ketika suatu bangsa kehilangan kepemilikan atas nasibnya sendiri, bangsa itu pasti akan mengalami perpecahan dan bencana
- Masyarakat internasional harus bekerja sama untuk menjaga perdamaian yang ada, bahkan dengan biaya yang besar, daripada mencari perdamaian yang belum terbentuk
- Bahkan jika perdamaian tercapai, perdamaian itu tidak akan bertahan lama tanpa penyatuan nasional, rekonsiliasi, keadilan sosial, dan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Kay Rala Xanana Gusmão yang juga hadir dalam acara Kuliah Kepresidenan Seri I, itu menggarisbawahi pesan solidaritas dan ketahanan, dengan mengatakan bahwa Orang Timor-Leste tidak sendirian dalam mengalami penderitaan. “Di wilayah kami, banyak orang telah menghadapi perang, pengungsian, dan kehilangan untuk mendapatkan kekuatan,” ungkap PM Xanana.
“Presiden Senat Samdech Techo Hun Sen, Anda seharusnya bangga dengan kisah yang Anda sampaikan kepada kami hari ini tentang bagaimana Anda menggunakan metode damai untuk membawa perdamaian dan rekonsiliasi nasional setelah masa tragedi, perpecahan, dan genosida,” kata Xanana.
Kunjungan resmi Samdech Techo Hun Sen ke Timor-Leste itu merupakan yang kedua kalinya. Samdech Techo Hun Sen pertama kali berkunjung ke Timor-Leste pada tahun 2016.
Jadi, Samdech Techo Hun Sen ke Timor-Leste menandai langkah signifikan dalam memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama antara Kamboja dan Timor-Leste. Hubungan bilateral terus berkembang melalui rasa saling menghormati dan aspirasi bersama untuk perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan.
Samdech Techo Hun Sen dan delegasi Kamboja mengakhiri kunjungan resmi mereka di Timor-Leste pada tanggal 09 mei 2025.
Kuliah Kepresidenan Seri I yang berjudul “Pelajaran Hun Sen : Dari Genosida dan Kemiskinan Menuju Kebebasan dan Kemakmuran”, itu dimoderatori oleh Menteri Kabinet Dewan Menteri, Agio Pereira.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz