DILI, 17 oktober 2024 (TATOLI)— Presiden Republik, José Ramos Horta mengatakan Gastronomi Timor-Leste belum diakui secara khusus oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) karena menghadapi berbagai tantangan untuk mempromosikan makanan khas negara ini.
Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam pembukaan Pameran Gastronomi yang digelar oeh Kementerian Pariwisata dan Lingkungan (MTA -tetun) dalam Festival Rabilau 2024 yang dihadiri oleh 10 kelompok Gastronomi berbeda di Maubisse, Ainaro.
“Pertama harus ada promosi pada kuliner tradisional Timor-Leste dan untuk mendapatkan pengakuan harus melalui proses yang panjang, harus dari berbagai kegiatan internasional dan sangat susah karena seni kuliner sangat banyak di asia, kompetisi tinggi sekali, China, India, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, dan negara lain lagi Vietnam, Korea, Jepang,” kata Presiden Horta usai mengunjungi pameran gastronomi di Festival Rabilau, kamis ini.
Ia menegaskan untuk melakukan promosi gastronomi Timor-Leste pada akhir tahun 2024, maka pada 02 – 03 desember nanti akan diadakan Pameran Bisnis Timor-Leste di Singapura, sehingga dalam kesempatan tersebut sepuluh kelompok yang hadir di Pameran Gastronomi Festival Rabilau akan diikutsertakan,
Menurutnya, pameran internasional perlu dilakukan untuk mempresentasikan kuliner yang mengabarkan budaya dan kemajuan suatu negara sehingga dikenali lebih banyak dan nantinya bisa mendapatkan pengakuan.
“Tapi setidaknya menghadiri event internasional seperti di Singapura pada tanggal 02 dan 03 desember ini, Timor-Leste sendiri dan entitas seperti dari TradeInvest akan bawa Chef dari sini untuk melakukan presentasi, karena kuliner tidak hanya menunjukan budaya sebuah negara tetapi juga perkembangan sebuah negara dan cara kita makan dan membuat makanan dan mengunakan produk nasional ini sudah menunjukan kemajuan masyarakat kita dan dengan preesentasi kuliner mereka bisa mengerti bahwa Timor-Leste tidak dan tertinggal memiliki Chef Internasional,” ujarnya.
Kepala Negara juga menegaskan Pameran Bisnis tahun ini dilakukan di Singapura karena mengakui pasar yang dimiliki oleh negara tersebut mampu menarik lebih banyak investor dan kerjasama bisnis sehingga peluang impor dan ekspor negara bisa tingkatkan, salah satunya menggunakan layanan pesawat yang dimiliki Timor-Leste seperti AERO Dili.
Sementara, Direktur Nasional Kegiatan Kewirausahaan Produk Pariwisata, MTA, Maria Ernestina Lopes menjelaskan untuk mempromosikan gastronomi Timor-Leste dari pemerintah telah memberikan arahan kepada restoran-restoran dalam negeri untuk mengembangkan menu-menu dengan bahan khas lokal.
“Pihak manajemen selalu membicarakan tentang persyaratan yang diberikan kepada restoran dan perizinan wajibnya mereka harus menggunakan menu lokal, karena kita ingin kedepannya produk lokal bisa menjadi menu restoran agar bisa menarik wisatawan mancanegara,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Cesar Augusto da Costa Lurdes, seorang Koki dari Cordellia Catering yang telah mempelajari kuliner selama sembilan tahun di Inggris dari tingkat satu sampai tiga itu yakin bahwa kuliner Timor-Leste belum dikenal secara luas karena belum dipromosikan wisata kuliner secara lokal.
“Saat ini Presiden Republik melihat sendiri bahwa kuliner Timor-Leste tidak ada kalanya dengan kuliner luar tapi kita butuh lebih banyak koki untuk mengembangkan produk lokal. Karena kuliner ini memiliki tingkatan sendiri adanya home cooking dan ada juga tingkatan di restoran dari bintang satu sampai lima itu dilihat juga dari makanan yang disediakan. Saat ini tantangan kita adalah belum ada budaya food lover atau wisata kuliner tapi kita baru memulai,” katanya.
Koki itu menegaskan sebelum dunia mengakui makanan khas sebuah negara harus dilalui dengan perkenalan wisata kuliner dalam negeri sehingga semua orang bisa mengenal seperti apa kuliner Timor-Leste mulai dari bahan, proses penyajian dan cara mengonsumsinya.
Ia yakin dengan lebih banyak koki yang mengembangkan menu untuk kuliner lokal dan diprmosikan secara berkalan akan meningkatkan kuliner dalam negeri sampai ke mancanegara.
Diektahui, Kuliner Timor-Leste belum secara khusus diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. Namun, praktik kuliner tradisional dan metode pertanian berakar kuat dalam budaya dan sejarah masyarakat Timor. Makanan tersebut mencerminkan perpaduan bahan-bahan lokal dan pengaruh dari kolonialisme Portugis serta kedekatan dengan Indonesia.
Kuliner Timor-Leste dicirikan dengan penggunaan bahan-bahan lokal seperti beras, jagung, ubi jalar, singkong, kacang-kacangan, buah-buahan tropis, ikan, dan berbagai jenis daging termasuk babi dan unggas.
Berbagai upaya untuk mendokumentasikan dan mempromosikan tradisi kuliner ini terus dilakukan melalui berbagai inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan pertanian dan gizi lokal.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz