DILI, 31 Maret 2025 (TATOLI)— Mantan Duta Besar Timor-Leste di Vietnam, Maria Olandina Isabel Caeiro Alves telah menutup usia pada umurnya yang ke 69 tahun di Rumah Sakit Prince Court Medical Center Malaysia pukul 12:09 pagi waktu setempat atau pukul 01:09 waktu Timor-Leste.
Hal ini dibenarkan oleh Duta Besar Timor-Leste untuk Malaysia, Lisualdo Gaspar secara daring pada Tatoli, senin pagi ini.
“Ibu Olandina tiba di Kuala Lumpur pada tanggal 2 Maret 2025 untuk perawatan, beliau meninggal dunia hari ini pukul 12.09 pagi waktu Malaysia. Kondisi terakhir lemah setelah terapi. Selama mendiang menjalani perawatan di sini, saya pribadi tidak menjenguknya tetapi staf kami di Kedutaan Besar mengunjungi dan mendampinginya di Rumah Sakit Prince Court Medical Center Malaysia,” jelas Dubes Lisualdo.
Dubes Lisualdo mengatakan sebagai orang Timor-Leste dan perwakilan di Malaysia merasa kehilangan seorang rekan baik seperti mendiang Olandina yang telah mengabdikan dirinya bagi negara dalam masa perjuangan kemerdekaan.
Ia menegaskan bahwa pihak Kedubes TL di Malaysia siap untuk memfasilitasi proses pemulangan jenazah mendiang kembali ke Timor-Leste sesuai prosedur dan aturan yang berlaku di Malaysia.
Adapun laporan dari Direktur Nasional Layanan Rumah Sakit di Kementerian Kesehatan, Carlos de Carvalho Guterres yang mengatakan bahwa mendiang sendiri sudah sering melakukan perawatan di Malaysia karena penyakit yang dideritanya.
“Ia sudah beberapa kali ke Malaysia dan setahu saya mendiang mengidap penyakit kanker,” ucapnya.
Diketahui Maria Olandina Isabel Caeiro Alves lahir pada 20 Maret 1956 di Ermera, adalah seorang diplomat Timor-Leste, pengusaha, pegawai negeri sipil, dan aktivis hak-hak perempuan.
Ia adalah salah satu pendiri organisasi East Timorese Women Against Violence, and for the Rights of Women and Children (ETWAVE, sebelumnya GERTAK) dan Wakil Ketua Pramuka Timor-Leste.
Dia memulai pengalaman profesionalnya sebagai guru sekolah dasar. Dia adalah salah satu pendiri Jornal Voz de Timor pada tahun 1975 dan, selama beberapa tahun, menjadi penyiar radio.
Pada bulan Desember 1975, dia ditangkap dan dipenjarakan di Kupang. Di sanalah dia melahirkan putranya. Dia tidak pernah melihat suaminya, seorang pejuang FALINTILl, dan dia dibebaskan pada tahun 1979, tetapi berulang kali ditangkap dan disiksa.
Meskipun Ia menjalani kehidupan sipil sebagai ibu tunggal bagi publik selama masa ini dan bekerja sebagai pegawai negeri di administrasi keuangan Indonesia di Baucau hingga tahun 1989, ia terus aktif secara diam-diam dalam perlawanan Timor Timur. Setelah penangkapan terakhirnya pada tahun 1992, dia kehilangan pekerjaan dan rumahnya. Dia kemudian membuka restoran di Dili, “Olandina’s”.
Dari tahun 1997 hingga 1999, Olandina menjadi anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pada tahun 1998 diangkat menjadi anggota Komisi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan. Sebagai ketua ETWAVE pada tanggal 25 November 1998, Olandina mengorganisir demonstrasi menentang kekerasan terhadap perempuan Timor Timur.
Menjelang referendum kemerdekaan tahun 1999, ia ikut serta dalam kampanye dari pintu ke pintu untuk kebebasan Timor Timur. Namun ketika surat kabar Indonesia memberitakan kematiannya, ia melarikan diri melalui Jakarta ke Lisbon selama gelombang kekerasan pada bulan September, di mana ia menjadi salah satu wanita terkemuka dalam gerakan kemerdekaan.
Pada tahun 2001, ia diangkat menjadi Komisioner Komisi Aparatur Sipil Negara yang sekarang sudah tidak ada lagi, sekaligus Komisioner Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR). Dia adalah salah satu pendiri Yayasan Perdamaian dan Demokrasi dan Komisioner Komisi Kebenaran dan Persahabatan (CVA) antara Timor-Leste dan Republik Indonesia.
Sejak tahun 2003, Ia menjadi Ketua Rede Feto, jaringan perempuan nasional dan mendirikan Academia de Café de Timor-Leste. Pada tanggal 14 Agustus 2009, Comissão da Função Pública (CFP- Komisi Layanan Publik) didirikan, di mana Ia menjadi salah satu dari tiga komisaris pertama.
Dari tahun 2011 hingga 2015, Ia adalah Konsul Jenderal pertama Timor-Leste di Denpasar, Indonesia. Dari 29 Mei 2015 hingga 2017, dia menjabat sebagai komisaris disiplin CFP.
Sejak tahun 2016, Olandina telah menjadi Wakil Ketua kedua Pramuka Timor-Leste. Pada tanggal 30 Juni 2017, ia diangkat sebagai Duta Besar Timor-Leste di Malaysia. Pada tahun 13 agustus 2021, Olandina kembali diangkat menjadi Duta Besar untuk Vietnam dan menyerahkan surat kepercayaannya pada 23 Desember 2021. Pada tanggal 22 Mei 2024, João Pereira dilantik sebagai penggantinya di Hanoi, Vietnam.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz